Hati siapa yang tak terluka melihat orangtua menderita. Hal ini pula yang dialami oleh Farhan Aulia, perempuan berusia 21 tahun asal Deli Serdang, Sumatra Utara. Ia menjadi saksi hidup bagaimana ibunya melewati masa-masa sulit. Ia bahkan menjadi orang terakhir yang menjalin kontak dengan ibu kandungnya sebelum sang ibu dibunuh suami siri.
Kematian ibunya, Fitri Yanti, membuat Farhan merasa sangat terpukul. Ia tak pernah menduga sang ibu akan mati di tangan pasangannya sendiri. Bagaimana kronologi pembunuhan ibu Farhan? Simak laporan lengkapnya berikut ini.
Ibu Dibunuh Suami Siri Sesaat Setelah Telepon Anak Tidak Diangkat
Sumber: Shutterstock
Penemuan mayat di Jalan Mahoni, Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara pada hari Minggu (30/8/2020) membuat warga setempat geger. Mayat berjenis kelamin perempuan itu tak lain adalah Fitri Yanti, seorang ibu berusia 44 tahun. Ia tewas dalam kondisi leher digorok.
Namun, yang lebih membuat hati sesak, sesaat sebelum dibunuh, almarhumah Fitri ternyata masih menjalin kontak dengan anak bungsunya, Farhan Aulia. Pada Sabtu (29/8/2020) malam, ia menelepon anaknya untuk mengabari bahwa ia sedang pergi keluar bersama seorang kawan.
“Itu malam hari sekitar jam sembilan, mama telepon bilang lagi keluar sama temannya. Tidak bilang di mana,” kata Farhan pilu.
Farhan baru menyadari ada yang tidak beres ketika teleponnya tak lagi diangkat. Saat itu, polisi menduga ibunya telah mati dibunuh.
“Dua puluh menit kemudian aku telepon lagi sudah enggak aktif,” lanjutnya.
Ia syok ketika mendengar bahwa ibunya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan luka menganga di bagian leher.
Ibu Dibunuh Suami Siri, Sempat Makan Malam Bersama Sebelum Digorok
Sumber: Shutterstock
Yang lebih mengagetkan lagi, Fitri ternyata mati di tangan pasangannya sendiri. Ia meninggal dunia usai digorok oleh suami sirinya, Fery Pasaribu. Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko mengatakan, pria berusia 55 tahun itu mengaku tega menghabisi istri sirinya karena sering dimintai rumah.
“Dari keterangan awal, tersangka menyampaikan motifnya sakit hati karena sering dimaki-maki oleh korban. Pengakuan tersangka, korban minta dibelikan rumah dan tersangka belum bisa menyanggupi,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com.
Riko juga mengatakan bahwa pembunuhan tersebut telah direncanakan oleh pelaku seminggu sebelumnya. Oleh sebab itu, kini pelaku terancam hukuman mati.
“Karena itu tersangka dikenakan pasal 340 dan atau 338 KUHP, ancamannya hukuman mati,” tegasnya.
Setelah diperiksa, diketahui pula bahwa korban sempat makan malam bersama pelaku sesaat sebelum digorok. Ia baru menyadari nyawanya terancam ketika korban melihat pelaku membawa pisau.
Saat itu, keduanya berboncengan di atas sepeda motor. Korban melihat ada benda tajam di pakaian tersangka. Ia kemudian bertanya benda apa itu.
“Setelah dijawab itu pisau, korban mengatakan ‘Bunuh saja saya. Biar aku nggak minta nafkah lagi sama kau’. Ini keterangan tersangka. Seketika itu juga kemudian tersangka langsung menggorok leher korban. Itu di pinggir jalan,” terang Riko.
Korban Kerap Dianiaya Saat Masih Tinggal Bersama Suami
Ilustrasi KDRT (Sumber: Shutterstock)
Menurut keterangan keluarga korban, Fitri menikah secara siri dengan tersangka Fery pada tahun 2015. Mereka sempat tinggal bersama selama lima bulan, namun setelah itu Fitri pindah ke rumah anaknya.
Rani, anak korban yang berusia 23 tahun mengatakan, ibunya kerap mengalami penganiayaan ketika tinggal bersama suami sirinya. Bahkan, keluarga suami juga ikut menganiaya ibunya.
Pernah suatu kali, korban dihajar oleh pelaku hingga wajahnya lebam-lebam. Alhasil, korban pun kembali ke rumah anaknya.
Rani mengaku terakhir kali bertemu dengan ibunya pada hari Jumat (28/8/2020). Saat itu, sang ibu mengungkapkan keinginannya untuk kembali berjualan.
“Itu hari ketiga mama jualan di Pajak Halat. Saya sempat bilang, yakin mama jualan di situ, nanti diapain lagi sama keluarga dia [pelaku]. Tapi mama bertekad keras, jualan lagi, kerja keras untuk cucunya,” katanya pilu.
Ia tak menyangka ibunya meninggal dunia dengan tragis di tangan lelaki tersebut sehari setelah mereka bertemu.
Sungguh, kematian yang tragis ya Parents. Duka mendalam untuk korban dan keluarga korban. Apa yang menimpa korban adalah bentuk paling ekstrem dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Apabila Parents melihat orang terdekat mengalami KDRT, segera cari pertolongan.
Baca juga:
Wajib Simpan! Kontak darurat pertolongan KDRT dan kekerasan seksual di seluruh Indonesia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.