Seperti yang kita ketahui, kini virus SARS-CoV-2 yang mengakibatkkan COVID-19 telah bermutasi dan memiliki banyak varian. Yang terbaru adalah COVID-19 varian Lambda. Dari mana varian ini berasal dan apa yang membedakannya dengan varian lainnya?
Melansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), semua jenis virus termasuk SARS-CoV-2 berevolusi dari waktu ke waktu dengan cara mereplikasi atau membuat salinan dari dirinya sendiri. Perubahan inilah yang disebut dengan mutasi. Sebuah virus dengan satu atau lebih mutasi baru disebut sebagai ‘varian’ dari virus asli.
Artikel Terkait: Penyintas COVID-19 Bisa Langsung Divaksin? Cek Faktanya!
Ketika virus beredar luas dalam suatu populasi dan menyebabkan banyak infeksi, maka kemungkinan virus untuk bermutasi pun meningkat. Semakin banyak peluang yang dimiliki virus untuk menyebar, maka semakin banyak ia bereplikasi.
Tergantung dari mutasi yang terjadi pada materi genetik virus, dapat terjadi perubahan transmisi atau tingkat keparahan. Varian baru virus ini bisa saja menyebar lebih cepat atau lebih lambat, serta dapat menimbulkan gejala yang parah maupun yang lebih lemah.
Berikut adalah beberapa fakta mengenai COVID-19 varian Lambda.
6 Fakta COVID-19 Varian Lambda
1. Pertama Ditemukan di Peru
Varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru pada bulan Agustus 2020. Di negara tersebut, COVID-19 varian Lambda menjadi penyebab dari 82% kasus COVID-19 baru.
Pada Februari 2021, terkuak kasus varian Lambda di Brasil hingga menjadi perhatian. Menurut pengakuan pasien Corona varian Lambda pertama di Brasil, ia mengalami gejala penyakit pernafasan setelah pulang dari Argentina.
Profesor Priscila Wink dari Hospital de Clinicas de Porto Alegre meyakini bahwa peningkatan laporan kematian yang terjadi di Chili, Peru, Ekuador, dan Argentina ini berkaitan dengan prevalensi varian Lambda, seperti dikutip dari News Medical.
Artikel Terkait: Kabar Gembira! POGI Izinkan Ibu Hamil Divaksinasi COVID-19, Ini Syaratnya!
2. Telah Terdeteksi di 29 Negara
Hingga saat ini, COVID-19 varian Lambda telah terdeteksi di 29 negara lainnya, seperti Ekuador dan Argentina. Dari data yang ada di Argentina, peningkatan penularan varian Lambda ini mencakup hingga 37% dari keseluruhan kasus yang ada di negara tersebut.
Beberapa waktu yang lalu Inggris juga mendeteksi adanya enam kasus varian Lambda yang terbaru. Berdasarkan keterangan dari Kementerian kesehatan Inggris, enam orang pasien COVID-19 varian Lambda tersebut baru pulang dari perjalanan ke luar negeri.
3. COvid-19 Varian Lambda Belum Ditemukan di Indonesia
Seiring dengan gencarnya pemberitaan mengenai varian terbaru ini, Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa COVID-19 varian Lambda masih belum ditemukan di Indonesia.
Meskipun begitu, bukan berarti masyarakat Indonesia bisa merasa aman. Sebaliknya, masyarakat diharap lebih waspada lagi dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan.
4. Jadi Varian yang Paling Dipantau
Dikutip dari CNN Indonesia, WHO telah mengklasifikasikan varian COVID-19 C.37 atau yang diberi nama Lambda sebagai varian yang paling dipantau (Varian of Interest atau VOI) di sejumlah negara.
Jika terbukti memiliki tingkat penularan dan keparahan yang lebih tinggi sehingga mengancam mekanisme penanganan kesehatan, VOI dapat berubah statusnya menjadi VOC (Variant of concern, varian yang paling dikhawatirkan).
Melansir dari Detik, jenis varian Corona yang masuk ke dalam kategori VOC adalah varian Alpha (B117), Beta (B1351), Gamma (P1), dan Delta (B1617.2)
Artikel Terkait: 3 Cara Mendaftar Vaksinasi COVID-19 Secara Online, Jangan Sampai Salah
5. Tingkat Penularan yang Lebih Tinggi
WHO memberikan pernyataan bahwa varian Lambda ini memiliki mutasi pada protein yang dapat berdampak pada tingkat penularannya yang lebih tinggi dibanding varian lainnya. Akan tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mutasinya sepenuhnya.
6. Memiliki Ketahanan Terhadap Antibodi Tubuh
Tak hanya memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, WHO melaporkan bahwa varian Lambda diduga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadapi antibodi yang dimiliki tubuh sehingga lebih sulit untuk disembuhkan.
***
WHO menjelaskan bahwa menghentikan penyebaran virus tetap menjadi kunci untuk mencegah munculnya varian baru dari virus COVID-19. Protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas dapat bekerja mengurangi peluang penyebaran virus.
Vaksin juga penting sebagai perlindungan sebelum terpapar virus dan risiko varian baru. WHO menyakini bahwa semakin banyak orang yang divaksinasi maka sirkulasi virus akan menurun dan menyebabkan lebih sedikit mutase.
Itulah beberapa fakta yang perlu Parents ketahui mengenai COVID-19 varian Lambda. Semoga informasi ini bermanfaat. Yuk, mari lebih disiplin lagi menegakkan protokol kesehatan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.
Baca Juga:
Waspada! Mayoritas Anak Positif COVID-19 di Indonesia Tidak Bergejala
Heboh Vaksin COVID-19 Disebut Mengandung Magnet, Ini Faktanya!