Austin dan Brianna sangat bersemangat menyambut kelahiran anak pertama mereka. Akan tetapi kebahagiaan itu menjadi berkurang, ketika suatu pagi ibu mertua Brianna menelepon, dan menyampaikan kabar buruk. Dampak buruk minuman berenergi yang sering dikonsumsi Austin, membuatnya berada dalam kondisi kritis.
Setelah dua jam perjalanan ke rumah sakit, Brianna mengetahui bahwa Austin mengalami perdarahan di otak. Dan penyebab hal itu terjadi sangatlah tidak disangka. Yakni minuman berenergi yang dikonsumsi Austin setiap hari secara berlebihan.
Austin mulai mengonsumsi minuman berenergi sejak dia mengambil pekerjaan dengan jam kerja yang lebih panjang, dan harus menempuh perjalanan pulang pergi lebih sering. Dokter mengatakan, kebiasaannya mengonsumsi minuman tersebur secara berlebihan, mengakibatkan perdarahan di otak.
Austin selamat dari kematian, namun ada lubang di kepala suami Brianna. Yang menandai perjuangannya antara hidup dan mati.
Dampak buruk minuman berenergi hampir membuatnya kehilangan sang suami
Melalui laman Facebook Endres Photography Brianna menceritakan kisahnya:
Masa kehamilan seharusnya menjadi hal yang paling membahagiakan. Aku dan Austin sangat bahagia menanti kehadiran bayi kami yang akan menyempurnakan keluarga kecil kami.
Tetapi, kebahagiaan itu berubah menjadi kabut kesedihan. Ketika kuketahui ayah dari anakku yang kucintai sepenuh hati, mengalami perdarahan otak.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaaan dan konsumsi obat, suamiku mendapat diagnosa mengerikan akibat dari dampak buruk minuman berenergi yang dikonsumsi secara berlebihan olehnya.
Kebiasaannya minum minuman berenergi berawal saat dia mulai kerja lembur dan pulang pergi setiap hari. Operasi pun dilakukan, dan setelah 5 jam menunggu, akhirnya kami bisa menemui Austin.
Tetapi, ketika perhatian semua orang berpusat pada wajahnya yang hampir tidak dapat dikenali, karena semua peralatan mesin dan selang medis yang menempel di tubuhnya, aku melihat kedua mertuaku.
Aku melihat cahaya meredup di mata ibu mertuaku, ketika dia melihat puteranya tergolek tak bergerak di ranjang rumah sakit. Aku melihat tangis ayah mertuaku pecah sambil memeluk istrinya. Mereka tidak tahu, apakah anak yang mereka cintai akan siuman atau malah tidak pernah sadar lagi.
Melihat kedua mertuaku yang kusayangi, aku merasa hancur dan patah hati. Ini adalah perasaan paling buruk yang pernah kualami.
Saat aku duduk di samping pembaringannya, berdoa tanpa henti agar dia baik-baik saja. Aku tahu aku tidak akan menyerah terhadapnya. Tidak peduli seberapa kacaunya hidup kami nanti, aku akan selalu berada di sampingnya.
Setelah dua minggu tinggal di rumah sakit, bertanya-tanya apakah Austin bisa bertahan, atau malah meninggalkan kami. Aku harus pulang ke rumah, untuk mempersiapkan diri dalam proses persalinan yang akan segera tiba.
Aku sudah merencanakan, Austin akan menjadi bagian dari momen penting ini. Berada di sampingku, memegang tanganku. Ada bersamaku untuk memotong tali pusar bayi kami, dan menyambut kehadiran anak kami ke dunia.
Semuanya menjadi hanya angan-angan..
Akan tetapi, sebuah keajaiban yang indah terjadi saat aku melahirkan bayi kami. Austin siuman.
Sudah seminggu lebih aku tidak menemuinya, aku memikirkan Austin setiap hari. Aku menangis ketika menatap puteraku yang sangat mirip dengan ayahnya.
Ketika bayiku berusia satu minggu, aku menitipkannya pada mertua. Karena aku butuh menemui Austin. Aku harus memberitahunya bahwa bayi kami telah lahir. Mengatakan padanya betapa aku membutuhkannya.
Dampak buruk minuman berenergi membuat Austin harus kehilangan sebagian kepalanya. Namun ia bertahan demi putera tercinta.
Hari berganti minggu, kami membawa Austin keliling pelosok negeri untuk operasi dan berbagai prosedur untuk memastikan dia dapat bertahan. Aku menemuinya kapanpun aku dapat kesempatan.
Dua bulan kemudian, putera kami akhirnya bisa bertemu ayahnya. Hari yang tidak pernah kusangkakan akan tiba akhirnya datang juga.
Itulah hari dimana hatiku mendapatkan sedikit kebahagiaannya kembali.
Beberapa waktu kemudian, akhirnya Austin bisa kembali ke rumah. Hidup kami tidak kembali normal, karena ada banyak kunjungan dokter, juga perjalanan bolak balik rumah sakit. Aku sudah tidak mampu menghitung saking banyaknya.
Tapi kami ada di sini. Berjuang tanpa henti.
Meski membayar mahal karena dampak buruk minuman berenergi yang dikonsumsinya, Austin tetap berjuang untuk hidup, agar bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Aku bangun setiap hari untuk mengurus putera kecil kami, juga suamiku. Aku menyiapkan makanan, menemani Austin melakukan terapi fisik, terapi bicara, dan terapi okupasi.
Aku membantu Austin menjaga kebersihan pribadinya. Membantunya berjalan. Aku menolongnya menjalani setiap aspek kehidupan Austin.
Dan di samping mengurus Austin, aku juga mengurus anak kami. Ini sangat berat, dan aku kelelahan. Namun aku tetap bertahan.
Austin yang sekarang, tidak sama dengan pria yang dulu membuatku jatuh cinta. Tetapi aku tetap jatuh hati padanya setiap hari.
Kami berjuang untuk membantunya pulih, untuk membuat hidupnya lebih baik. Suatu hari kami pasti akan berhasil.
Hingga hari itu datang, aku tidak akan pernah menyerah padanya. Karena cinta itu tanpa syarat, tanpa pamrih.
Aku mencintainya melebihi hidupku sendiri..
Perjuangan Brianna menemani sang suami yang mengalami dampak buruk minuman berenergi, sangatlah menyentuh hati. Sekaligus menjadi peringatan, untuk membatasi konsumsi minuman yang berbahaya ini. Agar dampak buruknya tidak terulang pada siapapun.
Minuman berenergi memang bisa membuat badan terasa segar dan bisa bekerja dengan lebih semangat. Namun, jika dikonsumsi berlebihan bisa sangat berbahaya bagi kesehatan. Bila suami suka minuman ini peringatkan dia untuk mengurangi konsumsinya ya, Bunda..
Baca juga:
Setiap Hari, Ayah yang Buta ini Mengantarkan Anaknya Ke Penitipan Anak Naik Kereta
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.