Dalam banyak kasus, golongan darah ibu beda dengan anak memang tidak selamanya menimbulkan komplikasi. Pada beberapa orang, gejalanya akan sangat ringan sehingga tidak perlu perawatan.
Namun, bukan berarti perbedaan golongan darah antara ibu dan anak dianggap sepele karena ada beberapa kasus yang pada akhirnya mengharuskan sang ibu dan anak harus lebih lama mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Untuk memahami berbagai reaksi akibat perbedaan golongan darah antara ibu dan anak, penting untuk belajar dan memahami tentang golongan darah dan bagaimana darah ini ‘diwariskan’. Bagaimanapun, mungkin tidak mudah dimengerti bagaimana ibu dan bayinya dapat memiliki golongan darah yang berbeda.
Tidak hanya itu, penting juga untuk mengetahui bahwa saat ini dengan pengobatan modern, sangat mungkin untuk menghindari semua bahaya atau risiko yang terjadi akibat golongan darah ibu beda dengan anak.
Saat ini, banyak dokter kandungan yang mendorong orangtua melakukan tes darah untuk membantu menekan risiko yang bisa terjadi. Bahkan, di beberapa negara, pemeriksaan tes darah ini sudah wajib dilakukan.
Baca juga : Seputar Golongan Darah Anak, Pola, dan Pengaruhnya ke Otak
Penjelasan tentang golongan darah
Bagi yang telah melakukan tes darah akan melihat hasil tes tersebut menjadi kombinasi, yang terdiri dari satu atau dua huruf, serta tanda positif atau negatif. Masing-masing benar-benar berdiri untuk kehadiran atau tidak adanya protein yang berbeda. Ini dikenal sebagai antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah setiap orang.
Tipe ABO
Ada teknik yang bisa digunakan untuk mengelompokkan darah, salah satunya dengan menggunakan sistem ABO. Lewat pengelompokan tipe ABO ini, golongan darah seseorang bisa berupa A, B, AB atau O.
Tipe ini pada dasarnya menentukan ada tidaknya dua antigen yang spesifik, yaitu Antigen A dan antigen B. Seseorang yang memiliki darah tipe A hanya memiliki antigen A, dan seseorang dengan darah tipe B hanya memiliki antigen B. Sedangkan seseorang yang memiliki golongan darah AB memiliki kedua antigen. Dan seseorang dengan antigen O tidak memiliki keduanya.
Tipe ABO inilah yang kerap diperhatikan terkait untuk mendapatkan transfusi darah. Aturan umumnya, transfusi darah ini aman dilakukan jika memiliki tipe ABO yang sama. Namun, ada beberapa kasus terutama dalam keadaan darurat, transfusi darah silang dimungkinkan untuk dilakukan.
Tapi, tipe ABO ini sebenarnya jarang menjadi masalah besar bagi ibu hamil dan bayinya, kecuali jika ibunya memiliki sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif atau bayinya lahir prematur.
Tipe Rh
Tipe Rh pada dasarnya menunjukkan adanya antigen tunggal pada permukaan sel darah merah. Antigen Rh adalah gen dominan, dan dialami pada 8 dari 10 orang. Bahkan, jika tipe Rh hanya ditentukan oleh antigen tunggal, seringkali menyebabkan lebih banyak masalah selama kehamilan atau setelah melahirkan.
Mayoritas ibu hamil yang memiliki Rh positif tidak bermasalah dengan bayinya, meskipun bayinya memiliki Rh negatif. Ibu dengan golongan darah Rh negative , biar bagaimanapun mungkin akan mengalami kesulitan di masa kehamilan jika bayinya memiliki Rh positif.
Jika sang ayah memiliki golongan darah dengan Rh positif, ada kemungkinan anak yang belum lahir juga akan Rh positif.
Dalam kasus ini, mungkin akan diperlukan untuk pemeriksaan atau menguji jenis darah bayi, atau bisa mulai dilakukan perawatan sebagai langkah pencegahan, terutama jika pasangan ingin memiliki lebih dari satu anak.
Bisa saja di kehamilan pertama ibu memang tidak akan menemukan masalah kesehatan, tapi saat kehamilan kedua dengan kondisi anak dengan positif Rh mungkin saja akan menemukan masalah.
Beberapa risiko golongan darah ibu beda dengan anak:
1. Bayi kuning
Kondisi bayi kuning atau dalam bahasa medisnya dikenal dengan sebutan ikterus atau jaundice adalah hal normal yang bisa dialami bayi baru lahir. Namun, jika kondisi golongan darah ibu dengan anak berbeda bisa meningkatkan risiko sehingga harus diatasi dengan cepat. Jika tidak bisa berakibat fatal.
Oleh karena itulah ketika baru melahirkan, dokter akan lebih memerhatikan perkembangan anak. Biasanya, kondisi kuning pada anak baru terjadi saat bayi berusia 3 hari.
Artinya, jika belum tiga hari namun anak sudah mengalami kondisi kuning maka dokter akan segera melakukan observasi perkembangan hyperbilirubinemia sambil melakukan upaya penyinaran.
Selain dilakukan penyinaran, sinar matahari juga perlu dilakukan sebagai salah satu terapi bayi kuning. Sinar matahari sama dengan panjang gelombang sekitar 450 sampai 600 nm, ini dapat memecah bilirubin menjadi zat yang mudah larut dalam air.
2. Kernicterus
Salah satu risiko penumpukan bilirubin yang terlalu banyak adalah komplikasi yang disebut encephalopathy kernikterus atau bilirubin.
Pada dasarnya kernicterus merupakan suatu bentuk kerusakan otak yang disebabkan penyakit kuning pada bayi baru lahir. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi cerebral palsy dan pendengaran, serta bisa mengakibatkan kesulitan belajar.
Seorang bayi yang memiliki kernikterus awalnya akan terlihat lesu, banyak tidur dan akan lemas serpanjang hari. Kernicterus dapat diatasi dengan fototerapi, dengan meletakkan bayi di bawah sinar atau lampu biru. Atau, jika kondisi sudah sangat ekstrim, dokter akan melakukan pertukaran tranfusi untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
Dalam beberapa kasus, bayi mungkin juga akan mengalami demam, terutama jika pusat thermoregulation di otak terpengaruh. Pada tahap selanjutnya, bayi bisa menjadi lemah bahkan bisa berisiko mengalami kejang.
3. Golongan darah ibu beda dengan anak berisiko sebabkan anak anemia
Jika terlalu banyak sel darah merah yang pecah, seorang bayi bisa berisiko mengalami anemia. Pada dasarnya ini bisa terjadi ketika tingkat sel darah merah bayi rendah.
Sel darah merah sangat penting untuk fungsi tubuh normal. Oleh karena itu, sel darah merah berfungsi dengan mengambil oksigen yang sangat dibutuhkan saat mereka melewati kantung udara paru-paru, dan kemudian membawanya ke sel-sel di sekujur tubuh.
4. Efek jangka panjang yang timbul akibat golongan darah ibu beda dengan anak
Bila terdeteksi dan diobati sejak dini, penyakit hemolitik akan sembuh dengan cepat dan tidak ada komplikasi serius akan timbul dikemudian hari. Kecuali, jika bayi memiliki kasus sangat serius, di mana memerlukan penanganan agresif.
Bayi yang telah mengalami anemia berat akibat penyakit hemolitik akan berisiko mengalami masalah dengan limpa dan hatinya. Bahkan, ketika sudah tumbuh besar akan berisiko mengalami masalah kardiovaskular atau gangguan saraf.
Sedangkan untuk bayi dengan kernikterus mungkin memiliki masalah dengan gerakan. Beberapa mungkin mengalami kedutan otot atau kejang, tergantung bagian mana dari otak yang terkena.
Risiko lain yang bisa terjadi, anak-anak akan mengalami masalah pendengaran. Secara khusus, mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mendongak.
Selain itu, risiko lainnya juga mengalami masalah belajar atau perkembangan di kemudian hari. Jika memang komplikasi ini terjadi, Parents perlu memantau perkembangannya selama bertahun-tahun sehingga setiap masalah dapat diketahui dan ditangani lebih awal.
5. Keguguran
Golongan darah ibu beda dengan anak juga bisa berisiko mengalami keguguran. Ini biasanya dimulai saat si kecil mulai mengembangkan sistem peredaran darah dan menghasilkan sel darah merah. Begitu sel darah merah ‘asing’ ini terdeteksi oleh antibodi maternal, mereka mungkin menyerangnya.
Hal ini bisa mengakibatkan keguguran atau, jika kehamilan berlanjut cukup jauh akan menyebabkan stillbirth atau bayi lahir mati. Karena itu, ibu yang sering mengalami keguguran mungkin ingin mendapat tes darah, terutama jika dia memiliki akses kesehatan yang buruk.
Seorang ibu yang golongan darah O atau Rh negatif berisiko mengalami keguguran, terutama jika pasangannya memiliki golongan darah antigen-positif.
Dalam kasus yang lebih ringan, bayi mungkin dibawa ke masa depan dan dilahirkan hidup. Namun, ada risiko terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, pada periode setelah kelahiran.
Baca juga :
Ini risiko bayi lahir dari ibu golongan darah O, Bumil wajib tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.