Memarahi anak memerlukan trik khusus agar memberikan hasil sesuai harapan.
Bila Anda emosi dan ingin memarahi anak, ingatlah ulasan berikut…
Anak adalah pribadi suci. Anak adalah anugerah terindah. Anak adalah titipan Tuhan. Berapa banyak pasangan suami istri yang mendambakan kehadiran seorang anak?
Nah, kita yang sudah dikaruniai satu anak maupun lebih, sudah seharusnya membekali diri dengan ilmu mendidik anak. Ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat untuk kita sebagai orangtua, tetapi juga untuk buah hati kita.
Salah satu bekal yang dapat kita lakukan adalah dengan banyak membaca buku-buku parenting, mengikuti seminar orangtua, berdiskusi dengan sesama orangtua, dan yang paling mudah tentunya mengingat dan melihat kembali bagaimana orangtua kita dulu mendidik kita.
Nah Parents, jangan memarahi anak, jangan membentak anak, dan jangan membanding-bandingkan anak dengan orang lain, ya. Kenapa kita tidak boleh memarahi anak?
Selain hal itu tidak baik untuk perkembangan anak, berikut beberapa dampak memarahi anak yang saya kutip dari buku 5 Yang Dilarang terbitan Elex Media Komputindo.
a. Minder
Apabila seorang anak sering dimarahi di hadapan orang-orang, maka sikap utama yang sering dialami oleh kebanyakan anak ialah, ia menjadi minder dan tidak percaya diri.
Seorang anak akan mungkin mengalami trauma yang berkepanjangan ketika saat kecilnya ia sering dimarahi dan dibentak oleh kedua orangtuanya di hadapan banyak orang.
Meskipun terkadang orang-orang di sekeliling menganggap tindakan tersebut adalah tindakan biasa, namun bagi anak hal tersebut dapat membuat jiwanya tertekan.
b. Takut bersosialisasi
Mungkin Anda tanpa sadar menghardik, “Dasar kamu anak bodoh!”
Apa efek dari kemarahan tersebut terhadap anak? Ia akan merasa yakin bahwa dirinya adalah orang yang benar-benar bodoh.
Sebab, orangtuanya pun telah men-judge bahwa dia memang seorang anak yang bodoh. Ini tentunya akan berdampak negatif pada perkembangan dan pergaulan anak nanti.
Ketika dia dewasa pun, anggapan bahwa dirinya bodoh akan tetap melekat pada diri seorang anak. Ujung-ujungnya sang anak akan memiliki sikap minder.
Tindak lanjut dari sikap minder tersebut ialah anak akan sulit untuk melakukan sosialisasi dengan orang-orang di luar. Hal tersebut disebabkan oleh rasa tidak percaya diri yang telah dibentuk sejak ia kecil.
Hal tersebut akan tambah menjadi buruk apabila orangtua tidak berperan dalam pembentukan jati diri sang anak. Apabila orangtua membiarkan si anak terus-menerus hidup dalam kungkungannya, maka ia pun akan tambah susah untuk bersosialisasi.
Sosialisasi sangat penting dalam sebuah kehidupan. Betapa tidak, manusia akan selalu bergantung kepada manusia lainnya.
Dalam hal apa pun, ia akan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dibutuhkan sikap sosial yang baik untuk memudahkan ia dalam proses bersosialisasi.
Apabila sejak dulu seorang anak sudah dibentuk sebagai individu yang rendah, sehingga anak merasa tertekan dan menjadi minder, maka ia pun akan sulit untuk bersosialisasi.
Ia pun juga akan bersikap tertutup dan sulit untuk mengeluarkan pendapat dan unek-uneknya. Hal tersebut tentu membuat si anak akan selalu tertekan, sebab ia tidak tahu dan sulit untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya karena ia takut dengan orangtuanya yang temperamen.
c. Bersikap egois dan judes
Akibat perilaku memarahi anak di muka umum ialah anak akan menjadi pribadi yang egois dan individualis. Hal ini terjadi karena perilaku memarahi juga akan menimbulkan sikap keras sang anak.
Apabila hal tersebut dilakukan terus-menerus, sang anak akan menjadi pribadi yang memberontak dan keras.
Kepercayaannya terhadap sekitar perlahan sirna sehingga ia menjadi arogan dan cuek terhadap keadaan di sekelilingnya.
Salah satu perilaku yang sering dilakukan oleh anak adalah meniru kebiasaan orangtuanya. Apabila ia terbiasa dengan sikap marah dari orangtuanya, maka ia pun akan menirukan tindakan yang sama, baik kepada saudara, adik, maupun ke teman sebayanya.
Bahkan untuk urusan yang sepele pun, ia tidak canggung untuk melakukannya. Anak pun tidak sungkan melakukan tindakan tersebut di depan umum. Sebab, ia berkaca pada tindakan orangtuanya yang sering melakukan hal yang sama di muka umum.
Anak pun akan melakukan hal yang sama kepada siapa pun yang telah mengganggu kenyamanannya, sama seperti apa yang telah dilakukan orangtuanya dulu.
Hal di atas seharusnya membuat orangtua sadar, bahwa kesabaran dalam mendidik merupakan modal utama untuk menjadikan anak dapat memberi anugerah bagi kedua orangtuanya.
Oleh karena itu, pada pembahasan selanjutnya akan dipaparkan mengenai bagaimana cara orangtua untuk menahan kesabaran agar tidak mudah bersikap over reactive kepada anaknya apabila melihat anaknya melakukan perbuatan yang salah.
Buku 5 Yang Dilarang, mengulas dampak buruk sikap kita yang sering memarahi anak.
Apa yang seharusnya dilakukan orangtua? Apa juga yang disarankan oleh seorang psikolog atau pakar parenting mengenai hal ini? Parents, baca yuk selengkapnya di buku berjudul 5 Yang Dilarang, karya Afriani dan Rinna Rahmawati.
Happy Reading, Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.