Parents penah mendengar hamil ektopik? Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan terjadi saat sel telur yang dibuahi malah menempelkan diri di area luar dinding rahim. Kasus kehamilan ektopik ini terjadi pada 1:50 kehamilan. Salah satunya dialami seorang dokter berikut ini.
Belum lama ini, seorang dokter telah membuktikan dedikasi dirinya terhadap profesi. Adalah Mervat Mohamed Talaat, seorang dokter kandungan yang sedang hamil.
Ia sedang membantu persalinan seorang ibu melalui proses caesar di Rumah Sakit Umum Luxor di Kairo di Mesir. Tak disangka, saat proses persalinan berlangsung, dr. Talaat merasakan nyeri perut yang cukup parah hingga berujung pada pendarahaan.
Melihat kondisi yang dialami dr. Talaat, sontak semua tim tenaga medis yang ada di ruang operasi memintanya untuk berhenti agar dokter lain bisa mengambil alih tugasnya.
Namun, dr. Talaat rupanya tidak ingin meninggalkan pasiennya. Ia ingin melakukan tugasnya hingga selesai. Setelah proses persalinan berhasil dilakukan, baru akhirnya ia menyerahkan tanggung jawab untuk merawat pasiennya ke dokter lain.
dr. Talaat yang membutuhkan perawatan langsung dibawa ke ruang operasi. Dan setelah menjalani pemeriksaan, ternyata dr. Talaat telah mengalami keguguran.
Awalnya, dokter yang merawat dr. Talaat mendiagnosis keguguran ini diakibatkan karena ia telah melewati hari yang panjang dan melelahkan. Diketahui, pada hari itu dr. Talaat harus melakukan 3 operasi, dan ia telah melewati tekanan pekerjaan yang cukup berat.
Namun, setelah diperiksa lewat USG, baru ketahuan bahwa dr. Talaat ternyata mengalami hamil ektopik. Yaitu, sebuah kondisi ketika pembuahan sel telur terjadi di luar rahim, biasanya terjadi di salah satu tuba falopi. Janin yang tumbuh di luar rahim dan akhirnya menyebabkan keguguran.
Hamil ektopik sendiri sebenarnya memang tidak akan bisa dilanjutkan lagi, demi menyelamatkan nyawa sang ibu. Maka itu sebaiknya harus segera dikeluarkan.
Tampaknya dr. Talaat juga baru mengetahui bahwa dirinya hamil dan belum memeriksakan kehamilannya lebih lanjut. Karena itulah kehamilan ektopik yang dialaminya juga baru ia ketahui.
Namun, apa yang dilakukan dr. Talaat yang tetap bekerja meski merasakan nyeri hebat, seakan mengingatkan pada satu kalimat bijak. ‘Cintailah pekerjaanmu, maka apa yang kau kerjaan tentu akan terasa lebih mudah.’
Seperti yang kita ketahui, menjadi dokter menuntut untuk bisa memberikan pelayanan terbaik untuk pasiennya. Bahkan, bisa dibilang tidak mengenal waktu.
Apa yang menyebabkan hamil ektopik?
Penyebab hamil ektopik
- Infeksi atau pembengkakan di tuba falopi sehingga menghambat jalan embrio ke rahim, membuat embrio harus menempel di tuba falopi.
- Jaringan luka pada tuba falopi karena operasi atau pernah mengalami infeksi, sehingga menghalangi jalan embrio menuju rahim.
- Operasi di area pelvis atau tuba falopi yang membuat area tersebut lengket sehingga embrio menempel.
- Cacat lahir atau tumbuh kembang tidak normal yang dialami ibu dan membuat bentuk tuba falopinya tidak normal.
- Ibu menderita satu penyakit seperti pembengkakan pelvis dan infeksi menular seksual.
- Pernah mengalami kehamilan di luar rahim sebelumnya.
- Penggunaan obat kesuburan.
- Perawatan kesuburan seperti IVF (in vitro fertilization).
- Hamil saat sedang menggunakan KB IUD.
- Kebiasaan merokok.
- Hamil di usia 35-40 tahun.
Kondisi hamil ektopik sayangnya memang tidak bisa dicegah dan bisa dialami siapa saja. Namun risiko mengalami hamil ektopik ini bisa dilakukan dengan cara menghindari atau mengurangi faktor risiko, misalnya pada perempuan yang pernah mengalami inflamasi tuba falopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit seks menular.
Baca juga :
Langka, seorang ibu hamil di luar rahim lahirkan bayi sehat!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.