Parents, pernah mendengar tentang fluorosis gigi? Kondisi ini mungkin masih terdengar asing namun sebenarnya bisa dialami siapapun, terutama anak di bawah 12 tahun.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai fluorosis gigi, simak ulasannya berikut ini, yuk!
Apa itu fluorosis gigi?
Fluorosis merupakan sebuah kondisi yang memengaruhi penampilan gigi seseorang. Dilansir dari situs Mama’s Choice, fluorosis disebabkan oleh paparan berlebih terhadap fluoride selama delapan tahun pertama kehidupan. Ini merupakan tahap ketika sebagian besar gigi permanen sedang terbentuk.
Bila seseorang terkena fluorisis, gigi mungkin tampak sedikit berubah warna. Misalnya, mungkin ada bercak putih yang hanya dapat dideteksi oleh dokter gigi. Namun, dalam kasus yang lebih parah, gigi pun akan menagalami beberapa kondisi seperti:
- Noda mulai dari kuning hingga coklat tua
- Ketidakteraturan permukaan
- Lubang yang sangat terlihat
Fakatanya, di Amerika, fluorosis memengaruhi hampir 1 dari setiap empat orang berusia 4 sampai 49 tahun. Namun memang paling banyak dialami oleh remaja berusia 12 sampai 15 tahun.
Walaupun fluorosis bukan suatu penyakit, bukan berarti bisa disepelekan karena tanda disadari bisa memengaruhi psikologis. Berisiko membuat seseorang merasa tertekan, rasa percaya diri perlahan berkurang dan sulit diobati. Mengingat kondisi ini sering dialami anak-anak usia remaja, penting bagi Parents untuk selalu waspada dan membantu mencegah terjadinya fluorosis.
Artikel terkait: 3 Tips memilih pasta gigi yang tepat untuk si buah hati
Penyebab Fluorosis
Penyebab utama fluorosis adalah penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride yang berlebihan, fluor yang dioleskan ke gigi, obat kumur yang mengandung fluor, atau fluor yang tertelan.
“Pasta gigi yang tertelan bisa menyebabkan flourosis. Mungkin florousisnya masih sangat minimal, yang berat itu flouridenya terlalu banyak. Kemudian si anak suka menelannya, efeknya yang terlihat yaitu timbul bercak-bercak putih di giginya,” tutur drg. Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDSc.
Gejala fluorosis
Gejala-gejala fluorosis berkisar dari bintik-bintik putih kecil atau garis-garis yang mungkin tidak terlalu mencolok hingga noda coklat tua dan enamel berbintik kasar yang sulit dibersihkan.
Gigi yang sehat dan tidak terkena fluorosis bisa terlihat halus dan mengkilap, sedangkan warnanya juga harus putih atau krem pucat.
Kepada semua orangtua, drg. Ratu Mirah juga mengingatkan agar segera menghubungi dokter gigi bila melihat gigi anak memiliki garis-garis putih atau bintik-bintik. “Atau perjatikan dan waspada jika melihat satu atau lebih gigi yang berubah warna,” ujarnya.
Artikel terkait: Memutihkan gigi dengan cara alami, apakah efektif? Ini penjelasan dokter gigi
Sejak dahulu, dokter gigi telah menilai keparahan fluorosis menggunakan kategori berikut:
- Questionable. Enamel menunjukkan sedikit perubahan mulai dari beberapa bintik putih hingga bintik putih sesekali.
- Very mild (sangat ringan). Daerah putih kertas buram kecil tersebar di kurang dari 25% permukaan gigi.
- Mild (ringan). Area buram putih pada permukaan lebih luas tetapi masih mempengaruhi kurang dari 50% permukaan.
- Moderate (parah). Daerah buram putih menghiasi lebih dari 50% permukaan enamel.
- Severe (sangat parah). Semua permukaan email terpengaruh. Gigi juga memiliki lubang yang mungkin terpisah atau dapat berjalan bersama.
Pencegahan fluorosis gigi
Apa yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya fluorosis gigi? Baik anak-anak ataupun orang dewasa, langkah yang bisa dilakukan dimulai dengan bijak memilih dan menggunakan pasta gigi. Penting untuk memantau penggunaan pasta gigi berfluoride pada anak Anda.
Terutama bagi si kecil yang belum bisa meludah dan cenderung suka menelan pasta gigi.
Jika seorang anak menelan sejumlah besar fluoride dalam waktu singkat, itu bisa menyebabkan gejala seperti:
- Mual
- Diare
- Muntah
- Sakit perut
“Anak dibawah dua tahun boleh memakai pasta gigi ketika dia sudah bisa meludah. Boleh pakai pasta gigi, itupun hanya sebesar biji jagung, kemudian hanya dioleskan saja,” kata drg. Mirah.
Selain itu, ajarkan juga anak untuk mengeluarkan pasta gigi setelah menyikat gigi alih-alih menelannya. Untuk mendorong anak meludah, drg. Mirah menyarankan lebih baik hindari pasta gigi yang mengandung rasa yang mungkin ditelan anak-anak.
Untuk solusi yang lebih tepat, Bunda bisa menggunakan pasta gigi tanpa fluoride. Selain jauh lebih aman, pasta gigi tanpa fluoride juga tentu lebih sehat. Contoh pasta gigi tanpa fluoride yang hangat menjadi perbincangan para Bunda, antara lain adalah Pasta Gigi Mama’s Choice. Diperkaya dengan ekstrak mint, klorofil, kalsium, serta siwak, pasta gigi ini aman digunakan untuk ibu hamil dan menyusui, sekaligus aman digunakan untuk anak-anak serta keluarga.
Referensi: WebMD, Mama’s Choice
Baca juga:
Mau mencoba veneer gigi? Ini saran dokter gigi sebelum melakukannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.