Tongkat estafet kepemimpinan bangsa Indonesia akan terus diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Anak-anak kita sekaranglah yang nanti kemudian bertumbuh menjadi pemimpin bangsa. Akan tetapi, perkembangan media dan teknologi menjadi tantangan dalam sebuah perkembangan anak. Banyak orang tua sekarang yang memberikan keleluasaan terhadap anaknya dengan membiarkan anak bermain gadget tanpa pengawasan sejak usia dini. Orang tua tidak memikirkan bagaimana pengaruh gadget terhadap perkembangan anak dan kebiasaannya, hingga anak mulai menunjukkan gejala kecanduan gadget.
Banyak dampak negatif yang berpotensi muncul akibat kebiasaan penggunaan gadget yang kebablasan. Beberapa gejala kecanduan gadget di antaranya adalah gangguan penglihatan, masalah fungsi otak, terhambatnya perkembangan fisik, menurunnya kreativitas, terhambatnya interaksi sosial, potensi terkena gangguan mental dan perilaku agresif, menganggu fungsi keseharian, dan menyebabkan obesitas. Sehingga, peran orang tua untuk mengawasi, mengontrol dan memperhatikan segala aktivitas anak sangatlah penting.
Perlu diketahui bahwa periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-5 tahun. Pada masa ini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan anak meliputi kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual sedang berlangsung. Ketika anak berada pada tahap tersebut semua informasi akan terserap dengan cepat sehingga anak menjadi peniru yang handal. Anak jauh lebih cerdas dan apa yang ia tangkap akan menjadi dasar dari terbentuknya kepribadian, karakter dan kemampuan kognitifnya.
Oleh karena itu, orang tua penting untuk memahami tentang pengaruh gadget bagi anak. Tujuannya adalah agar orang tua membatasi penggunaan gadget pada anak. Alhasil, tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan baik dan anak menjadi lebih aktif, cerdas, dan interaktif terhadap orang lain.
Artikel terkait: Penelitian: ini 10 Bahaya Gadget bagi Anak di bawah usia 12 Tahun
Kapan Sebaiknya Anak Baru Diperbolehkan Bersinggungan dengan Gadget?
Menurut Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada, anak umur 0-2 tahun tidak boleh terpapar oleh teknologi sama sekali. Anak umur 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi satu jam per hari. Dan anak usia 6-18 tahun dibatasi 2 jam per hari.
Sementara itu, banyak psikolog maupun pakar pengasuhan anak yang menyebutkan bahwa anak seharusnya tidak memegang gadget sebelum usianya genap 12 tahun. Sebagian psikolog lain malah mematok usia yang lebih tinggi, yakni 14 tahun. Karena hasil penelitian pun telah membuktikan bahwa membiarkan anak menyentuh gadget terlalu dini dapat berdampak buruk pada anak. Menurut survey The Asian Parents Insight tahun 2014 dengan jumlah responden sebanyak 2.500 orang tua Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Berdasarkan survey tersebut dikemukakan bahwa 98% orang tua memperbolehkan anaknya menggunakan gadget untuk keperluan edukasi dan hiburan. Untuk hasil survey lainnya mengatakan bahwa sebanyak 99% anak main gadget di rumah, 77% main saat berpergian, 70% main di rumah dan makan, 17% di antaranya main di sekolah.
Sementara itu, sebuah survei yang diadakan Gue Sehat mengemukakan bahwa sebanyak 50,1% ibu menyebutkan bahwa anak sering uring-uringan jika dipisahkan dari gadget, sementara 46,1% anak tak memberi respon ketika sementara waktu tidak diberi gadget. Akan tetapi, sebanyak 3,7% mengaku kesulitan menghadapi anak-anak yang mengamuk karena tidak diberikan gadget. Sementara hasil survey untuk waktu yang dibutuhkan anak saat memainkan gadget sekali duduk yaitu 41% (1 jam sekali duduk), 37% (30 menit-1 jam), 21% (1-30 menit), 1% (tidak sama sekali).
Artikel terkait: Pengalaman Saya Membuat Anak Tidak Kecanduan Gadget
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua untuk Atasi Gejala Kecanduan Gadget?
Menurut buku panduan tentang gangguan mental berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder/DSM V, gejala kecanduan gadget adalah sebagai berikut:
- Memainkan gadget lebih dari 6 jam per hari
- Mudah marah atau sangat cemas ketika gadget tertinggal, ketika tidak mendapat sinyal atau ketika baterai habis
- Berbohong tentang kegiatan bermain gadget
- Ada gejala semacam pusing, cemas, bingung, merasa tak berenergi ketika terpisah dari gadget
Lalu bagaimana mengatasi gejala kecanduan gadget tersebut dan agar anak mengurangi penggunaan gadget?
1. Batasi waktu
Para ahli menyarankan waktu maksimal anak mengakses gadget adalah 1-2 jam per hari. Untuk anak usia di bawah 2 tahun tidak disarankan sama sekali untuk bersentuhan langsung dengan gadget, anak 2-5 tahun disarankan hanya 1 jam per hari, sedangkan anak usia 6 tahun ke atas boleh bermain gadget maksimal 2 jam per hari. Melakukan pembatasan waktu bermain gadget pada anak sangat penting untuk menghindari dampak-dampak negatif pengaruh gadget terhadap perkembangan anak.
2. Batasan usia
Jangan kenalkan gadget pada anak di bawah 5 tahun. Orang tua sebaiknya mengajarkan anak aktivitas sesuai usianya. Serta jangan biarkan anak memiliki gadget sendiri.
3. Tempat khusus
Siapkan tempat khusus untuk bermain gadget, misalnya di ruang keluarga agar orang tua dapat mengawasi kegiatan anak.
4. Bicarakan efek dari gadget
Orang tua dapat membicarakan pada anak dampak bahaya dari penggunaan gadget dalam waktu lama untuk kesehatan.
5. Menjadi contoh yang baik
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Jika orang tua sering bermain gadget ketika mengasuh anak, maka anak akan mengikuti kebiasaan tersebut. Orang tua harus mengatur waktu dalam penggunaan gadget secara bijak di depan anak.
6. Perbanyak aktivitas di luar atau di dalam rumah
Meningkatkan aktivitas anak untuk bermain di luar rumah atau di dalam rumah dapat menyita perhatian anak agar lupa bermain gadget. Orang tua dapat mengajak anak untuk pergi ke taman atau melakukan hal apapun agar anak dapat aktif. Biarkan anak bermain sehingga dapat mengapresiasikan dirinya dan menggunakan kontak matanya dengan baik. Hal itu bertujuan agar membentuk kemampuan interpersonal serta kemampuan motorik dan kreativitasnya.
7. Minta pertolongan dokter
Bila cara-cara di atas tidak memberi efek yang signifikan, sebaiknya orang tua dapat mengkonsultasikan hal tersebut kepada dokter.
Ditulis oleh Septiana Wulandari, UGC Contributor theAsiaparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Kisahku Menjalani Kehamilan yang Tak Disadari, Penuh Kekhawatiran!