Demi Lovato termasuk salah satu penyanyi pop papan atas yang penggemarnya tersebar di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia. Ia dikenal berkat akting dan lagu-lagunya yang booming di film Camp Rock (2008).
Gara-gara film tersebut, ia pun dipotret sebagai sosok gadis remaja yang manis dan ceria. Namun, belakangan, selain melela sebagai seorang non-biner, ia mulai vokal mengkritisi banyak fenomena di masyarakat, termasuk tentang body shaming.
Simak opini Demi Lovato tentang bahaya glorifikasi penurunan berat badan berikut ini.
Sempat Alami Eating Disorder, Ini Pengakuan Demi Lovato
Menurunkan berat badan bagi sebagian besar orang jelas bukan persoalan mudah. Butuh usaha keras dan tentu saja tekad yang kuat untuk melakukannya. Namun demikian, penurunan berat badan bagi beberapa orang juga bisa jadi momok yang menakutkan yang bahkan bisa menyebabkan depresi hingga gangguan mental.
Inilah yang kemudian menjadi perhatian Demi Lovato, seorang aktris dan penyanyi pop asal Amerika Serikat. Pelantun tembang “This Is Me” itu mengungkapkan pandangannya tentang bahaya glorifikasi penurunan berat badan yang masih melekat di masyarakat. Lalu, mengapa bisa berbahaya? Bukankah memiliki berat badan yang ideal itu sehat?
Pendapat Demi Lovato ini tak dapat dipisahkan dari riwayat kesehatannya yang dulu pernah mengalami eating disorder. Sedikit flashback ke tahun 2018, kala itu, ia sempat mengalami over dosis yang nyaris mengancam nyawa. Kecanduannya pada obat-obatan terlarang tak lain karena depresi yang disebabkan oleh eating disorder yang ia derita selama bertahun-tahun.
“Saya dulu meyakini kalau pulih dari eating disorder itu nyaris tidak mungkin,” tulisnya.
“Saya sempat berpikir semua orang [yang mengalami eating disorder] berpura-pura atau diam-diam kambuh,” imbuhnya.
Artikel terkait: Penjelasan Mengenai Gender Non Biner yang Diakui oleh Penyanyi Demi Lovato
Glorifikasi Penurunan Berat Badan Berpotensi Membahayakan Seseorang
Perjuangan Demi dalam menyembuhkan eating disorder yang ia derita telah membawanya ke dalam sebuah kesimpulan bahwa glorifikasi penurunan berat badan kenyataannya sangat berbahaya.
Bagi kebanyakan orang, menurunkan berat badan mungkin terdengar sebagai sebuah pencapaian. Namun, bagi sebagian yang lain, hal itu justru bisa menjadi sebuah hukuman yang membunuh secara pelan-pelan. Sadar dengan posisinya sebagai seorang publik figur, ia kemudian menggunakan platform pribadinya, yakni media sosial untuk mengampanyekan potensi bahaya tersebut.
“Saya tidak tahu siapa yang perlu mendengar ini, tetapi memuji seseorang tentang penurunan berat badan mereka bisa sama berbahayanya dengan memuji seseorang atas kenaikan berat badan mereka,” tulisnya via fitur Instagram Story.
Pengalaman seseorang dengan makanan sangatlah personal, begitu juga dengan upaya mereka dalam menjaga berat badan. Itulah mengapa, mengomentari tubuh seseorang bagi Demi adalah tindakan yang tidak terpuji bahkan sekalipun niatnya hanya sebagai bercanda atau murni tidak ada intensi untuk menyakiti.
“Jika Anda tidak tahu sejarah seseorang dengan makanan, tolong jangan mengomentari tubuh mereka. Karena meskipun niat Anda murni, mungkin saja hal itu membuat mereka bangun jam 2 pagi, hanya untuk memikirkan komentar tersebut,” kata Demi Lovato.
Artikel terkait: Keren! 5 Artis Ini Jadi Garda Depan Bela Istri Saat Kena Body Shaming
Demi Lovato: “Saya Lebih dari Sekadar Tubuh Saya”
Menurut Demi, seseorang tidak dapat dinilai hanya dari penampilan luarnya, termasuk dalam hal ini terkait bentuk tubuh dan berat badannya. Inilah yang menjadi perhatiannya selama beberapa tahun belakangan. Demi tak ingin orang-orang berpikir bahwa penampilan adalah segalanya.
Meski demikian, ia tidak memungkiri bahwa mendapatkan pujian setelah berhasil menurunkan berat badan memang menggembirakan. Namun, bagi orang-orang yang mengalami eating disorder atau punya depresi, pujian tersebut seketika bisa berubah menjadi penghakiman.
“Apa yang mereka pikirkan tentang tubuhku sebelumnya kalau begitu?” ungkapnya.
Artikel terkait: Kena Body Shaming Usai Melahirkan, Audi Marissa: “Aku Tetap Maafin”
Ia pun menegaskan bahwa dirinya berharga lebih dari tubuhnya. Ia adalah manusia yang memiliki jiwa dan pikiran yang lebih penting dari sekadar persoalan bentuk tubuh dan berat badan. Demi ingin lebih dihargai dari sekadar penyanyi yang cantik atau langsing dan sejenisnya. Ia tak mau orang berpikiran demikian tentangnya.
“Saya lebih dari sekadar cangkang untuk tubuh saya, dan setiap hari, saya berjuang untuk mengingatkan diri sendiri tentang itu, jadi saya meminta Anda untuk tidak mengingatkan saya bahwa kadang-kadang orang melihat saya hanya karena itu,” tegasnya.
Well, Parents, siapa yang tidak setuju dengan pendapat Demi Lovato? Bagaimanapun, apa yang dikatakannya memang benar bahwa penampilan bukanlah satu-satunya yang paling berharga. Ada hal lain yang lebih penting dari sekadar mengomentari berat badan atau bentuk tubuh seseorang. Bukankah demikian, Parents?
Baca juga:
Stop Body Shaming terhadap anak, pesan seorang ibu untuk orangtua lainnya
6 Referensi Drama Korea Tentang Body Shaming yang Sarat Nilai Moral
id.theasianparent.com/nurul-akmal-kena-body-shaming