Cerebral Atrophy berasal dari dua kata, cerebral yang artinya otak, dan atrophy yang artinya kehilangan sel ataupun penyusutan. Kondisi cerebral atrophy akan membuat otak mengecil karena neuron dan jaringan sel saraf di dalamnya mengalami penyusutan atau justru menghilang.
Cerebral atrophy dapat menyebabkan kejang-kejang dan demensia. Gangguan yang didapat termasuk kehilangan memori, kesulitan mengekspresikan sesuatu dengan bahasa ataupun sekedar memahaminya.
Beberapa penyakit medis dapat menjadi pemicu kondisi cerebral atrophy. Misalnya saat seseorang mengidap penyakit Alzheimer, demensia temporal, stroke, cerebral palsy, penyakit Huntington, dan beberapa infeksi seperti AIDS dan ensefalitis.
Pada orang normal yang bukan merupakan pasien demensia, penderita cerebral atrophy biasanya berkisar pada usia 60-70 tahun. Namun, penyakit ini juga bisa menjangkiti anak-anak dengan sebab-sebab tertentu.
Penyebab Cerebral Atrophy pada anak-anak
Ilmuan menemukan bahwa penyakit yang juga disebut sebagai brain atriphy ini memiliki 3 sebab khusus. Diantaranya adalah:
1. Kemoterapi sistemik
Seorang radiologis bernama Dr. Prassopoulos dan rekannya dari University Hospital di Heraklion, Yunani mengungkapkan fakta bahwa dari 69 anak yang menjalani kemoterapi sistemik, setengahnya mengalami brain atrophy.
Ia mendata hal tersebut ke dalam jurnal kesehatan dan jurnal onkologi kedokteran anak. Bahkan, kemungkinan terhadap terjadinya brain atrophy masih bisa terjadi jika kemoterapi sistemik itu dilakukan.
2. Orang tua yang depresi ataupun kakek/nenek yang depresi
Pada tahun 2009, Dr. Peterson mengungkapkan bahwa anak yang memiliki orangtua, kakek/nenek yang memiliki riwayat depresi memiliki kemungkinan terkena cerebral atrophy. Peneliti di departemen psikologi anak Universitas Columbia ini menegaskan bahwa cerebral atrophy yang terjadi pada kondisi ini hanya berada pada otak kanan anak.
Ia juga menerangkan bahwa otak sebelah kanan anak ini bertanggung jawab terhadap respon emosional anak. Kemungkinan, anak akan ikut mengalami gangguan kepanikan maupun depresi seperti orangtua ataupun kakek/neneknya.
3. Neuronal Ceroid Lipofuscinoses (lipofuscinoses ceroid saraf atau NCLs)
Gangguan neurodegenerative dapat diwariskan. Salah satu penyakit yang disebut penyakit Battens.
Penyakit ini biasanya berakibat fatal pada usia awal 20-an dan biasanya sudah ada gejalanya selama masa kanak-kanak, demikian catatan Dukungan dan Asosiasi Riset Penyakit Battens.
Gejala penyakit Battens terkait dengan penumpukan zat yang disebut lipopigments di dalam jaringan tubuh. Lipopigments ini terdiri dari lemak dan protein.
Pada penyakit Battens, terjadi kematian Neuron dan atrofi otak. Tanda-tanda awal dari penyakit ini termasuk perubahan kepribadian dan perilaku.
Misalnya, lamban dalam hal belajar, kehilangan penglihatan, dan kecerobohan. Pada anak-anak penyakit ini biasanya terlihat pada usia 5 dan 8 tahun dan dapat mengakibatkan atrofi otak maupun demensia.
4. Sindrom cushing
Sindrom cushing adalah gangguan hormon yang langka pada anak-anak. Hal ini disebabkan tingginya hormon kortisol pada tubuh.
National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service (NEMDIS atau Pusat Informasi Endokrin dan penyakit metabolisme nasional) mempelajari 11 anak-anak dengan sindrom Cushing dan membandingkannya dengan 10 anak-anak dengan usia dan jenis kelamin yang sehat..
Mereka menemukan bahwa anak-anak dengan sindrom Cushing memiliki volume otak lebih kecil. Hal ini memungkinkan teradinya penurunan yang signifikan dalam fungsi kognitif anak-anak.
Dr Merke melaporkan temuan ini di Journal Endokrinologi Klinis dan Metabolisme. Ia mencatat bahwa meskipun ada reversibilitas cepat dari atrofi otak yang berhubungan dengan sindrom, penyusutan hanya terjadi satu tahun setelah terjadinya operasi bedah.
Gejala
1. Melemahnya otot tubuh
Terjadinya pelemahan otot pada tubuh bisa berlangsung secara tiba-tiba maupun dalam periode tertentu. Biasanya, terjadinya pelemahan otot dimulai dari rasa sakit atau paresthesia, demam, dan gejala flu.
2. Berkurangnya kemampuan penglihatan
Anak akan merasa lebih buram, maupun terasa sakit kepala sebelah saat melihat. Biasanya gejala ini sering disalahpahami sebagai penyakit lain seperti sakit kepala biasa, mata minus/plus, maupun glukoma.
3. Gangguan bicara
Gangguan bicara ini termasuk keterlambatan berbicara, kesulitan bicara, ketidakmampuan melafalkan huruf tertentu, maupun ketidakmampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata.
4. Demensia
Demensia adalah kondisi neurodegenerative dari otak di mana ada kekurangan progresivitas dan kinerja kognitif serta mental permanen. Ini termasuk hilangnya memori dan penurunan fungsi otak di daerah yang bertanggung jawab dalam mengatur fungsi kelancaran berbahasa, kecerdasan, pengambilan keputusan, dan perilaku.
Pencegahan
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga dapat mengurangi kecepatan penyusutan otak atau bahkan menyembuhkan brain atrophy.
Penelitian lain menunjukkan bahwa suplementasi dengan vitamin B (termasuk vitamin B12, asam folat dan vitamin B6) juga dapat membantu atrofi otak menyusut lebih lambat.
Tes medis yang dilakukan untuk mendeteksi Cerebral atrophy
1. CT scan
CT Scan adalah serangkaian gambar rinci daerah dalam tubuh yang diambil dari sudut pandang yang berbeda. Gambar tersebut diciptakan oleh komputer yang terhubung ke mesin x-ray.
Pemeriksaan ini juga disebut dengan komputerisasi tomography dan komputerisasi axial tomography (CAT) scan.
2. MRI scan
MRI scan adalah sebuah magnet yang kuat dihubungkan ke sebuah komputer dan digunakan untuk membuat gambar rinci daerah dalam tubuh. Foto-foto hasil MRI ini dapat dilihat pada monitor dan juga dapat dicetak.
3. PET (Positron emission tomography) scan
Tes ini adalah sebuah prosedur di mana sejumlah kecil glukosa radioaktif (gula) disuntikkan ke pembuluh darah. Kemudian, sebuah scanner digunakan untuk membuat gambar rinci komputerisasi bagian dalam tubuh di mana glukosa biasa diproses.
Tes ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi kanker. Biasanya, sel-sel kanker sering menggunakan lebih banyak glukosa daripada sel normal. Gambaran yang didapat bisa digunakan untuk menemukan sel-sel kanker dalam tubuh.
4. Single-photon emission computed tomography (SPECT)
Metode komputerisasi tomografi ini menggunakan radionuklida yang memancarkan foton tunggal dari energi yang diberikan.
Caranya, kamera diputar 180 atau 360 derajat sekitar subjek untuk menangkap gambar di beberapa posisi di sepanjang sudut busur. Kemudian komputer digunakan untuk merekonstruksi transaxial, sagital, dan gambar koronal dari distribusi tiga dimensi radionuklida dalam organ.
Perawatan
Perawatan pertama pada cerebral atrophy awal biasanya diusahakan dengan jalur medikasi terlebih dahulu. Obat yang digunakan adalah obat neuromusculoskeletal.
Obat neuromusculoskeletal sebuah obat penawar yang bekerja pada sistem tubuh secara keseluruhan. Praktisi percaya bahwa ketidakseimbangan antara sistem saraf, pembuluh darah, otot dan kerangka tulang dari tubuh menyebabkan penyakit dan gangguan Cerebral atrophy.
Seorang dokter osteopati (D.O.), atau osteopati adalah seorang dokter yang berkaitan dengan struktur dan fungsi tubuh, dan menggunakan manipulasi untuk membantu tubuh menyembuhkan dirinya sendiri.
Pendekatan holistik ini bergantung pada semua sistem neuromusculoskeletal tubuh sebagai bagian integral dari kesehatan. Jika obat-obatan seperti ini tak berhasil, dokter akan memilih jalan operasi.
Kadang, terjadi salah diagnosa pada anak penderita brain atrophy. Kesalahan diagnosa tersebut misalnya cedera otak ringan, migrain, masalah hormonal, maupun kekurangan vitamin B 12.
Penting untuk memastikan pemeriksaan pada anak lewat berbagai tes di atas. Selain itu, Parents juga bisa mencatat gejala apa saja yang ditampakkan pada anak sebelum membawa ia konsultasi ke dokter.
Baca juga:
Bagaimana Menghindari Kerusakan Otak Pada Anak?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.