Dengan segala keunikan dan ‘kegilaan’ yang dimiliki Fitri Tropika, penasaran enggak bagaimana ia mengasuh puterinya ini? Yuk, intip 9 gaya pengasuhan Fitri Tropica berikut ini!
9 Gaya Pengasuhan Fitri Tropica
Saat ini usia Sada sudah menginjak 10 bulan. Anak perempuan ini lama sekali dinantikan Fitri Tropica (33) dan suaminya, Irvan Hanafi.
Setelah 5 tahun menikah, akhirnya Tuhan menitipkan juga kepada mereka seorang buah hati pada 11 September 2019 lalu.
Kepada The AsianParent Fitri bercerita bahwa perkembangan Sada sangat baik. Berat badan puterinya pun sesuai kurva, meski agak lewat sedikit. Dan secara motorik, Sada sudah bisa menunjuk-nunjuk apa yang ia mau, sudah bisa bilang ‘itu-itu’, berdiri pun sudah tidak perlu dibantu dan dipegangi, dan merangkaknya juga sudah lancar.
1. Gaya pengasuhan Fitri Tropika: ASI adalah Hal yang utama
Hingga kini wanita yang terlahir dengan nama Fitri Rakhmawati masih terus memberikan puterinya ASI.
“Alhamdulilah ASI masih, ya. Sebelumnya, kan, aku DBF (direct breastfeeding) dan pumping juga, tapi semenjak pandemi Sada udah enggak mau pakai dot,” katanya mengawali cerita.
“Akhirnya aku habiskan semua stok ASI hasil pumping-nya. Ada yang diminum, ada yang enggak.”
Alhasil, untuk saat ini, ia selalu memberikan ASI kepada Sada secara langsung (DBF).
Tapi sesekali ia masih suka memompa ASI. Ini sekadar agar Sada punya stok yang bisa digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan.
“Dua hari lalu (7/9/2020) aku pumping dan masih dapat 150 ml. Alhamdulilah.”
2. Sada Mulai Aktif, Fitrop Minta Bantuan babysitter untuk Mengawasi
Fitri sangat bersyukur karena di masa pandemi ia masih bisa bekerja. Ada beberapa project yang ia kerjakan dan tawaran endorse pun selalu ramai. Mungkin pekerjaan terlihat santai, tapi tidak begitu kenyataannya.
“Kelihatannya cuma pegang hape, dan pekerjaannya mostly di media social, bikin konten, dan lain-lain. Sada itu sudah aktif banget. Kalau nyambi-nyambil, misalnya ngedit podcast sambil ngawasin dia, engga bisa. Karena kalau meleng dikit, anaknya bisa aja kejedot atau jatuh. Akhirnya aku bener-bener jadi enggak produktif sama sekali.”
Berdasarkan pengalaman itu, Fitri dan suami, di usia Sada 8 bulan, memutuskan menggunakan jasa baby sitter. Kalau suami, tugasnya cukup membangun quality time bersama Sada saja.
3. Pandemi = less stress
Kalau banyak ibu mengeluh karena selama pandemi ini harus membimbing anak-anaknya belajar di rumah, sebaliknya dengan Fitri. Ia justru menganggap pandemi sebagai blessing in disguise.
“Sada itu sedang berada di usia yang lagi enak-enaknya dimain-mainin. Dengan adanya Sada di rumah, justru less stress.”
4. Vaksin itu wajib!
Fitri mengaku keluar rumah hanya untuk ke rumah sakit memvaksin Sada saja. Dia, katanya, tak pernah mau melewatkan momen itu karena tak ingin juga perkembangan anaknya terhambat.
“Sambil vaksin, kan, aku kontrol perkembangan dia juga. Kalau di-skip khawatirnya ada perkembangan dia yang aku miss, karena tiap bulannya kan pasti ada aja milestone dan goals barunya, jadi aku tetep kontrol setiap bulan.”
Berhubung masih pandemi, meski standar, persiapan berangkat ke rumah sakit memang jadi sedikit lebih ribet.
“(Sada) diusahain pakai faceshield, kalau masker enggak dipakein. Faceshield aja pun kadang suka dicopot-copot. Sama stroller itu wajib,” katanya.
Menghadapi kondisi ini, usianya Sada masih sangat menguntungkan menurut Fitri. Anaknya belum bisa berjalan dan masih mudah diarahkan. Cukup digendong, selesai.
5. Mengaku sebagai Ibu yang Parnoan
Meski kesannya santai, ternyata Fitri ibu yang parnoan, loh, apalagi soal virus Covid-19. Untuk urusan anak, ia tak mau ceroboh dalam memutuskan sesuatu. Bukan lantaran ia susah mendapat anak sebelumnya, tapi juga ia tak mau menyesali sesuatu hal karena kecerobohannya.
“Suami aku juga orangnya worried, tapi masih less stress dibandingin aku. Gimana ya, aku kayak enggak bisa membayangkan aja kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, terus aku menyesel hanya gegara kecerobohan sesaat. Misalnya, ‘Aduh, kangen banget mau ke mal. Ya udah deh sekali aja…’ Tiba-tiba naudzubillah min dzalik kena, terpapar (Covid-19), anak kita sakit, kayaknya enggak sepadan, ya,” ujarnya.
6. Gaya Pengasuhan Fitri Tropica: Selektif Pilih Dokter Anak
Fitri punya pertimbangan khusus dalam memilih dokter anak. Sejak awal, dua hal yang wajib ada pada calon dokter anaknya adalah friendly dan easy to reach.
Alasannya masuk akal. Ia mau, di saat Sada sakit dan ia butuh bantuan dengan bertanya, si dokter bisa menyediakan waktunya.
Dalam perkembangannya, anak tak selalu dalam kondisi fit. Ada saat di mana ia demam –mau tumbuh gigi, misalnya, dan sebagai ibu baru yang belum berpengalaman pasti lekas panik menghadapi kondisi ini.
Untuk kasus-kasus seperti ini, langsung pergi ke rumah sakit rasanya percuma mengingat penanganannya sebenarnya sangat mudah. Dengan usaha untuk bisa sampai ke rumah sakit dan bertemu dokter –waktu di perjalanan dan antri poli- justru lebih banyak ketimbang dokter memberi arahan melalui telepon.
“Ada dokter yang kalau kita WA atau telepon kurang terlalu nyaman, dan justru lebih suka kalau kita datang langsung. Gimana kalau anak mengalami kondisi darurat yang penanganannya enggak bisa nunggu besok, takutnya ada apa-apa kan.
Jadi maksudku, dalam kondisi genting dokter bisa bantu aku ambil keputusan yang tepat, jangan sampai terlambat biar enggak berakibat fatal buat si anak,” terangnya.
7. Gaya Pengasuhan Fitri Tropica: Membeli buku resep MPASI dan mencobanya satu per satu
Fitri termasuk ibu yang senang membaca buku dan jurnal pertumbuhan dan perkembangan bayi, tidak terkecuali MPASI. Untuk mendukung pemberian MPASI kepada Sada dan memperkaya wawasannya akan makanan kesukaan Sada, ia membeli buku resep MPASI.
“Aku beli buku resep MPASI-nya dr. Meta (dr. Meta Hanindita, Sp.A), dan aku bikin catatan. Aku coba semua resepnya, setiap hari satu resep. Yang Sada suka aku checklist, yang enggak suka aku tandai juga. Dengan begitu aku jadi tahu mana resep yang Sada suka mana yang enggak.”
8. Tak mau ribet dengan cara makan anak merupakan salah satu gaya pengasuhan Fitri Tropica
Gaya pengasuhan Fitri Tropika dalam hal makan: Responsive feeding atau baby lead weaning, boleh-boleh saja!
Sama seperti anak lain, ada kalanya Sada tidak mau makan. “Aku pernah sampai kayak ‘Aduh, gimana sih ini…’ Sampai suntuk-suntuk sendiri.”
Tapi kata Fitri lagi, ia tak mau ambil pusing. Ia memilih mengikuti mood Sada saat itu.
Fitri bercerita, dalam hal makan, Sada sedikit unik. Meski belum tumbuh gigi, Sada sangat suka mengunyah makanan bertekstur keras. Dalam hal ini pun dia nurut maunya Sada.
“Kalau dia bosan, tinggal aku ganti menu yang lembek-lembek. Soal cara makan pun gitu, untuk makan mainly Sada responsive feeding. Dan kalau dia mau makan sendiri, aku enggak tahu itu kategorinya BLW atau bukan, ya aku kasih aja.”
9. Suami Tetap No. 1 Bagi Fitrop
Seberapa pun besarnya cintanya pada puterinya, bagi Fitri suaminya tetap No. 1, anak No. 2. Kenapa?
“Harapannya, dengan pasangan, kami untuk selama-lamanya, ya. One day dia (Sada) akan lepas dari kami. Ini juga cara agar aku enggak memberi kasih sayang yang berlebihan, nanti jadi terlalu manja.”
Hal ini juga katanya yang dipesankan orangtua dan mertuanya. Pesan orang tua lainnya yang juga disampaikan kepada Fitri adalah, jangan sampai anak jadi bos. Orangtua harus memberikan porsi ‘sayang’ yang tepat pada anak. Secara psikologis, ini juga untuk menghindari hubungan relasi dengan suami di masa depan.
***
Itu dia 9 gaya pengasuhan Fitri Tropica, semoga bisa menginspirasi ya Bunda!
Baca juga:
21 Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Anda Ketahui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.