Dampak dari pandemi Covid-19 yang tengah terjadi bisa menyerang berbagai aspek, termasuk kehidupan pernikahan. Pasalnya, pandemi mengharuskan pasangan untuk melakukan swakarantina dalam jangka panjang dan tidak menentu. Nah, intensitas pertemuan tersebut pun pada akhirnya akan berdampak pada kualitas hubungan suami-istri secara keseluruhan.
Dampak Pandemi COVID-19 pada Kualitas Hubungan dalam Pernikahan
Untuk saat ini, cara terbaik dalam menanggulangi Covid-19 adalah melakukan swakarantina dan physical distancing. Kedua cara tersebut merupakan langkah efektif untuk memutus rantai pemaparan virus yang lebih luas.
Meski demikian, upaya pencegahan tersebut pun secara langsung dapat mengubah rutinitas banyak orang, sehingga mereka harus beradaptasi kembali dari awal.
Rutinitas baru tersebut juga tentunya berpengaruh pada hubungan pernikahan. Cara interaksi yang dilakukan pasangan suami-istri pun berpotensi berubah saat masa swakarantina ini.
Memang, saat swakarantina, Parents bisa mendapatkan quality time bersama pasangan dan buah hati tercinta. Namun, berada di rumah dan bertemu selama 24 jam setiap hari juga bisa menimbulkan konflik yang mungkin saja menimbulkan rasa jenuh atau bahkan stres.
Tantangan pada Suami-istri Saat Swakarantina
Psikolog Anna Surti Ariani dan Maharani Ardi Putri membahas beberapa hal terkait dampak Covid-19 pada hubungan pernikahan. Pembahasan tesebut mereka bagikan melalui akun Instagram Ikatan Psikolog Klinis Indonesia.
Menurut mereka, ada beberapa dampak swakarantina yang dapat memengaruhi kualitas hubungan pasangan. Beberapa dampak tersebut di antaranya adalah:
-
Pertemuan intens membuat suami-istri tidak memiliki me time
Pertemua dalam waktu yang cukup lama memang bagus untuk mempererat suatu hubungan. Namun, tidak dapat dipungkiri, perbedaan pendapat setiap individu juga akan lebih terlihat ketika bersama dalam waktu yang lama. Perbedaan ini, meskipun dalam persoalan kecil, cenderung dapat menimbulkan konflik.
Tidak hanya itu, pertemuan yang intens juga membuat suami-istri jadi tidak memiliki waktu ‘me time‘ masing-masing.
-
Punya kewajiban yang lebih rumit
Beberapa Parents cenderung menerapkan kerja dari rumah atau work from home (WFH) saat swakarantina. Meski di rumah, kegiatan WFH sebenarnya tidak lebih mudah dari kerja di kantor.
Perlu lebih pintar dalam manajeman waktu. Kapan harus menyelesaikan pekerjaan, mendampingi anak, hingga kewajiban domestik di rumah. Belum lagi dengan tuntutan untuk pintar menciptakan kegiatan keluarga agar si kecil tidak bosan, serta mengelola pendapatan finansial yang mungkin ikut berubah selama pandemi.
Hal tersebut pada akhirnya bisa juga menjadi beban tersendiri yang memengaruhi kualitas interaksi Anda dan pasangan.
-
Emosi tidak stabil bisa menimbulkan kecemasaan berujung konflik
Covid-19 yang sedang menjadi pandemi ini sifatnya masih belum diketahui. Penjelasan yang sifatnya belum pasti, ditambah disinformasi (hoax) yang beredar bisa saja membuat emosi seseorang tidak stabil.
Beberapa individu jadi lebih sensitif, protektif, serta bisa juga menjadi mudah marah pada orang di sekitar termasuk pasangannya sendiri.
Tidak hanya itu, perasaan cemas juga bisa memengaruhi pasangan dan anggota keluarga lainnya. Sehingga, konflik pun bisa terjadi kapan saja saat swakarantina.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Untuk mengatasi dampak swakarantina yang bisa menimbulkan konflik tersebut, berikut beberapa tips dari Anna dan Maharani yang bisa Parents tiru:
- Pahami beberapa hal dan kewajiban Anda dan pasangan sebagai orangtua. Anak-anak sangat bergantung pada orangtua mereka di situasi ini. Maka, Parents perlu bekerja sama dengan pasangan sebagai tim untuk mengatasi kemungkinan konflik yang terjadi.
- Selalu ingat bahwa pasangan merupakan sumber dukungan terdekat. Dalam keadaan kritis seperti pandemi, upayakan untuk tidak menuntut kesempurnaan.
- Pahami kecemasan yang dirasakan diri sendiri maupun pasangan. Terbukalah mengenai perasaan kalian masing-masing agar kalian bisa lebih tenang dalam melewati situasi ini.
- Jangan lupa untuk memberikan penghargaan kepada usaha pasangan. Misalnya, mengucapkan terima kasih secara tulus, atau memeluknya mesra sambil berikan ungkapan apresiasi Anda.
- Berbagi cerita. Seperti berbagi harapan atau cita-cita untuk keluarga yang belum sempat diceritakan. Siapa tahu, momen ini bisa kalian gunakan juga untuk membuat rencana baru bersama.
- Luangkan waktu lebih banyak untuk mendengarkan pasangan, tanpa harus memberikan tanggapan.
- Lakukan kegiatan seru bersama pasangan dan buah hati, untuk melepas rasa cemas terkait situasi yang terjadi. Misalnya, masak bersama, menonton, main game, membuat pertunjukan, dan sebagainya.
- Atur jadwal untuk melakukan me time, baik untuk Anda maupun pasangan. Kalian bisa bergantian menjaga si kecil. Waktu me time sangat penting untuk mengatasi rasa stres atau jenuh pada diri sendiri saat swakarantina.
Itulah beberapa hal yang bisa Parents lakukan untuk menjaga kualitas hubungan dengan pasangan saat melakukan swakarantina menurut psikolog pernikahan.
Selalu ingat, bahwa kita sedang menghadapi pandemi yang terbilang masih baru. Untuk menghadapi situasi yang belum diketahui seperti Covid-19 ini, kita juga perlu banyak dukungan, termasuk dari pasangan.
Yakinlah bahwa dampak Covid-19 pada pernikahan bisa dihadapi dengan baik jika saling percaya dan bekerja sama. Seperti yang dijelaskan kedua psikolog tersebut, bahwa pasangan yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan melampaui kesulitan bersama-sama, pun ke depannya akan memiliki ikatan pernikahan yang lebih kuat juga. Semoga bermanfaat dan tetap semangat, ya, Parents!
***
Referensi: Instagram
Baca juga:
10 Tips Menjaga Pernikahan Tetap Harmonis Selama Masa Pandemi
5 Manfaat Spanking, Bikin Hubungan Intim Makin Bergairah!
7 Tips Pernikahan LDR Agar Suami Istri Tetap Harmonis Nan Romantis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.