Mengapa Malam Lebih Dingin, Padahal Sudah Masuk Musim Kemarau? Yuk Pahami Fenomena Bediding

Ini fenomena bediding yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Daerah apa saja?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beberapa daerah di Indonesia saat ini tengah mengalami perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Perubahan cuaca ini meliputi udara malam hari terasa lebih dingin dari biasanya, meski di siang hari terasa panas.

Perubahan ini ternyata merupakan suatu hal ilmiah yang disebut fenomena bediding. Sebelum dijelaskan oleh BMKG, masyarakat sudah merasakan keanehan. Keanehan ini berupa musim kemarau yang seharusnya identik dengan suhu panas baik pada siang dan malam hari.

Namun masyarakat justru merasakan suhu dingin yang menusuk di malam hari walaupun sedang berada di musim kemarau.

Fenomena Bediding

unsplash

Keanehan masyarakat ini kemudian dijawab oleh BMKG yang menyebut bahwa fenomena yang terjadi ini merupakan hal ilmiah yang disebut fenomena bediding.

Dr. Emilya Nurjani, M. Si yang menrupakan pakar iklim Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa istilah bediding berasal dari bahasa jawa yang berarti fenomena suhu dingin setelah tengah malam hingga pagi hari ketika memasuki musim kemarau.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Perubahan cuaca yang disebut fenomena bediding ini terjadi di musim kemarau saat kondisi langit cerah tanpa awan atau tanpa sedikit awan.

Akibatnya, suhu di siang hari meningkat dan menjadi lebih panas. Sebaliknya pada malam hari suhu berkurang disebabkan adanya pelepasan panas atau hilangnya panas akibat pelepasan radiasi bumi sehingga pada malam hingga pagi suhu menjadi lebih dingin.

Pexels

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Udara menjadi lebih dingin disebabkan fenomena embun upas Bediding. Ini akan terjadi dan mencapai puncaknya pada saat musim kemarau.

“Fenomena ini memang sepertinya menandai masuknya musim kemarau di suatu wilayah,” ujarnya, dilansir dari laman UGM,” ujar pakar UGM Emilya Nurjani pada laman UGM.

Salah satu contohnya yaitu perubahan ekstrem yang terjadi di dataran tinggi Dieng. Disana, saat suhu udara mencapai minus, maka akan ada fenomena embun upas (embun es/tropical frost) pada dini hari hingga pagi harinya.

Sedangkan di daerah lain, perubahan suhu ini juga akan terasa sangat mencolok berupa perubahan suhu siang yang panas namun segera berubah dingin menusuk saat memasuki malam hari terutama pada tengah malam menuju subuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Jangan Diabaikan! Ini Fenomena Ekuiluks yang Akan Terjadi di Beberapa Wilayah Indonesia

Pertanda Masuknya Musim Kemarau

pexel

Fenomena ini juga merupakan pertanda masuknya musim kemarau di suatu wilayah terutama yang mempunyai hujan monsunal.

Wilayah-wilayah yang mempunyai pola hujan monsunal yaitu wilayah yang puncak hujannya sekitar Desember-Februari dan mengalami musim kemarau sekitar bulan Agustus-September.

Wilayah yang dihinggapi hujan monsunal ini meliputi Lampung, Sumatera, Selatan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara itu, Mengutip dari laman Stasiun klimatologi Palembang yang turut membahas fenomena ini menjelaskan bahwa fenomena bediding dalam konteks klimatologi merupakan hal yang normal karena memang terkait dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau.

Fenomena bediding ini biasanya akan cukup terasa pada bulan Juli di mana angin timuran atau monsun Australia yang kering mengalir melewati wilayah-wilayah tersebut.

Baca juga: 

4 Fakta Menarik Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Terjadi di Beberapa Kota Indonesia

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Yesica Tria