Benarkah Generasi Strawberry Adalah Mental Tempe? Ini Faktanya

Mengapa disebut Generasi Strawberry?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain sebutan Generasi Milenial, apakah Parents juga familiar dengan sebutan Generasi Strawberry? Sebutan baru ini sangat ramai diperbincangkan, terutama di media sosial khsusunya Twitter.

Mengapa strawberry? Hal ini karena dikaitkan dengan fakta bahwa buah strawberry cenderung terlihat cantik dan eksotis dari luar, tetapi ketika sedikit ditekan berkali-kali, maka akan mudah hancur.

Kini, media sosial sejatinya memiliki andil yang besar terhadap pembentukan karakter generasi ini. Hal ini tentu saja dikarenakan Generasi Strawberry menyerap informasi dengan cepat seperti spons yang menyerap air.

Apakah Parents masih penasaran dengan Generasi Strawberry? Maka, berikut penjelasan mengenai fakta lebih lanjut hanya untuk Parents.

Fakta Generasi Strawberry

1. Generasi Strawberry adalah Mereka yang Lahir di Tahun 2000-an

Sumber: Pexels

Faktanya, istilah ini pertama kali muncul di Taiwan, dan ditujukan kepada generasi yang lahir pada tahun 2000-an, Parents.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lalu, diperkuat dengan Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul “Strawberry Generation” dan juga salah satu video pemaparan beliau melalui platform YouTube, bahwa Generasi Strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan yang kreatif.

Tetapi sayangnya mudah menyerah dan gampang sakit hati. Generasi ini juga sering disebut sebagai generasi yang “lunak” dan kurang tahan banting.

Artikel terkait: Mengenal Istilah Quiet Quitting, Fenomena Kerja Secukupnya Saja yang Sedang Tren

2. Media Sosial adalah Ruang Curhat Mereka

Sumber: Pexels.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seperti yang telah diperjelas sebelumnya, bahwa fenomena Generasi Strawberry ini marak ditemui di media sosial. Salah satunya adalah media sosial Twitter.

Di sana banyak anak muda yang sesungguhnya memiliki ide yang inovatif dan out of the box. Namun, terlepas dari itu, seringkali pula dijumpai “cuitan” resah atau biasa disebut dengan istilah “sambatan” yang diposting melalui akun sosial media mereka.

Maka, dapat dikatakan juga bahwa media sosial di sini sejatinya memiliki andil yang besar terhadap pembentukan karakter generasi satu ini. Hal ini dikarenakan Generasi Strawberry menyerap informasi dengan cepat seperti spons yang menyerap air dengan sangat mudah.

Banyaknya ragam informasi yang mereka serap seringkali mengakibatkan mereka melakukan self-diagnosis yang kurang tepat. Maka jangan heran, kata-kata seperti healing, insecure, overthinking pun telah menjadi kosakata sehari-hari yang digunakan oleh mereka.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Mental Tempe Identik dengan Generasi Strawberry

Banyak yang mengatakan pula bahwa Generasi Strawberry ini juga layaknya ‘bermental tempe’. Tetapi, memang jika diulas secara lebih lanjut, sebenarnya masalah utama generasi satu ini terletak pada diri mereka sendiri, yakni mental.

Hal ‘mental tempe’ ini juga dapat dilihat karena mereka sudah terbiasa untuk dimanjakan dengan berbagai kemudahan dan segala hal yang instan.

Generasi Strawberry juga memiliki fixed mindset, Parents. Lalu, jika ingin dibandingkan dengan generasi sebelumnya, mereka cenderung lebih mudah hancur, tidak kuat dalam menghadapi suatu kompetisi, serta mudah menyerah saat berhadapan dengan ketidakpastian.

Artikel terkait: Sukses Didik 5 Anak jadi Generasi Berkualitas, Ini Rahasia Parenting Quraish Shihab

4. Fixed Mindset adalah Pemikiran Utama yang Dimiliki Generasi Strawberry

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lantas mengapa Generasi Strawberry memiliki fixed mindset sebagai pemikiran utama mereka? Alasan terbesar mengapa geenrasi 2000-an ini memiliki fixed mindset adalah karena mereka tidak terbiasa untuk diberikan tantangan.

Biasanya, mereka kerap dimanjakan oleh orang tua ketika menghadapi kesulitan, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mencari tahu sendiri jalan keluarnya.

Selain itu, generasi satu ini juga tidak terbiasa dalam menghadapi kegagalan. Kurangnya interaksi dengan dunia luar juga menjadikan mereka memiliki standar level kesulitan yang rendah serta pola pikir yang cenderung tidak realistis.

5. Generasi Strawberry Butuh Growth Mindset

Sumber: Freepik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Oleh karena itu, adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi diri agar tidak termasuk ke dalam bagian dari Generasi Strawberry adalah dengan menanamkan growth mindset.

Maka, dengan menanamkan growth mindset dalam diri untuk beraktivitas, maka akan sangat berguna untuk terus mengembangkan kemampuan dan selalu berani dalam menghadapi tantangan.

Selain itu jangan lupa juga untuk harus membudayakan literasi dan cross-check informasi agar informasi yang terserap tidak langsung dipercaya secara mentah-mentah.

The last but not least, adalah selalu ingat bahwa tidak ada yang serba instan, sebab dalam mencapai kesuksesan pasti memerlukan proses yang panjang.

6. Pelatihan Mental Juga Dibutuhkan

Mereka tumbuh langsung berbenturan dengan teknologi dan informasi. Sayangnya, generasi ini memiliki kegigihan yang kurang. Ide yang cemerlang seringkali pupus karena kurangnya daya juang para generasi satu ini.

Maka, hal inilah yang memang harus disiasati ketika mereka memasuki dunia kerja. Mereka harus mendapatkan pelatihan mental yang mumpuni agar bisa menghadapi berbagai tekanan di dunia kerja.

Dasarnya, mereka memang sebenarnya mampu menghadapi persoalan mereka sendiri, hanya saja mereka tumbuh di lingkungan yang selalu memanjakan mereka sehingga mental mereka menjadi lemah. 

Oleh karena itu, generasi satu ini perlu dididik dengan baik agar tidak hanya memiliki kekuatan dalam segi pengetahuan dan teknologi, melainkan juga mental dan psikis serta tentu untuk tidak mudah terombang-ambing.

Itu dia Parents penjelasan dan fakta yang bisa diketahui. Semoga bermanfaat!

Baca juga:

Sandwich Generation, dilema Parents milenial, Andakah salah satunya?

https://id.theasianparent.com/tag/generasi-alpha