Terkena penyakit demam berdarah saat hamil atau menjelang melahirkan, bisa mengancam kondisi ibu dan calon bayi. Pada ibu hamil, demam berdarah bisa mengakibatkan kematian janin. Namun jika kondisi ini terjadi saat melahirkan, keselamatan ibu dan bayi bisa dalam bahaya.
Seperti yang dialami Ajeng Pujianti Lestari. Ibu dari tiga orang anak ini, mengalami demam berdarah saat hamil anak keduanya. Kondisi ini hampir saja merenggut nyawanya.
Ibu Ajeng berbagi kisah pada theAsianparent, menceritakan perjuangannya melahirkan anak dengan taruhan nyawa. Sementara tubuhnya juga sedang berjuang melawan penyakit demam berdarah.
Demam berdarah saat hamil dimulai dengan demam tinggi yang mencurigakan
“Masih teringat jelas kenangan Sabtu pagi H-1 HPL (hari perkiraan lahir). Aku terbangun diiringi pusing dan demam tinggi. Badanku terasa rontok dan linu, bahkan sekadar mengunyah aku tak mampu.” Ajeng mengawali ceritanya.
Ajeng pun segera pergi ke bidan ditemani sang suami. Bidan merujuk mereka untuk segera ke rumah sakit, karena demam tidak baik untuk kesehatan janin. Selepas magrib, Ajeng bersama suami pergi ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Dhia di Ciputat .
Setelah diperiksa, dokter menyatakan kondisi janin dalam kandungan baik-baik saja. Namun Ajeng harus segera melahirkan. Dokter memutuskan, Ajeng akan menjalani induksi di hari Minggu pagi. Tapi sebelumnya, dia harus menjalani serangkaian tes darah untuk mengetahui penyebab demam yang dia alami.
“Malam itu tidurku tidak tenang, badanku menggigil seperti kedinginan. Dan pagi harinya, kondisiku tak kunjung membaik,” kata Ajeng.
Setelah hasil tes darahnya keluar, dokter memanggil Yusuf, suami Ajeng untuk bicara empat mata. Melihat raut wajah dokter yang tegang, Ajeng menjadi khawatir.
Artikel terkait: Penelitian; Demam saat hamil tingkatkan risiko anak lahir dengan autisme
Positif terkena demam berdarah saat hamil besar
Ajeng bersama suami yang selalu setia menemaninya ketika dia divonis demam berdarah saat hamil besar
“Saat mereka kembali, akhirnya aku diberi tahu kalau trombositku hanya berjumlah 90.000. Aku positif terkena demam berdarah!”
Mendengar hal tersebut, mental Ajeng langsung terpuruk. Dia tidak percaya dirinya terkena demam berdarah saat hamil besar dan akan melahirkan.
Dokter segera memberi rujukan agar Ajeng dibawa ke rumah sakit lebih besar yang memiliki peralatan lebih lengkap. Yusuf meski terlihat agak pucat, namun ia tetap sigap mematuhi perintah dokter untuk memastikan keselamatan istri dan anaknya.
“Kali ini kami bermain dengan waktu, trombositku tak boleh turun terlalu drastis,” ujar Ajeng sambil berdoa untukmya dan calon bayi.
Ajeng diantar dengan mobil ambulan ke rumah sakit Hermina di Serpong. Sesampainya di sana, dia langsung diperiksa dokter spesialis penyakit dalam dan dokter kandungan.
Kesimpulan para dokter waktu itu, jika bayi tidak segera dilahirkan berisiko tidak selamat, karena denyut jantung bayi sudah tidak beraturan. Sedangkan bila dilakukan operasi caesar, kadar trombosit rendah membuat Ajeng berisiko mengalami pembekuan darah.
“Suamiku yang setia mendampingi tampak tegar, menyerahkan segala keputusan pada dokter. Pesannya hanya satu: aku dan bayiku selamat.”
Berjuang saat melahirkan
Luna lahir dengan selamat, setelah perjuangan sang ibu menghadapi demam berdarah saat hamil besar
Sebagai langkah awal, dokter memutuskan memberi transfusi darah pada Ajeng. Proses transfusi tersebut menghabiskan 7 kantong darah.
“Bisa dibayangkan kondisiku saat itu, ketika tangan kanan diinfus dan tangan kiri transfusi ditambah demam yang naik-turun dan juga kontraksi.”
Mengetahui bahwa Ajeng sudah mulai merasakan kontraksi, tim dokter memutuskan melakukan cesar keesokan harinya. Ajeng dan Yusuf pasrah pada semua keputusan dokter. Yusuf pun tak hentinya berusaha meringankan rasa sakit yang dialami istrinya.
“Sejak jatuh sakit, suami begitu telaten menyuapi, memapah ke kamar mandi serta mengurut punggung bawahku yang terasa nyeri ketika kontraksi datang,” papar Ajeng.
Pada 16 Mei 2016, sekitar jam 9 malam, Ajeng melihat ada lendir kemerahan yang keluar ketika dia buang air kecil. Kontraksi yang ia rasakan pun semakin sering muncul.
Ajeng merintih kesakitan, dia meminta bidan memeriksa kondisinya. Namun, bidan berasalan karena Ajeng akan menjalani operasi caesar jadi tidak perlu diperiksa.
Rasa sakit yang tak tertahan, membuat Ajeng memeluk suaminya sambil mengejan. Saat itulah ketubannya pecah, membasahi seluruh pakaian yang ia kenakan.
“Suami berteriak memanggil bidan dan ketika diperiksa aku sudah bukaan delapan. Dengan tergopoh-gopoh suami menggendongku untuk pindah ke ruang persalinan. Dokter dipanggil, dan tidak sampai setengah jam kemudian aku telah mencapai bukaan lengkap. Dokter tiba tepat waktu, suamiku mengelap peluh yang terus membasahi dahi, mencoba memberi kekuatan.”
Proses persalinan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Hingga lahirlah anak perempuan yang diberi nama Safaaluna Atqiya Naseri.
Tak sadarkan diri setelah bayi lahir
Yusuf menggenggam tangan istrinya dengan erat, sambil tak hentinya berkata, “Kamu hebat, Ma. Kamu hebat!”
Ajeng merasa sangat lega karena anaknya bisa lahir dengan selamat. “Aku begitu terharu melihat bayiku merayap di dadaku sambil diadzani oleh ayahnya. Setelah perjuangan melelahkan itu aku tiba-tiba batuk tanpa henti, pandangan menjadi gelap dan aku pun tak sadarkan diri.”
Yusuf panik hingga menangis melihat istrinya tidak sadarkan diri. Dokter bertindak cepat, Ajeng segera dibawa ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan intensif.
Luna kini berusia 1,5 tahun. Dia menjadi kesayangan kedua orangtua karena satu-satunya anak perempuan, serta perjuangan berat sang ibu melawan demam berdarah saat melahirkan dirinya.
“Aku ingat terbangun di sebuah ruangan cukup luas dengan begitu banyak alat yang menempel di tubuhku. Tak lama, aku melihat suamiku masuk dengan pakaian khusus berwarna hijau dan masker.”
“Matanya merah, basah dan sembab. Dia menggenggam tanganku lagi, erat sekali. Awalnya tak ada kata apapun di antara kami sampai akhirnya dia berkata dengan suara amat lirih bahwa kami akan baik-baik saja.”
Mendengar hal tersebut, Ajeng merasa agak lega. Namun ia kembali khawatir, ketika tahu bahwa buah hati yang baru saja ia lahirkan masuk NICU. Luna harus dirawat di inkubator, karena sempat menelan cairan ketuban yang sudah hijau.
Setelah itu, di hari-hari pertama kehidupan Luna, Ajeng tidak bisa menyusui. Ajeng harus minum obat untuk mengatasi penyakit demam berdarah. Akhirnya Luna pun harus menerima ASI perah dari ibu lain.
“Saat itu aku yang lemah ini hanya bisa melihat foto Luna. Hatiku hancur, kami berada di rumah sakit yang sama namun terpisah ruang. Suami menyemangatiku agar segera sembuh. Bila kondisiku belum sembuh total, aku tidak akan diizinkan untuk memeluk bayiku.”
Kemenangan melawan demam berdarah saat hamil besar
“Setelah 7 hari dirawat aku diizinkan pulang walaupun putriku masih dirawat di rumah sakit. Aku hanya boleh melihatnya sebentar, tanganku bergetar ketika pertama kali menggendongnya.”
Luna dizjinkan pulang setelah berusia 8 hari. Itulah hari bahagia saat Ajeng dan Yusuf bisa berkumpul bersama putri kecil mereka.
Anggota keluarga mereka baru saja bertambah dengan kelahiran Aylan pada 7 Oktober 2017 lalu.
“Tim dokter mengatakan bahwa pertolongan Allah betul-betul datang padaku. Trombosit hanya 30.000 tapi bisa melahirkan secara normal. Mereka amat lega karena risiko untuk melahirkan normal lebih kecil dibanding caesar. Bagaimanapun, kami berdua selamat dan aku beserta suami amat sangat bersyukur.”
Ajeng baru saja melahirkan anak ketiganya Oktober lalu. Dan Luna tetap menjadi anak kesayangan mereka karena dia satu-satunya anak perempuan di keluarga.
Apa yang dialami Ajeng saat melahirkan Luna, benar-benar pertanda kuasa Tuhan yang tak terhingga. Kondisi medis parah, namun masih bisa melahirkan dengan selamat.
Baca juga:
Pengalaman Melahirkan Tanpa Suami Menjadi Titik Balik Hidupku
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.