Sudah nonton film Aladdin?
Ada banyak alasan mengapa Parents bisa menjadikan film adaptasi animasi klasik Walt Disney Studios ini sebagai menu ‘kencan’ bersama si kecil.
Tidak hanya akan mengajak Parents menjelajahi lorong waktu mengenang masa kecil bersama Aladdin dan putri Jasmine yang berparas jelita, film ini sekaligus memberikan pelajaran penting tentang kehidupan pada si kecil.
Sabtu (25/5) kemarin, tim editorial theAsianparent Indonesia bersama puluhan keluarga muda Indonesia lain berkesempatan menyaksikan film live action yang satu ini. Bumbu musikal, ditambah lagi dengan sentuhan humor yang membalut di dalam film ini mampu membius kami untuk mengikuti setiap jejak petualangan Aladdin.
Menceritakan kisah seorang anak jalanan bernama Aladdin yang memiliki sahabat monyet bernama Abu. Tanpa disengaja, Aladdin dipertemukan dengan seorang perempuan cantik yang tak lain adalah putri Jasmine.
Sadar akan perbedaan status sosial yang ada, Aladdin mencari segala cara agar bisa menjadi seorang pangeran untuk mengetuk hati sang putri.
Di sinilah awal mula Aladdin akhirnta menemukan lampu ajaib berisi Genie, jin biru yang bisa mengabulkan permintaan siapa pun yang menggosok lampu tersebut.
Film Aladdin yang disutradarai Guy Ritchie ini mengajarkan banyak sekali nilai moral yang bagus untuk Parents ajarkan pada si kecil sejak dini. Apa saja?
7 Pesan penting dari film Aladdin
#1. Jangan takut untuk berbagi
Hidup sebagai pemuda yang harus bertahan hidup di jalanan, membuat Aladdin harus mencuri untuk menyambung hidup. Namun, keadaan ternyata tidak menghalangi Aladdin untuk berbagi. Hal ini yang coba ditanamkan pada penonton di film berdurasi 128 menit ini.
Pesan ini bisa terlihat dalam satu scene, saat Aladdin menjual barang curiannya, ia hanya dibayar dengan sebungkus kurma. Bukannya melahapnya untuk dirinya sendiri, Aladdin justru memberikannya pada seorang anak yang terlihat kelaparan yang ia temui di jalan.
Dari sini, si kecil bisa belajar bahwa bahwa berbagi tidak akan membuat seseorang jatuh miskin, namun justru membuka pintu rezeki yang tidak terduga.
#2. Menjadi manusia serakah akan membawa pada malapetaka
Di samping Aladdin, penonton pun akan dibuat gemas dengan tokoh Jafar seorang yang berambisi menduduki tahta kerajaan Agrabah.
Untuk mencapainya, beragam cara pun ia lakukan, mulai dari memperdaya Sultan dengan tongkat sihirnya hingga mencelakai Aladdin demi merebut lampu ajaib.
Sifat serakah inilah yang perlu ditanamkan pada si kecil sejak dini. Tamak akan membuat kita tidak mudah puas dan cenderung menginginkan yang lebih terus menerus.
Dengan bersyukur, si kecil akan terlatih untuk berempati pada orang lain dan menyadari bahwa bekerja keras dibutuhkan untuk meraih sesuatu hal yang diinginkan. Sudahkah kita mengajarkan si kecil untuk selalu bersyukur?
#3. Semua hal membutuhkan proses
Poin ini tentu saja tidak kalah penting, bahwa saat kita menginginkan sesuatu tentu membutuhkan kerja keras lebih dahulu. Meskipun tak jarang segala upaya akan menemui hambatan. Di sinilah kesabaran kita diuji, akankah kita terus berjuang meraih impian atau malah menyerah di tengah jalan.
Lampu ajaib dan jin biru di dalamnya hanyalah hal semu, di mana tidak ada hal yang bisa diraih dengan instan. Tiga permintaan yang diajukan tak akan pernah cukup, padahal apapun yang kita pinta dalam hidup membutuhkan proses yang jika dijalani dengan seksama akan membuat kita menghargai apapun proses yang ada.
Sebagai contoh saat jin berhasil mengubah Aladdin menjadi seorang pangeran tak serta merta membuat Putri Jasmine langsung jatuh cinta, tetap saja ia membutuhkan upaya untuk memikat sang pujaan hati.
#4. Buku adalah jendela dunia
Menjadi seorang puteri raja, tidak serta merta membuat Putri Jasmine bebas, ia justru terbelenggu di dalam istana dengan pengawalan yang begitu ketat. Didorong rasa ingin tahunya yang besar akan isi dunia, ia pun menghabiskan waktunya dengan ‘melahap’ semua buku.
Dengan membaca buku tentu saja akan menambah pengetahuan tentang apa yang ada di dunia ini. Bahkan dengan membaca, bisa jadi salah satu upaya menjauhkan dari jurang kebodohan.
Putri Jasmine percaya, lewat pengetahuan yang ia dapatkan lewat beragam buku akan berguna untuk membangun negerinya.
#5. Ego tidak akan membawa kita pada hal yang baik
Pertemuan Aladdin dengan lampu ajaib juga mengingatkan kita agar tidak mengedepankan ego.
Saat Aladdin mendapat kesempatan untuk mengucapkan keinginannya yang terakhir, permintaannya tersebut justru ditujukan untuk Genie agar bebas dan bisa menjalani kehidupan normal.
#6. Menjadi diri sendiri
Film Aladdin tak hanya memukau, namun mendorong siapa pun yang menyaksikan untuk tidak takut menjadi diri sendiri.
Saat sudah Aladdin ‘disulap’ menjadi Prince Ali, ia pun melakukan beragam hal untuk menjadi orang lain untuk meluluhkan hati Putri Jasmine. Ketika itu juga Aladdin teringat dengan ejekan ditujukan padanya, sehingga ingin mengambil kesempatan agar orang lain terkesan padanya,
Perlukah hal ini dilakukan? Inilah poin penting yang harus ditanamkan, bahwa jadi diri sendiri lebih penting dan positif. Tidak perlu mengubah jati diri hanya untuk membuat orang terkesan.
#7. Berteman dengan siapa saja
Salah satu pelajaran penting lain yang bisa diambil dari film Aladdin ini terkait dengan pentingnya berteman dengan siapa saja. Tanpa perlu melihat status sosial.
Ketika Putri Jasmine mengenal Aladdin, anak yang tumbuh di jalanan dan dikenal sebagai pencuri, namun tidak membuat dirinya menjauhinya. Pun dengan Aladdin yang tidak pernah lupa dan selalu berusaha menyelamatkan Abu, monyet yang menjadi sahabat setia.
Jadi, kapan mau ajak si kecil nonton film Aladdin?
Baca juga :
Biar Nggak Cepat Ludes, Begini Lho Kiat Mengelola THR yang Bijak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.