Memiliki rasa takut tentu saja sangat wajar. Namun dalam kondisi tertentu, perasaan ini memang bisa berubah sehingga merasa takut secara berlebihan hingga menggangu kehiduopan. Dalam istilah media juga dikenal dengan istilah fobia. Salah satunya hemophobia.
Apa yang dimaksud dengan hemophobia? Hemophobia merupakan kondisi di mana seseorang yang mengalami rasa khawatir berlebihan dengan darah. Fobia darah ini bahkan membuat seseorang takut berlebihan saat melihat darah di tubuh sendirinya, termasuk darah yang dilihat dalam bentuk gambar atau video. Rasa takut ini membuat mereka menghindari hal apapun yang berdekatan dengan darah termasuk berkunjung ke dokter.
Gejala Hemophobia
Orang dengan hemophobia umumnya mengalami gejala tertentu saat melihat darah. Namun pada sebagian orang, hanya mendengar atau membayangkan darah di dalam pikiran saja sudah membuatnya merasa takut dan cemas (disebut kecemasan antisipatorik/anticipatory anxiety).
Gejala yang muncul akibat hemophobia antara lain:
- Mual dan muntah.
- Sulit bernapas.
- Nyeri dada.
- Pusing.
- Jantung berdetak cepat.
- Rasa tidak enak di perut.
- Tubuh berkeringat, gemetar, dan lemas.
Secara emosional, fobia darah dapat menimbulkan rasa cemas dan panik berlebihan yang membuat penderitanya tidak dapat mengendalikan diri, kebingungan, hingga hilang kesadaran (pingsan).
Bila rasa takut yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera ke dokter untuk mendapatkan bantuan untuk menangani fobia yang dialami.
Penyebab Hemophobia
Pada dasarnya, fobia bisa disebabkan karena berbagai macam faktor. Namun, seringkali muncul akibat trauma di masa kanak-kanak atau remaja, namun dapat juga berkembang saat mendengarkan pengalaman buruk orang lain dengan darah. Seseorang lebih berisiko mengalami fobia bila:
- Ada riwayat keluarga dengan hemophobia.
- Memiliki gangguan psikologis atau fobia jenis lain.
- Trauma yang berkaitan dengan darah.
Diagnosis Hemophobia
Untuk mendiagnosis hemophobia, biasanya dokter akan menanyakan gejala yang muncul saat seseorang melihat darah dan berapa lama sudah mengalaminya.
Oleh karena hemophobia dikategorikan sebagai fobia spesifik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), maka diagnosis harus memenuhi tujuh kriteria berikut:
- Orang dengan hemophobia menyadari ketakutannya terhadap darah.
- Ketakutan berlebih dan terus-menerus saat melihat dan membayangkan darah.
- Muncul rasa cemas yang intens hingga serangan panik saat melihat darah.
- Ketakutan terhadap darah bertahan setidaknya selama enam bulan.
- Menghindari darah atau hal apapun yang berkaitan dengan darah.
- Rasa takut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari.
- Rasa takut akan darah tidak dapat dijelaskan dengan gangguan psikologis lain.
Tidak semua orang dengan fobia darah terdiagnosis. Banyak orang dengan fobia darah sudah menyadari bahwa mereka memiliki fobia dan memilih untuk menjalani hidup mereka tanpa terdiagnosis. Biasanya, mereka akan berusaha keras untuk menghindari darah atau situasi yang melibatkan darah. Secara medis, hal ini tidak disarankan karena justru dapat memperburuk fobia yang dimiliki.
Cara Mengobati Hemophobia
Kebanyakan kasus fobia dapat diobati dan disembuhkan dengan penanganan yang tepat, yang disesuaikan dengan pemicu dan penyebabnya.
Secara umum, berikut adalah pilihan pengobatan untuk mengatasi hemophobia:
Teknik relaksasi merupakan jenis psikoterapi yang menitikberatkan pada latihan pernapasan, meditasi, atau yoga untuk mengatasi stres, cemas, dan gejala lain yang muncul saat seseorang melihat darah.
Teknik visualisasi merupakan jenis psikoterapi untuk melatih seseorang memvisualisasikan bagaimana mereka bisa berhasil mengatasi situasi yang memicu kecemasan seperti saat melihat atau sekadar membayangkan darah.
-
Terapi perilaku (cognitive behavioral therapy/CBT)
Ini merupakan jenis terapi konseling untuk membantu seseorang mengidentifikasi rasa takut dan perilaku yang dapat memperburuk fobia darah. Melalui CBT, seseorang juga akan diajari cara mengatasi fobia sehingga gejala yang muncul tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
-
Teknik paparan (terapi desensitisasi)
Teknik paparan merupakan jenis terapi yang melibatkan objek penyebab rasa takut, yakni darah. Terapi baru dilakukan saat seseorang mulai menunjukkan perbaikan gejala saat melihat darah. Hal ini dikarenakan pada sesi terapi, seseorang akan diminta untuk melihat darah melalui gambar atau video, dan dinilai bagaimana respon rasa cemas atau takut yang timbul.
Obat-obatan jarang diberikan kecuali pada hemophobia dengan gejala berat. Obat diberikan untuk membantu mengatasi rasa cemas berlebihan yang muncul saat melihat darah sehingga dapat lebih tenang dan fokus menjalani pengobatan lainnya. Jenis obat yang umumnya diberikan adalah obat penenang dan antidepresan. Obat-obatan ini hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.
-
Mencari dukungan komunitas (support group)
Selain dengan pengobatan yang sudah disebutkan, bergabung ke dalam kelompok komunitas dengan kondisi serupa sangat diperlukan. Di dalam komunitas yang sama, seseorang dapat saling berbagi cerita, termasuk cara menghadapi dan mengatasi fobia.
Pada dasarnya, jangan pernah remehkan bila Anda memiliki fobia tertentu. Hemophobia maupun fobia spesifik lainnya dapat berdampak serius pada kualitas hidup Anda. Akui, sadari, dan atasi dengan mencari bantuan medis yang terpercaya. Kunjungi dokter atau psikolog untuk membantu Anda menemukan pemicu dan cara menangani fobia dengan tepat.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.