Konsumsi Gula Berlebihan Bikin Anak Jadi Hiperaktif, Mitos atau Fakta?

Konsumsi gula berlebih sering disebut sebagai penyebab perilaku anak hiperaktif dan tidak bisa diam. Apakah benar begitu?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beberapa kalangan masyarakat, khususnya orangtua percaya bahwa gula menyebabkan hiperaktif pada anak jika dikonsumsi secara berlebihan. Apakah hal tersebut hanya sekedar mitos atau memang benar-benar fakta?

Hiperaktif bisa diartikan sebagai kondisi dimana anak tidak bisa tenang, fokus, dan diam. Anak hiperaktif akan cenderung berlari ke sana ke mari seakan-akan energinya tidak akan pernah habis. Kondisi hiperaktif sendiri juga sering dikaitkan dengan gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

Dilansir dari CNN, sebagian kecil anak dengan gangguan ADHD memang lebih sensitif terhadap gula. Perilaku anak ADHD akan berubah menjadi lebih agresif ketika mengonsumsi gula. Namun bagaimana dengan anak yang normal?

Artikel terkait: Benarkah Gula Membuat Anak Susah Tidur?

Gula Menyebabkan Hiperaktif Pada Anak, Apakah Benar?

Teori bahwa gula menyebabkan hiperaktivitas pada anak ini berawal dari sebuah diet bernama diet Feingold di tahun 1973.

Dikutip dari Hello Sehat, Benjamin Feingold, M.D, seorang ahli alergi, memperkenalkan sistem diet dengan tidak mengonsumsi salisilat, pengawet, dan pewarna buatan untuk mengatasi hiperaktivitas pada anak.

Meskipun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah bahwa gula adalah komponen yang dapat mengakibatkan hiperaktivitas, para orangtua percaya bahwa dengan menghindari zat-zat aditif pada makanan akan bermanfaat untuk mengatasi masalah perilaku termasuk hiperaktif pada anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pada tahun 1995, Journal of the American Medical Association meninjau beberapa studi pada penggunaan gula dan menyimpulkan bahwa gula tidak menjadi penyebab hiperaktif pada anak. Meskipun begitu, para ahli mengakui bahwa ada kemungkinan gula akan berpengaruh pada sebagian kecil anak, seperti dimuat dalam Very Well Family.

Penelitian dari University of Iowa juga membuktikan bahwa anak yang diberi gula pasir, aspartam, dan sakarin tidak menunjukkan perubahan perilaku. Baik untuk anak normal dan yang sensitif terhadap gula, semuanya tidak menunjukkan tanda-tanda hiperaktivitas.

Walaupun memang terbukti gula tidak menyebabkan hiperaktif pada anak, ternyata gula memang dapat memengaruhi perilaku dan tingkat konsentrasi seseorang.

Menurut sebuah studi, orang yang mengonsumsi sarapan tinggi gula akan mengalami penurunan tingkat konsentrasi lebih cepat dibanding mereka yang sarapan sereal atau tidak sama sekali.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gula termasuk karbohidrat yang mudah diserap oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan kadar gula darah naik dan produksi insulin meningkat untuk menurunkan gula darah anak dengan cepat.

Penurunan gula darah ini menyebabkan tubuh seolah kekurangan energi dan sel tubuh merasa kelaparan. Akibatnya, anak akan meminta makanan manis kembali dan siklus peningkatan gula darah akan terulang kembali.

Faktor Psikologis Orangtua yang Sebabkan Hiperaktivitas Setelah Anak Konsumsi Gula

Hingga saat ini masih banyak yang percaya bahwa gula dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Namun sesungguhnya hal ini disebabkan oleh faktor psikologis saja.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penelitian mengungkapkan bahwa orangtua yang berekspektasi gula akan menyebabkan hiperaktivitas pada anak, sehingga menganggap anak benar-benar menjadi hiperaktif setelah makan makanan manis.

Dari penelitian yang diterbitkan di Journal of Abnormal Child Psychology, orangtua akan cenderung menganggap anak hiperaktif ketika mereka diberi tahu bahwa sang anak baru saja mengonsumsi minuman ringan dengan pemanis buatan.

Penelitian tersebut melibatkan sekelompok ibu dan anak laki-lakinya yang berusia 5 hingga 7 tahun. Ibu mereka diberitahu bahwa anak-anak tersebut akan diberikan gula dalam dosis tinggi. Kemudian para ibu diminta untuk menilai perilaku sang anak.

Hasilnya, mayoritas ibu menganggap perilaku anak mereka lebih hiperaktif, meskipun setengah dari kelompok anak-anak tersebut tidak diberi gula sama sekali.

Memang gula seringkali menjadi momok bagi para orangtua. Walaupun begitu, makanan manis bisa masuk ke dalam pola makan sehat bagi anak-anak dan juga orangtua. Parents bisa menghindari memberi label makanan sebagai makanan ‘baik’ atau ‘buruk’.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Diskusikan bersama keluarga dan juga anak tentang bagaimana sebaiknya penyajian makanan manis di rumah. Buatlah aturan dan sepakati aturan tersebut.

Parents sebaiknya menyajikan makanan manis sebagai kudapan sesuai dengan jadwal, supaya anak bisa belajar mengetahui kapan mereka bisa makan makanan manis dan kapan tidak boleh. Jika anak meminta lebih banyak permen atau coklat di luar porsi yang diberikan, jelaskan dan beri pengertian bahwa mereka bisa mendapatkan lebih di keesokan harinya atau pada jadwal berikutnya.

Apabila anak ingin pergi ke pesta atau acara di mana banyak makanan manis, Parents mungkin khawatir jika anak akan kehilangan kontrol dan makan banyak gula seperti teman-temannya. Untuk mencegahnya, akali dengan memberikan anak makanan manis dalam jumlah sedikit atau camilan sebelum pergi agar mereka masih kenyang.

Bahaya Kelebihan Gula pada Anak

Meskipun makanan manis atau kandungan gula bole diberikan pada anak, Parents tentu saja perlu tetap mengontrol konsumsi gula agar tidak berlebihan. Menurut Kementerian Kesehatan, sebaiknya konsumsi gula tidak lebih dari 50 gram setiap harinya atau sekitar 4 sendok makan, seperti dikutip dari Kompas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tidak hanya gula pasir yang ditambahkan ke makanan atau minuman, minuman berperisa atau makanan ringan banyak yang mengandung gula tambahan, sehingga konsumsi produk seperti ini perlu pula dibatasi.

Parents bisa memperhatikan label di makanan kemasan. Nama yang memiliki akhiran –osa, seperti dekstrosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa adalah molekul gula buatan yang digunakan di dalam makanan.

Berbagai masalah kesehatan akan mengintai jika anak mengonsumsi gula secara berlebihan, yaitu di antaranya adalah sebagai berikut:

Artikel terkait: Seperti Halnya Alkohol, Asupan Gula Berlebih Bisa Rusak Otak Anak

  • Gigi Berlubang
    Bakteri penyebab gigi berlubang akan bersarang di sisa-sisa makanan manis yang menempel di gigi. Oleh karena itu, gula dapat merusak gigi anak jika tidak diimbangi dengan rutin menggosok dan membersihkan gigi.
  • Penyakit Jantung
    Saat mendapatkan asupan gula yang berlebihan, kadar insulin dalam darah akan meningkat. Dalam kondisi ini, dinding arteri akan meradang dan berpotensi untuk merusak pembuluh darah. Akibat rusaknya pembuluh darah ini akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.
  • Diabetes
    Konsumsi gula dalam jumlah di atas normal dapat mengakibatkan pankreas bekerja terlalu keras untuk memompa insulin ke seluruh tubuh sehingga berisiko menjadi rusak. Apabila pankreas rusak, kadar gula darah akan naik dan tidak terkontrol.
  • Gangguan Ginjal
    Salah satu akibat dari diabetes adalah kerusakan ginjal. Saat kadar gula darah mencapai jumlah tertentu, ginjal akan melepaskan kelebihan darah tersebut ke dalam urin. Jika gula darah tidak dapat dikendalikan, ada risiko komplikasi gagal ginjal.
  • Obesitas
    Gula dalam jumlah banyak tidak hanya diolah menjadi energi, tapi juga menjadi lemak. Lemak tersebut akan melepaskan bahan kimia yang dapat memicu kenaikan berat badan.
    Anak dengan obesitas akan memiliki risiko lebih besar untuk mengidap penyakit diabetes tipe 2.

Ternyata memang tidak terbukti bahwa gula dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Namun, pastikan konsumsi gula si kecil tidak berlebihan setiap harinya dan imbangi dengan sayur serta buah-buahan. Makanan manis yang tinggi gula biasanya minim kandungan nutrisi seperti vitamin dan mineral, oleh karena itu jika anak hanya diberi makanan manis maka gizinya tidak akan tercukupi.

Artikel telah ditinjau oleh:

dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Baca Juga:

Penyebab Anak Hiperaktif dan Cara Menenangkannya Melalui Makanan