Hiperkalemia. Kata yang satu ini mungkin memang belum familar terdengar di telinga Anda. Benar bukan? Untuk itu, tak ada salahnya untuk mengetahui apa yang dimaksud yang hiperkalemia.
Hiperkalemia memang bukan suatu penyakit, namun memiliki kaitan erat dengan kesehatan tubuh.
Seperti yang kita ketahui, mineral sangat dibutuhkan dibutuhkan oleh tubuh. Sebab fungsinya untuk menjaga sel saraf, otot, dan organ tubuh lainnya bisa bekerja dengan semestinya. Namun, hati-hati kekurangan dan kelebihan kadar mineral ini dalam tubuh.
Saat tubuh kelebihan mineral, justru bisa berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satunya hiperkalemia. Suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kalium di dalam darah. Ya, faktanya walaupun zat mineral ini sangat dibutuhkan, namun jika sampai terjadi ‘penumpukan’ kalium di dalam darah dapat berbahaya. Di mana kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa, seperti henti jantung atau kematian.
Oleh kerena itu, mari mengenal apa penyebab, gejala dan cara mengatasi hiperkalemia.
Sesuai dengan namanya, hiperkalemia adalah kondisi di mana kadar jenis mineral dalam tubuh, yakni kalium, lebih tinggi dibanding yang diperlukan. Kalium berperan penting dalam fungsi sel saraf, otot, fungsi jantung, ekskresi dan stabilisasi hormon, serta perpindahan cairan.
Kadar kalium normal dalam plasma darah yaitu 3.5-5 mEq/L. Dikatakan hiperkalemia, jika kadar kalium dalam darah >5 mEq/L. Normalnya tubuh menjaga kadar kalium dengan membuang kelebihan kalium melalui urin. Namun, pada beberapa kasus, kadar kalium ini tidak dapat terbuang dari urin. Akibatnya pun dapat mengancam nyawa Anda.
Penyebab Terjadinya Hiperkalemia
Ketidakmampuan ginjal untuk membuang kalium dari tubuh, asupan kalium yang berlebihan, penggunaan obat-obatan, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. dapat menyebabkan kadar kalium dalam tubuh menjadi tinggi.
Pada penderita gagal ginjal, hiperkalemia dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon (sindrom hipoaldosteronisme hiporeninemik), yang menyebabkan hambatan dalam pembuangan kalium dari tubuh. Selain itu, dehidrasi juga dapat menyebabkan hiperkalemia.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperkalemia di antaranya obat hipertensi dengan kandungan ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB) yang diberikan pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Hati-hati juga ketika Anda mengonsumsi beberapa makanan dengan kadar kalium tinggi, yaitu ubi jalar, pisang, bayam, kacang-kacangan, kerang, kentang goreng, dan makanan lain yang mengandung kalium tinggi.
Diagnosis yang Perlu Dilakukan
Untuk mengetahui apakah Anda mengalami hiperkalemia atau tidak, dapat diketahui dari pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang oleh dokter. Penderita biasanya mengeluhkan adanya kelemahan otot, nyeri perut, jantung berdebar-debar, kejang, serta dapat terjadi penurunan kesadaran.
Dokter biasanya perlu mengevaluasi lebih dulu apakah Anda sehabis mengonsumsi makanan yang mengandung kalium tinggi, sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, serta memiliki penyakit gagal ginjala atau tidak. Dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan kesadaran yang menurun pada beberapa pasien serta detak jantung yang cepat.
Sedangkan dari pemeriksaan penunjang dapat ditemukan kadar kalium dalam darah tinggi, dan biasanya diikuti dengan angka ureum dan kreatinin darah tinggi yang mengarahkan pada kondisi kelainan ginjal. Kondisi hiperkalemia juga dapat diliat pada elektrokardiogram (EKG) berupa tall-T (lihat gambar).
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Anda yang memiliki penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetes mellitus, perlu melakukan evaluasi fungsi ginjal secara rutin.
Jika sudah terjadi kondisi gagal ginjal, obat-obatan yang berpotensi memperberat fungsi ginjal harus dihindari. Konsumsi rutin makanan yang mengandung kalium tinggi juga sebaiknya dihindari.
Bagaimana dengan penanganannya?
Kadar kalium serum dapat diturunkan secara cepat dengan menggunakan insulin dan glukosa intravena, nebulisasi ventolin (agonis beta2), furosemide, atau kombinasi dari terapi tersebut. Kalsium intravena efektif dalam mengurangi risiko aritmia tetapi tidak menurunkan kalium serum. Selain itu sebaiknya, hindari dulu makanan yang mengandung kalium tinggi.
Meskipun mineral diperlukan oleh tubuh, namun, hati-hati ya, kelebihan atau kekurangan mineral dalam tubuh, justru dapat membahayakan kesehatan Anda. Karenanya, apabila Anda sudah memiliki penyakit metabolik, jangan lupa lakukan cek kesehatan berkala dan konsultasi rutin dengan dokter Anda.
Artikel ini ditulis oleh dr. Tanya Herdita, Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS Pondok Indah – Bintaro Jaya
Baca Juga:
Penyakit Asam Lambung atau GERD, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Nyeri Leher Bikin Nggak Nyaman? Segera Atasi dengan Cara Ini, Parents!