Kenali Happy Hypoxia sebagai gejala terbaru COVID-19, apa itu?

Begini penjelasan dokter dan para ahli mengenai gejala ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Wabah COVID-19 masih terjadi di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan kasus penyakit ini kian hari kian beragam. Belum lama ini misalnya, muncul gejala baru yang disebut Happy Hypoxia.

Temuan-temuan terbaru ini tentunya membuat kita semua hendaknya bisa lebih mewaspadai berbagai gejala yang mungkin terjadi sehari-hari, Parents. Lalu, sebenarnya apa itu Happy Hypoxia dan bagaimana cara mengenalinya?

Gejala Happy Hypoxia pada penderita Corona

Parents ketahui mengenai gejala baru yang dikaitkan dengan COVID-19, yakni Happy Hypoxia. Apakah itu?

Melansir Guardian, kondisi ini terjadi pada beberapa pasien yang terlihat baik kondisinya, namun memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal ini berakibat pada ketidaksadaran hingga kematian.

Normalnya, kadar oksigen orang yang sehat berada pada kisaran 95%, namun beberapa pasien ada yang memiliki kadar sekitar 70-80%. Bahkan pada kasus yang parah, kadar oksigen pasien hanya berkisar 50%.

Dr Jonathan Bannard-Smith, seorang konsultan pada perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infirmary mengungkapkan bahwa kondisi ini anomali terjadi pada pasien influenza atau maupun pneumonia sekalipun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Kami melihat saturasi oksigen yang sangat rendah dan pasien rupanya tidak menyadarinya. Biasanya, kita tidak menemukan kondisi ini pada influenza atau pneumonia yang diderita masyarakat,” tuturnya.

Di sisi lain, Dr Mike Charlesworth, ahli anestesi di Wythenshawe hospital, Manchester mengungkapkan bahwa para dokter masih belum bisa memahami penyebabnya. “Kami tidak tahu apakah virus atau kondisi tersebut menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat dideteksi,” katanya.

Tentu, fenomena yang terjadi ini kembali memunculkan pertanyaan terkait mekanisme Virus Corona menyerang paru-paru dan cara efektif mengatasinya.

Artikel Terkait : Sering tak terdeteksi, ini gejala Corona hari ke-1 sampai ke-17, wajib tahu!

Pengalaman mengalami Happy Hypoxia

Seseorang yang mengalami Hypoxia diketahui bisa mengalami halusinasi dan mengigau, seperti yang dialami oleh salah seorang dokter.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain menangani pasien yang mengalami COVID-19, rupanya Charlesworth pun pernah merasakan langsung pengalaman menjadi pasien Corona dan mengalami gejala Happy Hypoxia. Tepatnya pada Maret 2020, dirinya dinyatakan positif Corona.

Ia pun berdiam diri dan beristirahat di tempat tidur selama kurang lebih 48 jam, setelah merasa tidak enak badan disertai demam dan batuk. Ia pun menuturkan bahwa dirinya mengalami gejala Happy Hypoxia kala itu.

Ketika itu, ia tiba-tiba mengigau, mengirim pesan yang aneh melalui ponselnya. Dirinya yakin, bahwa saat itu kadar oksigen dalam tubuhnya cukup rendah. Namun setelah beberapa hari, ia pun sudah berhasil sembuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebagai seorang dokter, ia meyakini bahwa tak semua orang memiliki respon tubuh yang sama. Tidak semua pasien bisa bertahan dan berujung sembuh seperti dirinya saat mengalami gejala tersebut. Oleh karena itu, dalam kondisi tersebut sudah sepatutnya pasien mendapatkan pertolongan medis segera.

Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indoensia

 COVID-19 dan pembekuan darah

Dokter menjelaskan ada hubungan COVID-19 dengan kasus pembekuan darah yang terjadi.

Terkait dengan Happy Hypoxia ini, biasanya ketika pasokan oksigen turun, maka organ vital seperti jantung, otak, dan organ lainnya menjadi berisiko dengan efek yang kumulatif.

Di sisi lain, biasanya pasien bisa kehilangan kesadaran bila kadar saturasi oksigen di bawah 75%. Peningkatan karbon dioksidalah yang diyakini bisa menyebabkan seseorang merasa sesak atau terengah-engah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal tersebut bisa terjadi secara bersamaan saat paru-paru tidak bisa membersihkan karbon dioksida secara efisien. Mekanisme inilah yang masih belum bisa dipahami pada pasien Corona.

Di sisi lain, ada bukti yang mengungkapkan bahwa COVID-19 bisa menyebabkan terjadinya pembekuan darah. Pembuluh darah yang berperan mengalirkan oksigen berukuran sangat kecil sehingga rentan mengalami sumbatan.

Uji klinis pun mulai dilakukan dengan penggunaan pengencer darah untuk mencegah atau mengobati komplikasi COVID-19, misalnya saja masalah pernapasan maupun kadar oksigen yang rendah. Namun, hingga kini belum ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa deteksi dini Hypoxia ini bisa membantu menghindari kondisi yang lebih parah.

Artikel Terkait : Jadwal mudik lebaran 2020 akan diganti, ini kebijakan pemerintah untuk masyarakat

Di Indonesia sendiri, kini per 11 Mei 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif yakni sebanyak 14.265 orang. Sebanyak 2.881 orang telah dinyatakan sembuh, sedangkan sebanyak 991 orang meninggal dunia.

Kita doakan saja Parents agar pandemi ini segera usai. Semoga informasi di atas bermanfaat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca Juga :

 

Penulis

nisya