Sungguh Bukan Pekerjaan Mudah, Ini 8 Hal yang Perlu Diperhatikan Ibu Menyusui

Ibu menyusui juga butuh bantuan dan dukungan orang terkasih

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketika kita diminta mendefinisikan satu kata untuk menggambarkan sosok seorang Ibu, maka akan bermunculan berbagai definisi, pengertian, dan arti dari seorang ibu. Menjadi ibu bukan perkara mudah juga bukan perkara sulit. Menjadi ibu, adalah perkara belajar ikhlas. Memilih menjadi ibu berarti memilih untuk mau belajar. Apa saja yang perlu dipelajari? Semuanya. semua fase yang membuat kita akan menjadi seorang ibu atau sudah menjadi seorang ibu, termasuk fase di mana seorang ibu menyusui bayinya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu menyusui dari pengalaman saya.

Salah satunya, kita bisa menjadi ibu pembelajar dengan membaca beberapa pengalaman ibu-ibu lain. Pengalaman pertama menjadi seorang ibu dan banyak mendengar dari kisah ibu-ibu lainnya. Jika mendengar cerita ibu-ibu pada umumnya, hamil merupakan hal yang berat, harus mengalami morning sickness, susah makan, lemas, bahkan ada yang hanya bisa tidur di kasur selama hamil. Ditambah jargon yang umum disampaikan para ibu hamil: “Hamil itu membawa perut besar selama 9 bulan. Kemana mana harus tetap dibawa”.

Setelah mengalaminya sendiri, ternyata menyusui jauh lebih mengkhawatirkan, mendebarkan, dan sesekali membuat saya terisak. Di balik kebahagiaan orangtua mempunyai anak, ternyata ada tanggung jawab dan pengorbanan besar di baliknya. Khanza adalah nama anak pertama saya, karena masih baru belajar menjadi ibu, saya masih sangat butuh bantuan untuk menyusui.

Memberikan asi tidak semudah menempelkan mulut bayi ke puting ibu. Di awal minggu menyusui untuk duduk, saya masih sangat harus berhati-hati dan terkadang kesulitan, karena jahitan yang belum lepas benangnya dan masih terasa senut-senut. Walaupun sudah duduk di kasur, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memasukkan mulut adik bayi ke puting, tetap saja ini pekerjaan yang tak mudah.

Tetapi suara tangisan bayi, masih saja terdengar, dan bayi semakin terlihat merah, berkeringat, dan menggeliat. Di situ saya semakin panik dan khawatir. Ada suami saya di samping saya, tetapi kondisinya juga sedang sakit asam lambung. Pengalaman pertama, yang cukup menyedihkan bagi saya, karena di tiga hari pertama pasca melahirkan, tidak bisa langsung berkeluh kesah kepada suami ataupun meminta bantuan.

Tetapi sebagai ibu, kita harus fokus kepada hal yang bisa kita kendalikan, yaitu berusaha untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Pernah ada rasa ingin menangis dan berteriak, tetapi tertahan. Sebab, ada adik bayi yang harus segera ditolong dan diberi minum. Saat adik bayi mulai tertidur, di situ saya mulai memupuk semangat kembali.

Memang benar jika ada yang bilang, “menyusui itu berat karena hadiahnya surga, jika ringan, maka hadiahnya opak upil“. Ibu saya juga terus memberikan nasihat supaya tetap bersyukur di tengah susahnya menyusui sekaligus menjadi ibu baru. Ibu saya berkata “zaman sekarang enak, air tidak perlu nimba, masak sudah ada yang masakin, banyak-banyaklah bersyukur”.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 10 Hal Yang Perlu Bunda Ketahui Sebelum Menyusui

Seiring bertambahnya usia Khanza, ada cukup banyak tetangga dan saudara yang menjenguk Khanza. Ada yang mengomentari bentuk fisik anak saya, ada yang membahas proses melahirkan, dan ada juga yang membicarakan bagaimana kondisi ASI ibunya.

“Bagaimana? Apakah anaknya full asi?, bagaimana? apakah asinya lancar?”. “Tidak seperti itu, posisi mengasihi yang benar, harusnya seperti ini atau seperti itu”. Ada juga seorang ibu, yang bercerita tentang pengalamannya tidak bisa memberikan ASI kepada anaknya, ditambah dengan berbagai upaya dan tekanan dari orang orang di sekitarnya hingga membuat bayinya harus mengalami penurunan berat badan.

Setelah melahirkan, saya diberi nasi yang cukup banyak oleh ibu saya dan itu semua habis. Suami saya juga terheran, saya ternyata bisa makan sangat banyak. Karena sejak zaman sebelum menikah hingga hamil, saya termasuk orang yang sangat sedikit makannya. Tetapi setelah dua hari, pola makan saya kembali seperti semula, yaitu dengan porsi yang sedikit.

Ibu saya mulai khawatir dengan hal tersebut. Ibu saya mengingatkan untuk menambah nasi dan memperbanyak makan sayur. Selama saya menyusui, saya sudah disiapkan menu makanan tersendiri oleh ibu saya, makanan yang banyak mengandung sayur untuk menambah kelancaran asi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena saya tidak mengindahkan perkataan ibu saya, Mulai muncul beberapa masalah saat saya meng-ASI-hi. Bayi saya mudah gumoh, bayi saya gampang terbangun di waktu malam hanya dalam jarak 15 menit, bayi saya kurang bisa menangis dengan kencang, dia hanya menangis seperti bayi yang marah dan kelaparan, bayi saya mudah cegukan, bayi saya minta ditimang selama 10 – 15 menit, sebelum ditidurkan di kasur. Sampai akhirnya saya kembali ke rutinitas awal, yaitu makan dengan porsi banyak.

Parents, izinkan saya berbagi beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu menyusui. Hal-hal berikut ini saya alami dan praktikkan sendiri saat meng-ASI-hi Khanza.

1. Tidak semua teori bisa diterapkan

Ibu baru seperti saya, yang hidup di zaman digital seperti ini, pasti akan langsung membuka mesin pencari google, saat bayinya mudah terkena gumoh. Ada banyak artikel yang menuliskan, bahwa bayi gumoh bisa ditanggulangi dengan meninggikan kepala dan menepuk punggungnya secara perlahan setelah minum asi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nyatanya, beberapa bayi tetap saja gumoh meski Bundanya sudah menerapkan hal ini. Di sinilah perasaan, feeling atau sense ibu harus berperan, karena ibu juga bisa belajar dari pengalaman sendiri, jika teori tersebut tidak bisa diterapkan untuk bayi kita. Maka naluri kita sebagai ibu, harus mencari cara lain, untuk meminimalisir gumoh pada bayi.

2. Jangan menelan mentah-mentah saran orang lain

Masyarakat indonesia lumrah datang berbondong-bondong untuk menjenguk tetangga dan saudara yang dititipi amanah baru yaitu seorang anak. Terkadang dari mereka, ada saja dan cukup banyak yang memberikan komentar kepada kita. Ada salah satu tetangga yang menyarankan saya untuk tidak memegang bagian kaki bayi saat menyusui agar anak tidak gumoh. Saya yang berstatus sebagai ibu pembelajar, cukup kesulitan dengan metode baru tersebut.

Saya takut, jika anak saya terjatuh. Ditambah lagi, ibu tersebut juga menyarankan agar saya memencet dan menekan payudara saya. Apakah saran tersebut bisa selalu diterapkan kepada semua ibu? Nyatanya tidak seperti itu. Anak saya gumoh lagi karena ibunya memencet payudara anaknya saat meng-ASI-hi. Sekali lagi, kita harus mawas dan bijak ya bu, tidak semua saran harus kita terapkan. Terapkan saran dan masukan yang sesuai dengan kondisi kita dan bayi

3. Memperkecil peluang gerakan kaki

Kita sebagai ibu, akan merasa bersalah jika bayi yang telah kita beri ASI terpaksa harus mengeluarkan asi tersebut, atau yang disebut dengan gumoh. Saat bayi mulai kita tidurkan di kasur, berilah dua bantal kecil dekat kaki bayi. Hal tersebut untuk memperkecil gerakan kaki bayi, menendang-nendang. Karena, semakin banyak tendangan bayi, hal tersebut akan berdampak pada perut dan nafas bayi, sehingga mengakibatkan bayi tersebut gumoh.

Artikel terkait: Darah pada Gumoh Bayi: Penyebab dan Kapan Perlu Dibawa ke Dokter

4. Tidak mengindahkan komentar negatif

Manusia diberi otak, hati dan mulut ada yang berkomentar sesuai dengan hati kita. Kita tak bisa mencegah orang berkomentar yang tidak sedap didengar telinga. Mulailah egois untuk hal buruk. Contohnya saja jika ada yang mengomentari tubuh kita semakin gemuk, atau mengomentari wajah kita yang bulat karena badan kita gemuk. Jangan sampai hal tersebut menjadikan kita sedih, apalagi sampai mengurangi porsi makan ibu. Sebab, hal ini berdampak buruk pada bayi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gejala yang ditimbulkan bayi, jika ibu mulai mengurangi porsi makan atau porsi makannya masih sedikit, yaitu bayi mudah untuk gumoh. Karena kualitas asi ibunya menurun, bayi kita menyerap apa? Apakah bisa bayi kita hanya menyerap air putih?. Ditambah bayi mudah terbangun karena bayi terasa sangat lapar. Ibu mengasihi harus tetap makan banyak untuk kualitas asi dan untuk gizi bayi

5. Membangun pola pikir ibu

Nomor lima ini yang cukup sulit, karena berkaitan dengan mental. Memperbaiki mental atau membangun pola pikir tidak semudah menambah porsi makan ibu. Sebab, ada pikiran dan hati yang perlu kita lawan, yang perlu kita tenangkan. Untuk apa? Untuk menjaga kesehatan ibu secara lahir dan batin. Selain menjaga kesehatan fisik, ibu juga perlu menjaga kesehatan mental. Kesehatan mental ibu juga berpengaruh pada produksi asi. Jangan sampai ibu terlalu stres memikirkan bayi yang sering bangun di malam hari, atau memikirkan bayi yang sering bangun saat mulai ditidurkan di kasur.

Jangan pula merasa terlalu sedih, karena bayi sering menangis saat ditinggal mandi. Merasa lelah karena masih harus menimang bayi, padahal perut sudah minta untuk diisi. Lalu, bagaimana cara menumbuhkan dan merawat kesehatan mental ibu?

Mulailah mengobrol dengan suami. Bacalah media sosial yang berhubungan dengan kehidupan ibu sehari hari. Carilah artikel-artikel yang berisi tentang kehidupan menjadi seorang ibu, termasuk cara supaya ibu tetap sehat secara mental.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dari situ ibu bisa mulai mengambil sisi positif dari setiap kesulitan yang sedang ibu hadapi, termasuk kesulitan menjadi seorang ibu, kesulitan merawat bayi baru lahir atau kesulitan dalam mengasihi. Mintalah bantuan kepada orang orang sekitar seperti suami, ibu kita, atau mertua kita.

Sebab, ibu menyusui apalagi menyusui di masa nifas, memang butuh bantuan orang lain. Jangan sampai keluh kesah dipendam sendiri atau merasa bisa mengerjakan semuanya sendiri.

Ibu boleh menangis, boleh berkeluh kesah untuk setiap kesulitan meng-ASI-hi tetapi setelah itu harus bangkit lagi. Harus semangat lagi, harus melanjutkan hidup kembali. Yang terakhir cobalah menjadi ibu yang hidup saat ini, tidak mudah berandai andai, tidak mudah menyesali masa lalu, atau sibuk membayangkan masa depan.

Cobalah menjadi ibu yang hidup saat ini, ibu yang menjalani hari ini dengan sebaik baiknya dan dengan tulus ikhlas. Yang perlu ibu lakukan, hanya melalui semua ini, hanya menjalankan apa yang di depan mata, dengan sebaik mungkin. Ini adalah hal yang perlu diperhatikan ibu menyusui, juga orang-orang terdekatnya.

6. Menambahkan vitamin untuk memperlancar asi ibu

Menggunakan booster asi atau vitamin khusus ibu menyusui juga berpengaruh ke kualitas dan produksi asi. Kalau saya menggunakan vitamin untuk ibu menyusui, selain menambah kualitas asi, membuat tidur bayi nyenyak dan juga mencerdaskan bayi

Artikel terkait: 5 Penyebab Bayi Gumoh Lewat Hidung, Ini Risiko dan Cara Mengatasinya

7. Mempelajari masa nifas dan menyusui

Yang sering dilupakan oleh ibu ibu hamil yaitu kurang membaca artikel tentang pascamelahirkan dan mempersiapkan masa menyusui. Selama ini, saya terlalu fokus pada hal hal yang membuat lancar persalinannya. Mulai dari membaca artikelnya hingga mempraktekkan yoga, latihan nafas, dan pijat perineum.

Betapa terkejutnya saya, ternyata tidak mawas dan tidak mempelajari masa nifas dan menyusui membuat saya pontang-panting, dan cukup depresi dikejutkan dengan banyak kejadian baru dan tak terduga setelah bayi saya lahir. Di situ saya sadar, pengetahuan dan literasi itu penting dan saya tidak mempersiapkan itu semua.

Jika sudah H-1 bulan melahirkan, selain mempersiapkan kelahiran, para ibu juga sebaiknya membaca tentang teknik meng-ASI-hi, membaca kesulitan orang lain saat meng-ASI-hi, apa saja yang perlu dipersiapkan, serta kesulitan seperti apa yang biasa dialami oleh ibu menyusui di masa nifas. Bagaimana meletakkan putting ibu ke mulut bayi pun perlu diketahui. Karena semakin banyak pengetahuan ibu, akan semakin meminimalisir stres pasca melahirkan, dan membuat ibu merasa nyaman meng-ASI-hi buah hati.

8. Hal yang Perlu Diperhatikan Ibu Menyusui soal Keajaiban ASI

Komposisi ASI ibu bisa berubah ketika mendeteksi penyakit pada bayi melalui air liur mereka dan kemudian menghasilkan antibodi untuk penyakit itu yang dikirimkan kepada mereka dalam pemberian ASI berikutnya. Maka dari itu, bayi yang diberi ASI memiliki kasus sakit pilek dan terjangkit virus yang lebih rendah.

Jadi, ketika bayi kita tidak sehat, air liur mereka akan mengandung patogen. Patogen diidentifikasi oleh reseptor kelenjar susu ibu. Reseptor ini kemudian memaksa tubuh ibu untuk memproduksi antibodi spesifik untuk melawan patogen itu. Antibodi itu menyebar melalui ASI kembali ke tubuh bayi ibu. Jangan takut ASI ibu tidak cukup. Ibu harus percaya dan harus yakin kepada yang menciptakan ASI.

ASI ibu pasti dicukupkan untuk semua bayi bayi ibu, karena semuanya sudah diatur dan dicukupkan rezekinya, tak terkecuali rezeki bayi kita, juga pasti sudah dicukupkan. Tugas kita sebagai ibu, menjalankan fitrah dengan sebaik-sebaiknya dengan cara berusaha dan berdoa.

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu menyusui. Pastinya, masih banyak kisah ibu meng-ASI-hi, baik itu kisah bahagia ataupun kisah sedih. Yang harus dipahami dalam konsep meng-ASI-hi adalah belajar menerima kesulitan dan kemudahan ibu dalam mengasihi. Jika ibu sudah dalam fase menerima keadaan, maka secara tidak langsung ibu akan dalam lingkup kebahagiaan. Ibu pun akan berusaha untuk mencari solusi dan terus mau belajar.

Ditulis oleh Rosyida Marfuah, UGC Contributor theAsianparent.com.

Artikel UGC lainnya:

Cerita MPASI Pertama Bayiku, dari Bubur Ayam Mentega yang Bikin Hepi hingga Drama Penolakan

Ajarkan 4 Kebiasan Baik Saat Makan di Luar yang Bisa Diajarkan ke Anak

Cara Jitu dari Nenek Saya untuk Mengajarkan Pola Tidur yang Baik pada Bayi Sejak Lahir