Pembagian peran dalam kehidupan berkeluarga penting untuk diperhatikan sebagai pasangan. Misalnya saja seperti curhat Ayah rumah tangga yang menuturkan kisah unik pembagian perannya dengan sang istri.
Karena satu dan lain hal, dirinya memutuskan untuk bertukar peran dengan sang istri untuk menjaga rumah dan mengasuh si kecil. Kisahnya ini ia bagikan di aplikasi TheAsianparent Indonesia.
Curhat Ayah Rumah Tangga
“Kalau boleh saya berbagi di sini mewakili seseorang yang amat saya sayangi. Saya beranikan diri untuk share kisah ini kepada para pecinta TAP yang mayoritas ibu dan para istri.
Saya suami juga ayah dari 3 orang anak, pernikahan saya sudah berjalan 13 tahun. Suka duka kami lewati, masalah tiap masalah kami coba selesaikan sebijak mungkin.
Saya seorang pengangguran yang di mata orang jelas ga ada harga dirinya sebagai suami dan ayah. Tanpa menanyakan sebab kenapa, karena apa, semua orang memandang seakan saya makhluk rendah.
Sebelum menikah saya seorang pekerja keras. Kerja apapun saya kerjakan selama itu halal. Hingga saya menikah dan istri saya memang sudah bekerja sebelum menikah.
Hingga pnya anak, saya pun terpaksa mengikuti kemauan istri yang tidak mau berhenti kerja. Saya mengalah, biar saya yang jaga anak-anak di rumah.
Saya coba cari kerja sambil bawa anak-anak. Tiap hari saya coba ke sana ke sini, tapi ga ada satu pun yang mau menerima pekerja sambil bawa anak-anak.
Saya bukan dari keluarga mampu bahkan di kampung pun adik-adik saya dan orangtua pun masih tanggungan saya. Gaji dari istri pun cuma cukup untuk makan anak-anak dan bayar utang listrik dsb.
Artikel Terkait : Bayi 6 bulan mengalami Bronkuspneumonia akibat asap rokok, sang ibu beri peringatan
Curhat ayah rumah tangga yang pernah meminta istri berhenti bekerja
Istri pun sudah saya minta berhenti sementara dia jaga anak di rumah, saya yang cari kerjaan di luar. Tapi dia tetap gak mau dengan alasan anak makan apa kalau dia berhenti sedangkan saya belum ada kerjaan tetap.
Bahkan sampe ribut besar pun dia tetap ga mau berhenti kerja. Akhirnya saya pasrah, saya kesampingkan harga diri saya sebagai suami demi istri, daya di rumah jaga anak-anak.
Bertahun-tahun dia bekerja hasilnya cuma pas-pasan, buat makan aja. Saya juga kan ga tega sudah kerja capek-capek, bukan cuma anak yang terlantar karena kurang kasih sayang ibunya, suaminya pun sudah gak diperhatikan lagi.
Pulang kerja sudah capek, boro-boro mau urus soal suami kan yah bu? Ga apa saya bantu kerjaan rumah asal anak jangan smpe terlantar kurang deket sama ibunya. Hari liburnya pun kadang cuma dipake nonton tv sama tidur.
Di rumah pun berantem pula sama anak-anak. Mau saya, ga apa kerja toh kan pulang kerja masih sempet ajak anak-anak main sebentar, nemenin belajar atau sekedar becanda sama anak-anak.
Tapi mungkin yah saya juga ngerti kalo lagi stres sama kerjaan kadang efeknya pasti di rumah, ngomel, suara ngegas kalo dibilangin baik-baik. Itu berjalan sudah belasan tahun.
Saya sudah kasih tahu jangan jadiin anak sasaran kalo ada masalah, apalagi masalah keuangan yah bu. Maklum kalo anak minta jajan kita laginga ada uang, kadang suka emosi kalo anaknya ga ngerti dikasih tahu.
Sehari dua hari iya nurut tapi besoknya seminggunya balik lagi kayak gitu. Kalo marah pun kadang di depan anak dia ga peduli, bahkan slalu bilang kata-kata cerai kalo kita lagi ribut meskipun karen hal sepele.
Artikel Terkait : “Janinku hanya bertahan 11 minggu, aku merasa gagal,” curahan hati ibu keguguran
Menegaskan kembali pada istri
Hingga akhirnya awal tahun ini saya tegaskan ke istri saya, berhenti kerja. Jadi ibu sama istri di rumah, saya yang cari kerja keluar atau saya tinggalin, bawa anak-anak smua.
Alhamdulillah dia nurut bahkan sudah serahin contoh surat resign untuk dibuat tapi sepertinya dia merasa terpaksa karena selalu sebut kata ‘pengorbanan’ dari dia. Saya sadar sebagai suami dan ayah, saya belum bertanggung jawab dan buat mereka bahagia.
Saya mau mereka, anak dan istri saya bahagia karena hasil kerja keras saya tanpa harus ungkit-ungkit masalah apa yang dikorbanin. Tapi istri saya selalu buat kesalahan yang sama, lebih mementingkan kerja daripada anak-anak dan suaminya.” Ujar Ayah Rumah Tangga ini.
Konflik dengan pasangan
Menurut Ayank Irma, seorang psikolog, konflik dalam rumah tangga merupakan hal yang wajar terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya konflik ini tidak perlu dihindari atau ditakuti.
Bahkan, konflik juga menjadi pertanda yang baik Parents. Hal ini karena konflik menjadi salah satu tanda bahwa pernikahan masih berjalan dengan baik.
Namun, diibandingkan fokus pada konflik, sebaiknya pasangan sama-sama mencari solusi dari permasalahan tersebut melalui kesepakatan bersama. Menurutnya, cara berkomunikasi menjadi kunci penting untuk mengatasi hal tersebut.
Oleh karena itu, cobalah untuk mengomunikasikan keinginan dan harapan pada pasangan. Lalu, pilihlah opsi yang terbaik untuk kebaikan bersama.
Parents memiliki kisah unik seputar pernikahan? Yuk bagikan kisahnya di Aplikasi TheAsianparent.
Baca Juga :
Hati-hati, Ini 5 Masalah Umum yang Bisa Merusak Pernikahan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.