Anak Gugat Ayah yang Berusia 85 Tahun, Bagaimana Mengatasi Konflik Orangtua dan Anak?

Kasus anak yang menggugat orangtuanya sendiri bukanlah hal yang baru. Pelajari tips dan cara untuk mengatasi konflik antara orangtua dan anak berikut ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setiap orang tentu akan mengalami konflik dalam hidupnya. Hal ini adalah bagian dari hidup dan tak bisa terpisahkan. Konflik dapat terjadi antar teman, rekan kerja, bahkan keluarga sendiri misalnya antara orangtua dan anak. Sebagai contoh, baru-baru ini muncul kasus dua anak di Bandung yang gugat ayahnya sendiri.

Meski memiliki hubungan darah, setiap orang memiliki jalan pikiran yang berbeda-beda. Perbedaan memang adalah hal yang lumrah terjadi, dan bisa saja menjadi awal mula dari sebuah konflik.

Pernahkah Parents mengalami konflik dengan orangtua? Atau malah berkonflik dengan anak sendiri? Seperti apa tips untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara orangtua dan anak?

Artikel Terkait: 3 Tipe Konflik yang Terjadi dalam Pernikahan dan Cara Jitu Mengatasinya

Cekcok Masalah Tanah Warisan, Dua Anak di Bandung Gugat Ayahnya 3 Miliar Rupiah

Masitoh dan Deden menggugat ayah kandung mereka di Pengadilan (PN) Kelas 1A Bandung. Sumber: Inews Jabar

Koswara, warga Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, telah digugat oleh anaknya sendiri, Masitoh dan Deden beserta istrinya. Mirisnya, Koswara telah berusia lanjut, yaitu 85 tahun. Namun sepertinya hal tersebut tak menjadi halangan bagi Masitoh yang berprofesi sebagai pengacara untuk menyeret sang ayah ke pengadilan.

Gugatan senilai 3 miliar rupiah lebih dari anak ketiga dan kedua Koswara itu bermula dari sebuah tanah warisan di Jl. AH Nasution, Bandung. Mengutip dari Inews Jabar, Sebidang tanah dan bangunan berukuran 3x2 meter persegi tersebut awalnya ditempati oleh Deden, anak kedua Koswara, untuk dijadikan warung.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Tanahnya milik kakek saya, sedangkan bapak saya sebagai ahli waris. Kemudian tanah itu disewa untuk warung oleh kakak saya (Deden) 7,5 juta rupiah. Akhir 2020 karena ada masalah bapak saya meminta Deden pindah,” ungkap Hamidah, anak kelima Koswara.

Rupanya setelah disepakati untuk membayar sewa oleh kedua belah pihak, belakangan Koswara mengembalikan uang sewa tersebut kepada Deden. Deden menaruh curiga bahwa Imas, anak pertama Koswara dan Hamidah telah mempengaruhi sang ayah untuk membatalkan perjanjian sewa dan menyuruh Deden pindah.

Bersama dengan istrinya Nining dan adiknya Masitoh, ia mengguggat sang ayah ke pengadilan lantaran tak terima disuruh pindah dari tanah tersebut. Dalam gugatannya Deden meminta Koswara, Hamidah, dan Imas Solihah untuk membayar 3 miliar rupiah jika Deden pindah dari warung tersebut. Tak hanya itu, ia juga menuntut ganti rugi material sejumlah 20 juta rupiah dan immateriil sebesar 200 juta rupiah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keputusan Deden tersebut membuat Koswara kecewa. Ia bahkan telah menulis surat pernyataan bahwa dirinya tak lagi mengakui keempat anaknya, Deden, Masitoh, Ajid, dan Muchtar, sebagai darah dagingnya.

Artikel Terkait: Cegah Konflik dalam Keluarga dengan Teknik Komunikasi ‘I Message’, Begini Caranya

Bagaimana Cara Menyelesaikan Konflik Antara Orangtua dan Anak?

Berkaca dari kasus tersebut, sebaiknya kita belajar lebih baik lagi tentang cara menangani konflik yang terjadi antara orangtua dan anak. Perselisihan dengan orangtua memang bisa jadi sebuah tekanan yang besar, namun komunikasi yang baik dapat meminimalkan konflik yang berpotensi terjadi.

Mengutip dari Bustle, banyak konflik antara orangtua dan anak yang menyebabkan stres, ketidakbahagiaan, dan perasaan tidak diterima atau tidak pernah cukup dari anak kepada orangtua. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dicoba dalam menyelesaikan konflik dengan orangtua.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Menempatkan Diri pada Posisi Orangtua

Baik anak maupun orangtua bisa mencoba menempatkan dirinya pada posisi yang berlawanan. Parents bisa meminta anak atau orangtua untuk mengungkapkan alasan di balik tindakan dan perilaku mereka. Sudut pandang yang lain dapat memberikan banyak wawasan kepada Parents.

2. Temukan Apa yang Anda Inginkan dari Konflik Tersebut

Saat bertengkar, cari tahu apa yang Parents inginkan dari anak atau orangtua dalam situasi tersebut. Apakah permintaan maaf, resolusi, atau sekedar pembuktian bahwa Anda benar?

Tetapkan aturan dan tujuan yang realistis untuk diri Anda, serta prioritaskan tujuan jangka panjang daripada jangka pendek. Misalnya dalam jangka panjang bagaimana cara menjaga hubungan agar tetap erat dan mengurangi potensi konflik di masa depan daripada jangka pendek seperti permintaan maaf atau pengakuan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: 5 Kunci Komunikasi dengan Pasangan, Cegah Terjadinya Konflik yang Bikin Pusing

3. Hindari Berteriak

Para ahli setuju bahwa berteriak dapat memperparah konflik dengan menimbulkan rasa takut dan ketidakberdayaan pada orang lain. Jagalah intonasi suara agar tetap tenang dan datar untuk memungkinkan komunikasi dan transmisi pesan yang lebih baik.

4. Pilih Waktu yang Tepat untuk Membahas Masalah

Memilih waktu yang tepat adalah kunci untuk menemukan penyelesaian dengan lebih cepat dan mudah. Hindari membahas masalah ketika pihak lain tengah dalam suasana hati yang kurang baik karena dapat menambah beban pikiran bagi mereka.

5. Meski Dalam Konflik, Tetap Katakan Bahwa Anda Menyayanginya

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beritahu orangtua atau anak betapa Parents mencintai dan menghargai mereka sebelum membahas apa yang membuat Anda merasa kesal.

Parents akan cenderung menerima sudut pandang orang lain dan dapat merespons dengan lebih baik terhadap kritik yang akan diberikan.

6. Manajemen Konflik

Kedengarannya memang aneh, tapi Parents perlu memutuskan apakah suatu masalah layak menjadi perdebatan. Seperti misalnya apakah masalah tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan Parents atau anggota keluarga lainnya. Masalah yang sepele sebaiknya tidak dijadikan percekcokan yang berlarut-larut.

****

Bertengkar dengan anggota keluarga memang tidak mudah, jika tidak disertai dengan manajemen konflik yang benar, bisa saja masalah Anda berakhir seperti dua anak di Bandung yang gugat ayahnya di atas. Jika sulit untuk mengubah pikiran pihak yang berkonflik dengan Parents, berusahalah untuk menjadi lebih bijaksana, sabar, dan empatik selama konflik. Konflik antara orangtua dan anak seringkali menghasilkan hubungan yang lebih bahagia dan penuh cinta.

Baca Juga: