Milenial dan boomer harus menerima kenyataan bahwa Gen Z bukan anak kecil lagi. Lahir dalam rentang antara tahun 1995-2012, Zoomer tertua sekarang sudah berusia 27 tahun. Artinya, generasi ini mulai memasuki usia dewasa, lulus kuliah, masuk dunia kerja, dan menjadi orangtua.
Iya, benar menjadi orangtua dan bertanggung jawab atas ‘nyawa manusia lain’. Benarkah mereka sudah siap menjadi orangtua? Berikut gaya parenting ala Gen Z, menarik lho!
Sekilas Tentang Gen Z
Sumber: Pexels
Setipe dengan milenial, zoomer juga memiliki banyak label yang dilekatkan pada mereka. Sebagai penduduk digital tulen, Gen Z merupakan generasi berpendidikan, kritis, dan terbuka soal isu-isu kesehatan mental.
Menurut sensus penduduk tahun 2020, ada 74 juta Gen Z di Indonesia. Menjadikan mereka sebagai kelompok terbesar dibanding generasi-generasi lainnya.
Menariknya, sebagian Gen Z kini mulai menapaki fase parenthood. Punya gaya parenting yang berbeda dengan pendahulunya, membuat profil Gen Z sebagai orangtua menarik untuk dibahas.
Belajar dari Gaya Parenting ala Gen Z
1. Peduli dengan Kesehatan Mental Menjadi Gaya Parenting Khas Gen Z
Zoomer adalah generasi yang melek dengan isu-isu kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya. Mereka menyadari bahwa kesehatan mental merupakan kunci dari kesehatan secara keseluruhan.
Hal ini ternyata membantu Gen Z menyadari akan ketidaksempurnaan yang mereka miliki sebagai orangtua. Mereka pun lebih terbuka terhadap hal-hal yang kiranya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, baik sebagai orangtua maupun sebagai individu.
Di sinilah letak perbedaan mendasar gaya parenting Gen Z dengan generasi lainnya.
Zoomer diklaim lebih berempati dan peduli terhadap kondisi emosi dan kesehatan mental anak-anaknya. Itu sebabnya mereka membekali anak-anaknya dengan keterampilan sosial-emosional dan tak segan mencari perawatan kesehatan mental bila diperlukan.
2. Memiliki Kesadaran Gender dan Mengedepankan Co-parenting
Sumber: Pexels
Besar dalam dinamika keluarga yang menganut gagasan bahwa suami harus bekerja mencari nafkah dan istri bertanggung jawab terhadap urusan rumah dan anak, membuat mereka punya keinginan besar mendobrak gaya pengasuhan ini.
Zoomer menolak mempertahankan ‘gaya lama’ ini karena bagi mereka, baik suami maupun istri memiliki tanggung jawab yang sama besarnya soal urusan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Itu sebabnya mereka berbagi tanggung jawab dengan cara yang adil dan setara untuk urusan rumah. Gen Z mengedepankan co-parenting dalam pengasuhan anak.
Nilai-nilai ini juga berusaha mereka tanamkan dalam mendidik anak-anaknya. Agar kelak mereka memiliki peran dan kesadaran gender yang lebih baik.
Artikel Terkait: 5 Gaya Parenting Khas Generasi Millennial
3. Mendahulukan Logika Ketimbang Mitos
“Taruh gunting di dekat kasur supaya bayi tidak diganggu makhluk halus”
“Jangan makan es krim nanti pilek”
Gaya parenting berlandaskan mitos seperti di atas bukanlah gaya mereka. Bagi zoomer, penalaran dan logika lebih penting ketimbang mitos yang kebenarannya sulit dibuktikan.
Gen Z juga bukan tipe orangtua yang melarang soal makanan dan keaktifan anak. Tidak masalah makan es krim asal sewajarnya. Tidak masalah anak kotor saat bermain asal dibersihkan setelah itu.
4. Cenderung Terapkan Pola Asuh Demokratis
Sumber: Pexels
Gen Z adalah tipikal orangtua yang menggunakan pendekatan ‘puts themselves in their children’s shoes’.
Sebagai orangtua, mereka berkomitmen untuk mendengarkan kebutuhan dan keinginan anak-anaknya. Bagi mereka, tugas orangtua adalah untuk mengarahkan dan memandu, bukan memutuskan soal apa-apa yang dikehendaki anak.
Menariknya Gen Z adalah orangtua yang paham bahwa anak mereka bukan sekadar ‘anak-anak’ melainkan seseorang yang akan tumbuh dan berkembang.
Itu sebabnya mereka lebih menghargai pendapat anak dan menunjukkan rasa hormat dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengannya.
5. Terlibat Penuh dalam Pengasuhan Anak tapi dengan ‘Catatan’
Gen Z paham betul betapa penting keterlibatan orangtua dalam pengasuhan anak. Lebih baik punya ART daripada nanny, pernyataan ini rasanya sangat tepat menggambarkan pola hubungan mereka dengan anak-anaknya.
Mereka sadar betul kalau mereka butuh bantuan, tapi anak adalah prioritas.
Meski begitu, ada yang unik dari karakter zoomer sebagai orangtua. Meski menganggap keluarga adalah prioritas, mereka tidak bersedia ‘melepaskan identitasnya’.
Mereka berpendapat bahwa perannya sebagai orangtua adalah tambahan layer baru dalam identitas, bukan menghilangkan eksistensi diri yang sudah ada sebelumnya.
Itu sebabnya mereka mencoba untuk mengintegrasikan anak-anak mereka ke dalam segala hal yang mereka lakukan, termasuk dalam hobi dan aktivitas yang mereka sukai.
Artikel Terkait: Keren! Gaya Parenting ‘Nunchi’ ala Korea Selatan Bantu Tingkatkan Kecerdasaan Sosial Anak
6. Gaya Parenting ala Gen Z, Mendisiplinkan Anak Lewat Kepercayaan
Sumber: Pexels
Sama halnya dengan orangtua terdahulu, Gen Z juga punya kekhawatiran soal masa depan anak yang serba tak pasti. Tidak ingin menutup-nutupi pahitnya kehidupan, Gen Z justru ingin anak-anaknya bersiap.
Bagi mereka, cara paling efektif untuk melindungi anak-anaknya dari bahaya di luar sana adalah dengan memberikan kepercayaan.
Dengan pendekatan ini mereka berharap pintu komunikasi tetap terbuka. Sehingga anak-anaknya akan merasa nyaman datang kepada mereka ketika menghadapi bahaya dan hal-hal yang tidak terduga.
7. Tutup Telinga, Fokus pada Diri
Tidak sedikit Gen Z yang merasa dihakimi dengan stigma kekanak-kanakan dan perilaku yang tidak bertanggung jawab.
Tak ingin membiarkan hal itu terus berlanjut, sebagai orangtua, Gen Z bertekad untuk tune out the noise dan memusatkan perhatian mereka pada keluarga dan anak-anak mereka.
Tidak peduli berapa banyak kritik yang mereka dapatkan dari generasi pendahulunya, sebagian besar orangtua Gen Z percaya bahwa mereka tahu apa yang terbaik untuk keluarga dan anak-anaknya.
Tak mau mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain, mereka lebih mempercayai nalurinya sebagai orangtua. Sekalipun sering disalahpahami, mereka tetap bangga dengan upaya yang mereka lakukan.
Berhenti Menghakimi Satu Sama Lain dan Saling Dukung
Sumber: Pexels
Sebelum Generasi Z, kaum Milenial juga kerap mendapat penghakiman soal gaya pengasuhan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Namun, dari Gen Z kita belajar bahwa terlepas dari stigma negatif yang melekat pada suatu generasi, semua orangtua adalah yang terbaik bagi anak-anaknya.
Meski pola pengasuhan mengalami evolusi dari masa ke masa, baik boomer, milenial, maupun zoomer adalah orangtua terbaik dengan caranya, pada masanya. Bersyukur hari ini ada banyak platform edukasi soal pola pengasuhan yang lebih mindful dan aware terhadap perkembangan anak.
Tapi alangkah bijaknya kalau kemudahan ini tidak memudahkan kita semua untuk saling ‘sindir’ soal gaya parenting mana yang paling benar. Justru dengan beragamnya literasi edukatif di zaman ini bisa menjadi jembatan bagi berbagai generasi untuk saling mendukung dan saling melengkapi.
Parents, itulah gambaran soal gaya parenting ala Zoomer yang dilansir dari Vice Media Group. Kelihatannya menyenangkan sekali ya punya orang tua dari Generasi Z? Memberi kebebasan namun tetap dalam pengawasan.
Kira-kira poin mana nih yang paling menginspirasi Anda dari gaya parenting mereka?
Baca Juga:
Beda Gaya Parenting dengan Pasangan, Apa yang Harus Dilakukan?
Gaya Parenting Berdasarkan Panca Indra, Anda Termasuk yang Mana?
10 Tips Parenting ala Keluarga Kerajaan Inggris, Bisa Ditiru Nih Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.