Rumor perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo berlanjut. Pada Senin, 11 April 2022 massa tumpah ruah ke jalan untuk melakukan protes. Selain aspirasi, fakta Ade Armando menjadi korban pengeroyokan menjadi sorotan.
6 Fakta Ade Armando, Dosen Komunikasi yang Dikeroyok Saat Demo
Gedung MPR-DPR RI di Senayan lagi-lagi menjadi titik sentral demonstrasi yang diadakan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Aksi yang sudah mendapatkan izin ini adalah sebagai bentuk penolakan tiga periode masa jabatan Presiden dan wacana penundaan Pemilu 2022. Berikut ini fakta demo yang terjadi pada Senin, 11 April 2022.
1. Menggali Tuntutan Mahasiswa
Aksi unjuk rasa bukanlah tanpa alasan, ada sejumlah isu yang menjadi tuntutan mahasiswa kemarin antara lain:
- Mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.
- Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022.
- Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.
- Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab.
Artikel terkait: Kabar Baik! BLT Minyak Goreng dan Subsidi Upah Cair Bulan Ini
2. Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya Amankan Demonstrasi
Demi kelancaran unjuk rasa, personel Polda Metro Jaya diterjunkan untuk mengawal berjalannya aksi unjuk rasa 11 April oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Gedung MPR/DPR RI.
Tak ketinggalan, Kodam Jaya juga mengamankan jalannya demo dengan menerjunkan 1.330 prajurit TNI. Seluruh aparat yang ditugaskan dilarang untuk membawa senjata api guna menjaga ketertiban dan tidak adanya korban jiwa saat aksi berlangsung.
3. Dihadiri oleh Ribuan Mahasiswa
Massa aksi yang hadir dalam demo 11 April kemarin terdiri dari mahasiswa dengan estimasi mencapai 1.000 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) juga memindahkan lokasi demo 11 April yang semula di Istana Merdeka menjadi Gedung MPR/DPR RI.
Koordinator Media BEM SI juga mengatakan bahwa pengalihan massa aksi menuju Gedung DPR RI karena tuntutan mahasiswa merupakan tugas pokok dari pihak legislatif yakni DPR RI.
Artikel terkait: Kocak! Demonstran Ini Dijemput Ibunya Saat Aksi, Videonya Jadi Viral
4. Berbuntut Ricuh
Aksi demo mahasiswa di depan Gedung DPR/MPR, Senayan dilaporkan berujung kericuhan. Peristiwa itu terjadi sesaat setelah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menemui massa demonstran.
Kapolri Listyo dan Sufmi Dasco dari atas mobil komando menyampaikan akan menampung aspirasi massa demo DPR, terutama terkait penolakan penundaan Pemilu 2024.
Tiba-tiba, massa dengan pakaian bebas yang ada di sisi timur melemparkan botol berisi batu ke arah gerbang utama Gedung DPR, Senayan. Lemparan batu tersebut juga mengarah ke mobil komando yang dinaiki para orator dari massa mahasiswa. Satu orang mahasiswa memakai almamater warna hijau terluka di kepala dan langsung dievakuasi temannya agar menjauh.
5. Terjadi Pengeroyokan Terhadap Ade Armando
Seiring demo berjalan, Ade Armando selaku Dosen Universitas Indonesia diserang massa. Ade Armando terlihat menggunakan kaus hitam bertulisan ‘Pergerakan Indonesia untuk Semua’.
Bahkan, Ada tampak tidak menggunakan celana usai dikeroyok. Dalam foto yang beredar, hidung Ade Armando terlihat mengeluarkan darah dan matanya bonyok. Sejumlah petugas polisi pun langsung mengevakuasinya dari kerumunan massa.
Polisi mengatakan Ade Armando dipukuli sesama massa pendemo di depan DPR RI, Jakarta Pusat. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Zulpan mengatakan Ade Armando babak belur akibat kejadian itu. Celana Ade Armando bahkan dilucuti oleh massa.
“Ade Armando benar jadi korban pemukulan di dalam aksi demo tadi. Yang pertama dipukulnya bukan petugas, tetapi oleh sesama massa aksi,” ujar Kombes Zulpan mengutip Detik.
6. Identitas Pelaku Telah Dikantongi
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya, Inspektur Jenderal (Irjen) Fadil Imran memberikan ultimatum kepada pelaku pengeroyokan pegiat media sosial sekaligus dosen Universitas Indonesia, Ade Armando.
Akibat dikeroyok dan diinjak, Ade mengalami luka-luka. Bahkan, sebanyak enam polisi terluka kala berusaha menyelamatkan Ade. Polisi juga sudah mengantongi identitas dari para pelaku pengeroyokan.
Setidaknya, ada empat foto disertai nama-nama terduga pelaku pengeroyokan terhadap Ade Armando. Mereka ialah Dhia Ul Haq, Ade Purnama, Try Setya Budi Purwanto, dan Abdul Latip.
“Kami menyayangkan ada kelompok yang sengaja memancing di air keruh. Dia bukan unjuk rasa menyampaikan pendapat tapi memang niat untuk membuat kerusuhan. Kami akan mengumumkan identitas pelaku dan jika tidak menyerahkan diri akan kami lakukan penangkapan!,” tegas Irjen Fadil.
Mengapa Peserta Demonstrasi Cenderung Mudah Emosi?
Di kebanyakan aksi unjuk rasa, Anda mungkin akan menyadari sejumlah orang akan mudah sekali terprovokasi. Ternyata ada alasan medis di balik fenomena ini.
Saat melakukan unjuk rasa kebutuhan cairan akan meningkat. Pada saat para pengunjuk rasa terpapar panas dan berjalan kaki menyebabkan tubuh berkeringat.
Terlebih kemarin pengunjuk rasa dalam keadaan puasa, tentu saja dehidrasi sangat mungkin terjadi dan akan membawa berbagai dampak komplikasi.
“Kondisi dehidrasi membuat emosi para pengunjuk rasa menjadi meningkat dan mereka cenderung menjadi lebih agresif. Selain lebih sensitif dan emosinya menjadi tidak terkendali, mereka juga susah berpikir jernih,” demikian penuturan pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof dr Ari Fahrial Syam.
Demikian fakta Ade Armando yang dikeroyok ketika demo berlangsung kemarin. Semoga menjadi pembelajaran untuk kita semua.
Baca juga:
Demo Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja Usai, Banyak Orangtua Cari Anaknya di Polda
Herry Wirawan Pemerkosa Belasan Santri Dihukum Mati, Ini Putusan Lengkap Hakim