Kabar mengejutkan datang dari Kota Pakistan. Menurut pemberitaan dalam The New York Times, 900 anak dinyatakan positif mengidap HIV. Mereka diduga terkena HIV karena praktik ‘nakal’ seorang dokter yang menggunakan kembali jarum suntik terinfeksi berkali-kali. Belajar dari kasus tersebut, tak ada salahnya untuk belajar dan mengetahui lebih lanjut HIV pada anak berikut ini.
HIV pada anak
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 3% penderita HIV-AIDS di Indonesia adalah anak-anak berusia di bawah 14 tahun. Dari data tersebut, lebih dari 90% bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV tersebut tertular dari ibunya pada masa kehamilan, saat persalinan, atau melalui ASI.
Dilansir dari WebMD, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan menjadi lebih lemah, membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi dan beberapa jenis kanker.
HIV menyebar ketika darah atau cairan tubuh yang terinfeksi (seperti air mani atau cairan vagina) masuk ke dalam tubuh orang lain. Penyebaran utama virus ini ialah melalui kontak seksual tanpa kondom atau jarum suntik yang terinfeksi dan digunakan berkali-kali.
Penting untuk diingat, bahwa virus ini tidak hidup dalam air liur, air mata, kencing, atau keringat. Selain itu, virus ini pun tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia sehingga akan mati dengan cepat ketika cairan tubuh mengering.
Untuk itu, virus ini tidak disebarkan dengan kontak fisik biasa seperti sentuhan, jabatan tangan, atau pelukan. HIV juga tidak dapat ditemukan dipermukaan publik seperti ganggang pintu, alat makan, atau kursi toilet. Jadi Anda tidak perlu khawatir.
Gejala HIV pada anak
Infeksi HIV pada anak yang ditularkan oleh sang ibu sewaktu dalam kandungan atau persalinan biasanaya akan menunjukan gejala dalam 12-18 bulan pertama kehidupan anak. Beberapa di antaranya bahkan tidak akan menunjukan gejala hingga dia berusia lebih dari 5 tahun.
Tidak semua anak dengan HIV akan memiliki gejala. Sebab gejala HIV seringkali muncul secara ringan sehingga beberapa orangtua mungkin tidak akan menyadari bahwa anaknya terinfeksi HIV.
Selain itu, setiap anak pada umumnya akan memiliki gejala yang berbeda antara satu dan lainnya. Di mana gejala ini bisa berbeda-beda karena tergantung dari usia mereka.
Namun, beberapa gejala HIV yang dapat Anda perhatikan ialah:
- Gagal tumbuh, di mana anak tidak mengalami penambahan berat badan yang sesuai dengan usianya
- Tidak memiliki keterampilan atau perkembangan yang sesuai dengan usianya
- Memiliki masalah otak atau sistem saraf, seperti kejang, kesulitan berjalan, atau nilai yang buruk di sekolah
- Sering sakit, seperti infeksi telinga, pilek, sakit kepala, sakit perut, diare
- Demam
- Pembengkakan kelenjar
- Ruam
- Nyeri otot atau sendi
Bila anak Anda mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan hal tersebut pada dokter anak Anda. Dokter biasanya akan mendiagnosis HIV melalui tes darah.
Sampai saat ini, HIV memang belum dapat disembuhkan. Namun semakin cepat Anda menyadari adanya HIV pada anak, maka pengobatan pun akan semakin cepat diberikan.
Dengan rutin mendapatkan pengobatan dan menjalani evaluasi kesehatan secara berkala, anak dengan HIV bisa hidup dengan sehat.
Hidup bersama anak dengan HIV
Orang dewasa harus berbicara dengan anak-anak mereka tentang penyakit HIV dengan cara yang sesuai dengan usia mereka. Dengan begitu mereka tidak akan ketakutan.
Anak-anak perlu tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka, mereka sakit, harus minum obat setiap hari, mereka tidak akan ditinggal sendirian. Dukungan sosial, finansial, dan emosional untuk seluruh keluarga sangat penting.
Sama dengan anak lainnya, anak-anak dengan HIV dan AIDS juga bisa pergi ke sekolah seperti biasa. Namun, jika teman-teman atau lingkungan mengetaui kondisi anak mengalami HIV, memang akan ada risiko di mana mereka mungkin menghadapi intimidasi dan diskriminasi.
Untuk itu, lebih baik bicarakan hal tersebut pada guru dan teman-temannya. Beri sedikit informasi tentang bagaimana HIV menyebar. Dengan begitu, mereka memiliki teman dan tumbuh dewasa secara normal.
Baca juga
HIV bisa menular dari suami ke istri, simak cara pencegahannya berikut ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.