Memberikan gizi seimbang pada anak harusnya menjadi prioritas utama bagi orangtua. Karena nutrisi yang baik sangat dibutuhkan oleh anak dalam masa tumbuh kembangnya.
Namun, seringkali kita terjebak dalam slogan 4 sehat 5 sempurna yang sejak dulu kita ketahui. Padahal, tanpa porsi yang tepat, gizi seimbang tidak bisa didapatkan oleh anak.
Rita Ramayulis DCN, M.Kes, seorang pakar nutrisi berkata, “Pergeseran pola hidup masyarakat jaman dulu dengan jaman sekarang membuat slogan 4 sehat 5 sempurna harus diperbarui. Makanan yang dikonsumsi sekarang tinggi kandungan gula, garam dan lemak.”
“Kita juga sering mengandalkan makanan yang dibeli daripada masakan rumah. Sehingga slogan tersebut diganti menjadi Isi Piringku, yang berasal dari piramida gizi seimbang,” tambahnya saat ditemui dalam acara Nestle International Chef’s Day di Jakarta, 20 Oktober 2018 lalu.
“Alasan mengapa slogan itu perlu diperbarui, karena manusia sekarang sangat kurang aktivitas fisiknya. Asupan gula meningkat, tapi olahraga kurang. Akibatnya, gizi di dalam tubuhnya tidak seimbang. Bila tidak diberi porsi yang tepat, kelebihan zat gizi tersebut tidak bisa dikeluarkan,” papar wanita berusia 48 tahun ini.
“Slogan Isi Piringku ini berisi komposisi makanan disertai dengan porsi yang disesuaikan dengan berat badan anak. Juga anjuran untuk berolahraga. Bicara gizi, kita bicara tentang 4 hal. Yakni aneka ragam makanan, berat badan ideal, aktivitas fisik, dan perilaku hidup bersih.”
Artikel terkait: Kesalahan pola makan ini bisa sebabkan anak kekurangan zat besi
Tips memberikan gizi seimbang pada anak
Sebagai ibu dari 4 orang anak, Rita Ramayulis mengerti betul pentingnya memberikan gizi seimbang sesuai porsi kebutuhan anak.
Lebih lanjut, Rita Ramayulis memberikan panduan memberikan makanan pada anak sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang si kecil.
Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
1. Tepat jenis
Rita Ramayulis menjelaskan, sejak dini anak harus dikenalkan dengan beragam jenis makanan. Yang tentunya memuat nutrisi yang ia butuhkan, seperti karbohidrat, protein, sayur, buah, dan lemak terkait omega 3. Selain itu, pengenalan banyak jenis makanan sejak dini juga bisa mencegah anak menjadi picky eater di masa depan.
Untuk porsinya sendiri, sesuai dengan slogan Isi Piringku dan gambar di atas, piring saji anak terbagi menjadi 3 bagian. Yakni 1/3 karbohidrat, 1/3 protein, dan 1/3 sayur dan buah.
Karbohidrat yang berasal dari nasi, roti, mi, atau kentang. Protein hewani dan nabati harus disajikan bersama untuk anak, tidak bisa saling menggantikan. Buah dan sayur juga harus disajikan setiap hari pada anak.
Artikel terkait: Anak suka pilih-pilih makanan? Lakukan 6 metode fun meal untuk atasi anak picky eater
2. Tepat jumlah
Porsi makanan disesuaikan dengan ukuran tangan anak. Perbandingan jumlah porsi karbohidrat, protein, sayur, buah dan lemak yang dibutuhkan anak, sesuai ukuran tangannya, bukan ukuran tangan ibu atau ayah. Dengan rincian sebagai berikut:
- Karbohidrat sebanyak satu kepalan erat tangan anak
- Buah satu kepalan tangan anak
- Protein hewani sebanyak satu telapak tangan anak tanpa dikepal
- Sayuran sebanyak dua telapak tangan anak yang disatukan
- Lemak sebanyak ujung jari jempol anak
3. Tepat jadwal
Hal penting yang juga harus diperhatikan dalam memberikan makanan pada anak, ialah jadwal yang teratur dan tidak berubah-ubah. Agar tidak memicu obesitas dan picky eater pada anak.
Bila anak biasa makan tiga kali sehari, jangan mengubahnya menjadi 4 kali sehari. Begitupun jam makannya, bila ia biasa makan jam 7 pagi, jangan karena orangtua bangun jam 6 maka anak dipaksa ikut sarapan jam 6.
Hal ini akan mengganggu jam biologis anak dan membuatnya tidak bisa membedakan mana rasa lapar yang sesungguhnya dan mana lapar yang karena kebiasaan.
4. Makanan adalah refleksi cinta dan edukasi dari orangtua
Selain memberikan nutrisi dan gizi seimbang untuk anak. Perlu diingat bahwa makanan juga merupakan sarana untuk mengekspresikan cinta orangtua ke anak, metode pengajaran dan kasih sayang.
Memaksa anak makan makanan yang tidak disukai, atau menghabiskan makanannya saat dia sudah kenyang. Akan membuat dia merasa makan adalah beban.
Jadikan saat makan sebagai proses yang menyenangkan. Andapun bisa membuatnya terlibat dalam menyiapkan makanan, agar bisa mengetahui proses bahan makanan menjadi menu siap saji. Juga sebagai quality time antaar anak dan orangtua.
***
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Ini jawaban ahli gizi tentang pertanyaan Bunda seputar nutrisi anak