Senin 16 Juli 2018, Dinas Pendidikan Kota Blitar memberi pernyataan bahwa mereka akan memberikan surat edaran yang melarang guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada para siswa. Hal ini terkait dampak negatif PR yang membuat anak-anak kurang memiliki waktu bermain dan sosialisasi di dengan masyarakat.
“Kami akan membuat surat edaran (SE) untuk sekolah-sekolah soal larangan memberi PR ke siswa. Pelajaran sekolah kami harap selesai di sekolah. Siswa biar punya waktu belajar di lingkungan keluarga dan masyarakat,” papar Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar, M. Sidik seperti dikutip dari Kompas.
Sidik juga menambahkan, kebijakan untuk menghapus PR bagi siswa sudah diterapkan sejak tahun lalu, setelah aturan lima hari sekolah dijalankan untuk siswa SMP. Namun, baru disebarkan secara lisan. Kini, ia akan membuat surat edaran resmi untuk diberikan pada guru-guru.
Sebelumnya, langkah menghapus PR bagi siswa telah dilakukan di Purwakarta tahun 2016 lalu. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengeluarkan Surat Edaran Nomor 421.7/2016/Disdikpora tentang Pemberian Tugas Kreatif Produktif Pengganti Pekerjaan Rumah dan Larangan Karya Wisata.
Surat edaran ini melarang pihak sekolah memberi PR akademis kepada para siswa SD hingga SMP, dan menggantinya dengan tugas praktik yang lebih aplikatif. Karena ia menyadari, dampak negatif PR yang membuat para siswa rentan stres dan kurang waktu bermain dan bersosialisasi.
Artikel terkait: Resmi, Bupati Purwakarta Larang Guru Memberikan PR Untuk Siswa!
Dampak negatif PR terhadap anak-anak
Larangan pemberian PR ini tentunya disambut baik oleh para siswa dan orangtua murid. Karena bisa mengurangi beban belajar anak dan dia bisa memiliki waktu bermain atau melakukan aktivitas lain lebih banyak.
Sebelumnya, sudah banyak penelitian yang menyebutkan dampak negatif PR terhadap perkembangan anak-anak. Seperti masalah mental dan fisik. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
1. PR membuat anak rentan mengalami obesitas
Sebuah studi menyatakan, anak-anak yang menghabiskan waktu 30 menit atau lebih setiap malam untuk mengerjakan PR, memiliki tingkat stres yang tinggi. Hormon yang dikeluarkan tubuh saat stres memicu nafsu makan berlebihan. Selain itu, PR juga membuat aktivitas fisik anak berkurang, sehingga risiko obesitas cenderung tinggi.
2. Masalah fisik
Penelitian di Universitas Stanford mengungkap bahwa PR yang terlalu banyak pada remaja, memicu stres dan membuat anak kurang tidur. Hal ini bisa memicu masalah kesehatan seperti depresi, sistem imun yang menurun, kecelakaan lalu lintas, konsumsi obat terlarang, bahkan bunuh diri.
3. Dampak negatif PR pada keluarga
Studi lain juga menunjukkan, semakin banyak PR yang harus dikerjakan sang anak, orangtua dan pengasuhnya juga akan semakin stres. Selain itu, PR yang berlebihan juga tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan akademik anak. Malah, bisa memberi dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik anak, juga keluarganya.
4. PR membatasi waktu anak menikmati masa kecil
Gara-gara PR, banyak anak yang tidak memiliki waktu untuk bermain atau berolahraga. Sehingga mudah stres dan jatuh sakit. Hal ini tentunya bisa dihindari jika PR yang diberikan pihak sekolah tidak berlebihan.
5. PR membatasi waktu istirahat anak
Seringkali, waktu istirahat anak menjadi sedikit karena harus mengerjakan PR. Padahal, anak membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk bisa berkonsentrasi penuh di sekolah.
***
Meski larangan pemberian PR baru berlaku di dua daerah, semoga bisa ditindaklanjuti sehingga kebijakan ini bisa diterapkan secara nasional. Agar anak kita bisa menjalani masa kecilnya dengan lebih banyak aktivitas fisik.