Khawatir pasangan hobi selingkuh? Atau malah was-was hal ini justru Anda lakukan sendiri?
Dalam hal ini, dr. Santi Yuliani, SpKJ, pada Instagram TV (IGTV) @santi_psychiatrist berjudul Hobi Selingkuh, Bisa Sembuh?, menjelaskan bahwa itu merupakan salah satu kegiatan yang didasari gangguan mental. Di dalam sesi IGlive tersebut, dr. Santi memberikan penjelasan secara mendalam dari sisi biologis.
Tujuan dari dr. Santi mengulas masalah ini bukan untuk menghakimi, tetapi lebih membuka wawasan kepada followers-nya agar melihat perselingkuhan dari sisi yang berbeda (biologis). Sehingga, mereka dapat memelajari apa yang harus dilakukan jika perselingkuhan itu terjadi pada dirinya atau orang di sekitarnya.
Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Hobi selingkuh: Salah Satu Gangguan Mental dan Ternyata Genetik!
Apa Itu Selingkuh dan Jenisnya
Perselingkuhan merupakan bentuk pengkhianatan terhadap pasangan. Menurut dr. Santi, perselingkuhan tidak melulu merujuk pada masalah seksual atau hubungan seks antara pasangan selingkuhannya.
“Perselingkuhan tidak melulu melibatkan Miss V dan Mr. P. Ada (pelaku) yang saking kuat menahan hasrat (lust) jadi cuma kasih perhatian-perhatian aja (emotional affairs), tapi tidak sampai ke tempat tidur. Meskipu begitu tetap saja, loh, memberikan perhatian pada orang lain daripada pasangannya, gustiiii… (itu tetap namanya perselingkuhan),” kata dr. Santi.
Lebih lanjut, dr. Santi menjelaskan bahwa perselingkuhan bisa dilihat dari jenisnya. Apa saja:
- Cyber affairs. Pasangan dengan selingkuhannya tidak bertemu langsung, tapi melakukan komunikasi melalui pesan. Bisa berupa chat yang panjang, menghabiskan banyak waktu di dunia maya, termasuk melibatkan gambar-gambar.
- Physic sexual affair. Adanya interaksi atau hubungan seksual antara pasangan dan selingkuhannya.
- Emotional affair. “Enggak apa-apa deh, Dok, kalau pasangan saya cuma kasih perhatian-perhatian, yang penting tidak melakukan hubungan suami-istri. Enggak apa-apa cuma perhatian aja, yang penting ‘isinya’ enggak ke mana-mana.” Dikatakan dr. Santi bahwa dirinya banyak menemukan kasus yang dialami oleh kliennya. Tapi menurutnya, hal itu sudah masuk dalam kasus perselingkungan tepatnya emotional affair
Artikel terkait: Cara Menghadapi Suami yang Selingkuh dan Doa yang Bisa Dipanjatkan
Jumlah Pelaku Perselingkuhan, Lebih Banyak Perempuan atau Laki-laki?
Selama ini banyak yang menduga bahwa perselingkuhan cenderung lebih banyak dilakukan oleh laki-laki ketimbang perempuan? Nyatanya hal ini dibenarkan oleh dr. Santi. Meski begitu, bukan berarti perselingkuhan tidak dilakukan oleh pihak perempuan.
Ia memang tidak memiliki data yang berasal dari Indonesia, namun dari data negara lain yang ditunjukkan dr. Santi, kasus perselingkuhan memang lebih banyak dilakukan oleh kaum Adam.
Setidaknya hal ini bisa dilihat dari angka prosentase yang dijelaskan dr. Santi dari beberapa negara. Mulai dari Itali 59% pria, 35% wanita; Spanyol 56% pria, 34% wanita; Jerman 47% pria, 42% wanita; Inggris 45% pria, 32% wanita; Belgia 45 pria, 31% wanita; dan Prancis 30% pria, 27 % wanita.
Tahapan-tahapan Perselingkuh
Lebih lanjut, dr. Santi mengingatkan, bahwa segala sesuatu yang terekam oleh DNA ada kemungkinan diturunkan, tidak terkecuali orang yang memiliki hobi selingkuh. Hal ini bahkan bisa bisa dijelaskan secara biologis.
Melalui pemotretan single positron mega scan, cheater dan non-cheater akan memperlihatkan gambar yang berbeda.
“Yang cheater otaknya lebih aktif, yang non-cheater aktifnya hanya di satu area saja. Ini menggambarkan, betapa banyaknya impuls-impuls yang ada di otak yang hobi selingkuh.”
Meski begitu, dr. Santi mengingatkan bahwa apabila salah satu orangtuanya hobi selingkuh, maka menjadi anaknya melakukan hal serupa. “Misalnya orangtua diabetes atau hipertensi. Secara genetik itu menurun, tapi Anda bisa tidak mengalaminya. Mengapa bisa begitu? Karena Anda menjaga pola hidup sehat. Sama juga seperti masalah mental, dibutuhkan kesadaran untuk mencegahnya.”
Artikel terkait: Benarkah Selingkuh Bikin Lebih Bahagia? Ini Kata Psikolog Roslina Verauli
Apakah Hobi Berselingkuh Bisa Disembuhkan?
Berhenti dari perselingkuhan itu jelas bisa! Tetapi yang tidak dijamin, apakah dia tidak menemukan stimulus yang baru?
“Misalnya, pasangan ditemukan berselingkuhan dengan A, dan Anda menghentikan agar tidak berselingkuha dengan A lagi, itu bisa. Saat itu bisa kita tekan impuls dophamine-nya. Ada obat, dophamine blocker, yang bisa menekan itu. Masalahnya adalah, kalau dophamine itu kita tekan, (kita) enggak bisa pilih-pilih (menghentikan perselingkuhan saja),” kata dr. Santi.
Selain obat, psikolog atau terapis akan membantu mencari tahu apa yang menimbulkan impuls atau membuat ia berselingkuh.
“Misalnya, ‘Impuls itu muncul kalau saya melihat kerupuk, Dok.’ Oke, apakah ia bisa menghindari kerupuk? Kalau bisa, ya dihindari. Jika tidak, bagaimana ia bisa melihat kerupuk tapi tetap tenang. Itu harus dilatih juga.”
Ketika Korban Memutuskan untuk Memaafkan
Boleh saja, namun untuk bisa terwujud dibutuhkan beberapa hal. Yaitu:
- Komitmen yang kuat dari pasangan, terutama pelaku, karena mengubah perilaku saja sudah membutuhkan waktu panjang apalagi sampai reprogramming
- Melupakan kesalahan. Ini yang paling berat.
- Usaha memperbaiki kualitas hubungan. Tutupi memori buruk dengan memori yang baik. Memang akan sulit, tapi harus ada usaha untuk mendorong folder buruk tadi ke bagian belakang.
- Berani ambil risiko. Dari sisi pelaku, harus siap jika suatu saat pasangan mengungkit kasus perselingkuhannya. Atau korban harus kuat menyikapi perasaannya saat teringat dengan kenangan pahit yang pernah dilakukan pasangannya.
Diselingkuhi itu bukanlah hal yang mudah, dan wajar jika korban sulit memaafkan. Di dalam perselingkuhan ada tiga hal yang terkandung. Yaitu penghianatan, menomorduakan, dan kebohongan.
“Ketika otak mendapati salah satunya saja, entah itu kebohongan atau dinomorduakan, amitdala (si otak bagian takut) menyimpannya dengan luar biasa. Dan setiap kali dia (korban) melihat sesuatu yang mirip, akan mudah ter-trigger. Apalagi jika melibatkan ketiganya,” terang dr. Santi.
Artikel terkait: Memaafkan Pasangan yang Selingkuh, Mungkinkah? Ini Kata Psikolog
Selingkuh Menjadi Hobi dan Kondisi Gangguan Mental Ketika…
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, semua hal yang menyangkut dophamine membuat kita ingin mengulang. Ada reward system di otak. Maka ketika pelaku terus mengikuti ‘ajakan’ dophamine, maka yang terjadi adalah kecanduan.
“Makanya dophamine-nya jangan sampai masuk ke pleasure. Begitu kita sudah masuk ke dalam, ‘Ih kayaknya seru, ya. Tapi itu bukan pasangan saya.’ Tahan sampai di situ! Karena ketika itu sudah masuk pada fase attraction (Anda) sudah akan susah keluar,” imbau dr. Santi lagi.
Sedangkan perselingkuhan dengan gangguan mental sangat erat kaitannya. “Orang kalau melakukan selingkuh berkali-kali pasti ada sesuatu di kondisi mentalnya. Artinya, kan, dia bebal banget. Enggak punya rasa cemas, takut, atau rasa bersalah kalau sampai melakukannya berkali-kali.”
Lamanya Terapi Obat Dophamine Blocker
Efek terapi obat menurunkan impuls dophamine dengan dophamine blocker berbeda pada tiap pasien. Kata dr. Santi, semua tergantung dari mindset!
“Ada yang mindset-nya sudah cukup bagus, obat fungsinya hanya untuk membantu saja. Tapi untuk pasien yang memang mindset-nya belum tertata, susah! Perlu bantuan konseling psikiater dan memerlukan waktu yang cukup lama.”
Itu tadi penjelas dr. Santi Yuliani, SpKJ mengenai hobi selingkuh. Jika ada orang di dekat Anda yang menjadi korbannya dan mengalami depresi, trauma, atau gangguan mental, sarankan agar ia konseling dengan psikiater atau tenaga profesional.
Kebohongan memang bisa menumbuhkan traumatize pada seseorang. Semoga hal ini tidak pernah terjadi pada Bunda semua
Baca juga:
Penelitian: Korban Perselingkuhan Berisiko Tinggi Menderita Sakit Mental dan Fisik
15 Tanda Selingkuh Kecil yang Dilakukan Suami, Berbahaya Jika Dibiarkan!