Rentan Terhadap Berbagai Penyakit, Ini Dampak Gula Bagi Kesehatan Anak
Bagi anak-anak, makanan manis pasti menjadi favorit. Namun, tahukah Parents bahwa asupan gula sehari-hari memiliki dampak bagi kesehatan mereka?
Makanan manis memang tampak lezat untuk disantap. Apalagi bagi anak-anak, makanan manis pasti menjadi favorit. Namun, tahukah Parents bahwa asupan gula sehari-hari memiliki dampak bagi kesehatan?
Artikel terkait: Suka yang Manis-manis? Waspadai Bahaya Konsumsi Gula Berlebih
Dampak Asupan Gula Bagi Kesehatan Anak
Anak-anak cenderung menyukai makanan manis. Namun, ternyata ada dampak di baliknya, yaitu risiko berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan asupan gula berlebih yaitu obesitas dan diabetes.
Berbeda dengan DM tipe-1 yang tidak bisa dicegah, kejadian DM tipe -2 pada anak dapat dicegah atau ditunda dengan pola makan seimbang dan olahraga yang teratur. Kegemukan, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, konsumsi minuman manis yang berlebihan, menjadi pemicu tidak terkontrolnya kadar gula darah pada anak.
Prof.Dr.Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc, Guru Besar Perilaku Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor menegaskan bahwa saat ini konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, sudah tergolong berlebihan, khususnya pada anak-anak.
Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Terungkap, 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali per minggu. Sementara itu, pada anak-anak, 59,6 persen anak usia 3-4 tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.
“Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes. Karena itu, perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran,” tegas Prof Ujang dalam talkshow Ngobras “Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang tepat” beberapa waktu lalu.
Pakar Perilaku Konsumen dari IPB ini lebih rinci menyebutkan gula terburuk terdapat pada makanan olahan, minuman olahraga, makanan penutup, dan jus buah. Anak yang dibebaskan untuk mengasup makanan atau minuman tinggi gula setiap hari tentu dapat berdampak pada asupan kalori dan zat gizi secara berlebihan. Ini karena camilan yang disukai anak pada umumnya tinggi gula dan garam, namun rendah protein dan vitamin.
“Gula, garam, lemak itu hanya enak di lidah. Namun, tidak ramah di tubuh. Itulah sebabnya, tiga komponen ini perlu dikurangi sesuai batas asupan hariannya”.
Fakta menarik yang diungkapkan Prof Ujang, asupan gula yang berlebih menyebabkan berbagai penyakit. “Insiden anak yang terkena diabetes tinggi, berkaitan dengan asupan gula yang tinggi, yaitu sekitar 10% dari rekomendasi”.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan batas asupan gula per hari sekitar 50 gram atau 4 sendok makan untuk orang dewasa sehat. Asosiasi Ahli Jantung Amerika Serikat (AHA) menyebut batas maksimal konsumsi gula untuk anak usia 2 hingga 18 tahun kurang dari 24 gram per hari.
Artikel terkait: Suka yang Manis-manis? Waspadai Bahaya Konsumsi Gula Berlebih
Cara Menjaga Asupan Gula
Membaca Label Makanan
Ada banyak yang dapat dilakukan orangtua agar konsumsi makanan mereka lebih sehat, antara lain kebiasaan untuk membaca label pangan sebelum mengonsumsi sebuah produk, menyediakan makanan dan camilan yang bergizi di rumah, atau yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin, secara seimbang.
Sementara itu, dalam memilih snack dalam kemasan, cermati komposisi bahan, pastikan anak tidak mengonsumsi gula berlebih. Di sisi lain, dibutuhkan juga konsumsi air putih yang cukup sesuai dengan kebutuhan hidrasi harian. Adapun kebutuhan hidrasi pada anak bervariasi sesuai dengan usianya, sedangkan untuk usia dewasa sekitar 8 gelas perhari.
Pilih Camilan yang Lebih Sehat
Untuk anak dengan status gizi lebih atau obesitas, snack juga merupakan sarana mengontrol asupan kalori sambil tetap mempertahankan rasa kenyang. Berikan snack berupa buah potong, bukan jus buah. Hindari kebiasaan minum minuman manis seperti teh manis, susu kental manis, minuman berperisa, jus buah yang ditambah gula, dan minuman bersoda lalu mengganti kebiasaan konsumsi minuman manis dengan konsumsi air putih.
Aktivitas Fisik
Selain itu, usahakan agar anak melakukan aktivitas fisik selama 60 menit sehari, dalam beberapa sesi 10 atau 15 menit atau sekaligus, baik lewat permainan fisik atau kegiatan olahraga yang disukai anak. “Gaya hidup adalah salah satu faktor penentu kesehatan konsumen. Gaya Hidup tidak sehat seperti kurang olah raga, kurang tidur dan istirahat serta pola makan yang tidak seseuai anjuran menu seimbang dapat menyebabkan derajat kesehatan dan kebugaran yang menurun,” pungkas Prof Ujang.
Pantau Berat Badan Anak
Bukan hanya memantau kurangnya berat badan anak, tetapi kelebihan berat badan pada anak juga perlu menjadi perhatian.
Program pemerintah untuk mengatasi balita obesitas dilakukan dengan memonitor perkembangannya dengan menimbang badan sebulan sekali. “Pemerintah juga melakukan penyediaan antropometri standar di Puskesmas dan Kartu Pantau Berat Badan,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementrian Kesehatan RI dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, dr. Nadia juga menekankan bahwa pentingnya mencegah risiko diabetes dan obesitas adalah untuk mengurangi risiko terpapar dari berbagai penyakit. Karena diabetes dan obesitas bisa menjadi ‘pembuka jalan’ bagi penyakit-penyakit lainnya yang bisa menyerang tubuh.
Baca juga:
17 Tanda Kondisi Kadar Gula Darah Rendah, Parents Merasakannya?
Konsumsi Gula Berlebihan Bikin Anak Jadi Hiperaktif, Mitos atau Fakta?
Sama Manisnya, Ini 14 Pengganti Gula yang Lebih Sehat Bagi Tubuh Anda!