Istilah ‘epulis’ mungkin terdengar asing di telinga Anda. Faktanya, penyakit yang menyerang gigi dan mulut ini sebenarnya cukup sering terjadi.
Penyakit ini sebenarnya salah satu penyakit di dalam rongga mulut, di mana terjadi pembesaran gusi (gingiva) yang menyerupai tumor. Sebenarnya ini adalah respon tubuh terhadap cedera atau iritasi kronis, perubahan hormon, atau faktor pencetus lain.
Penyebab
Faktor penyebab kemunculan epulis tergantung tipe yang muncul. Tetapi yang paling sering ditemukan, yakni:
- Kongenital. Ini adalah penyakit bawaan, yang dijumpai sejak bayi lahir. Kondisi ini sangat jarang terjadi dan penyebabnya belum diketahui sampai sekarang.
- Fisuratum. Tipe ini diakibatkan oleh iritasi kronis akibat pemakaian denture atau gigi palsu yang telah tua dan tidak pas. Pada awalnya, iritasi berulang dari tepi gigi palsu yang tidak pas mengakibatkan luka dalam atau semacam sariawan yang tidak sembuh sempurna. Lama-kelamaan terbentuk jaringan granulasi yang kemerahan dan tampak sebagai benjolan.
- Epulis gravidarum. Sesuai namanya, epulis tipe ini terjadi pada sekitar 0,2-5 persen ibu hamil, umumnya di trimester pertama kehamilan. Kondisi ini muncul karena perubahan hormon saat hamil memengaruhi respon tubuh terhadap keberadaan plak di sekitar gigi dan gusi. Akibatnya, gusi rentan mengalami peradangan. Pada jenis ini, peningkatan hormon estrogen dan progesteron saat hamil memicu pelebaran pembuluh darah gusi sehingga peradangan dapat terjadi berlebihan meski jumlah plak sebagai faktor pencetus tidak terlalu banyak.
- Fibromatosa. Kondisi ini terjadi sebagai respon akibat iritasi lokal yang terjadi dalam jangka waktu panjang. Misalnya, karena gigi yang tajam atau karang gigi. Epulis fibromatosa merupakan kasus yang sering ditemukan pada rongga mulut, terutama pada tepi gusi, pipi, dan lidah.
- Granulomatosa. Ini adalah pembesaran gusi akibat pencabutan gigi. Pada bekas pencabutan gigi, akan terjadi regenerasi jaringan keras dan jaringan lunak. Namun, proses ini bisa terjadi berlebihan bila timbul komplikasi pada luka bekas pencabutan, misalnya akibat masuknya sisa-sisa makanan atau fragmen gigi yang tertinggal.
Artikel Terkait: 4 Masalah Gigi Ini Sering Dialami Si Kecil, Ini yang Perlu Parents Perhatikan
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Sama seperti penyebab, gejala yang muncul pun tergantung pada tipe yang dialami.
- Kongenital. Kondisi ini spesifik terjadi pada bayi yang baru lahir. Kelainan sering ditemukan di bagian rahang atas serta lebih banyak ditemui pada bayi perempuan dibanding bayi laki-laki.
- Fisuratum. Tipe ini umumnya tidak memberikan rasa sakit dan tumbuh perlahan di sekitar tepi gigi palsu. Epulis fisuratum berwarna kemerahan dan berbentuk menyerupai daging. Pada awalnya, epulis fisuratum membentuk satu lipatan gusi. Bila semakin membesar, batas-batasnya dapat menggantung pada sayap gigi palsu.
- Gravidarum. Warnanya merah cerah, dapat bertangkai—bisa digerakkan dari dasarnya—dan mencapai ukuran hingga diameter 2 cm. Tipe ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak ada keluhan berarti selain karena ukurannya. Oleh karena ukurannya yang cukup besar, gigi yang berdekatan dengan epulis dapat bergeser dan menjadi lebih mudah goyang. Meski dapat muncul di setiap lokasi pada gusi, namun juga sering timbul di antara kedua gigi atau disebut papilla interdental, terutama di daerah gigi seri rahang atas.
- Fibromatosa. Tipe ini dapat berukuran besar, bertangkai maupun tidak bertangkai, berwarna agak pucat, berbatas tegas, serta bertekstur kenyal dan padat. Epulis fibromatosa tidak mudah berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit. Namun bila semakin besar, dapat mengganggu estetik dan fungsi mengunyah.
- Granulomatosa. Epulis tipe ini tampak seperti tumor dengan banyak benjolan kecil. Permukaannya berwarna merah kebiruan dan mudah berdarah, serta sering dijumpai luka seperti sariawan.
Cara Mengobati
Artikel Terkait: Jarang Disadari, Ternyata 5 Hal ini yang Sebabkan Gusi Turun
Untuk mengatasinya, faktor-faktor penyebab perlu dikenali dan dihilangkan. Selain itu, umumnya diperlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan benjolan epulis.
Pada epulis fisuratum misalnya, diperlukan penyesuaian gigi palsu lama atau pembuatan gigi palsu baru untuk mengurangi peradangan. Namun, epulis yang sudah ada tidak akan hilang sehingga tetap harus dilakukan pembedahan.
Sedangkan jika jenin kongenital, pembedahan perlu dilakukan sesegera mungkin karena berisiko menimbulkan gangguan pernapasan pada bayi.
Sementara pada epulis gravidarum, tindakan pembedahan dapat ditunda hingga masa kehamilan selesai. Biasanya, tingkat keparahan epulis pun menurun seiring dengan menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron pascapersalinan.
Baca juga:
4 Penyebab Memar Tanpa Sebab pada Anak, Bagaimana Pertolongan Pertamanya?
Konsumsi Soda Sering Dipercaya Bisa Melancarkan Haid, Mitos atau Fakta? Ini Penjelasannya!
Bisa Dialami Siapa Saja, 13 Hal Ini Bisa Memicu Penyakit Hernia