Selamat Hari Perempuan Sedunia, Bersama Perempuan Kuat Cegah Pandemic Fatigue

Pandemic fatigue adalah kondisi orang orang yang mulai enggan mematuhi prokes bahkan tak mau vaksin. Adakah cara cegah pandemic fatigue dan mengendalikannya?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tepat dua tahun dunia dilanda wabah Covid-19, hal ini memunculkan fenomena Pandemic Fatigue atau kelelahan akibat pandemi. Gejalanya sudah sering kita lihat, yakni orang-orang yang tidak taat protokol kesehatan bahkan menolak vaksinasi. Lalu, adakah cara bagi kita untuk cegah pandemic fatigue dan mengendalikannya?

Peringatan Hari Perempuan Sedunia dan Upaya Cegah Pandemic Fatigue

“Di saat dunia dilanda ketidakpastian dan manusia dihentak bencana, pandemi, bahkan perang, kita menyaksikan perempuan-perempuan yang menjadi penyelamat dan penuh daya. Mereka berjuang dan berprestasi di berbagai palagan dari bidang ekonomi, kesehatan, sosial, sampai politik," demikian ungkapan Presiden Joko Widodo pada media sosial resminya di Instagram di Hari Perempuan Sedunia, 8 Maret 2022.

Tanggal 8 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD). Pada tahun 2022 ini, melalui media sosial IWD dan website www.internationalwomensday.com/, IWD 2022 mengusung tema #BreakTheBias. Kampanye #BreakTheBias dimaksudkan bersama-sama mewujudkan kesetaraan gender di seluruh dunia.

Selama ini, perempuan dari berbagai latar sosial budayanya selalu memiliki bias, stereotip, dan diskriminasi. Akibatnya, kesetaraan gender sulit untuk dicapai. Bias tersebut bisa datang dari mana saja, mulai dari komunitas, tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, dan lingkungan di sekitar.

Perilaku Orang-orang enggan patuhi protokol kesehatan adalah gejala pandemic fatigue

Satu hari setelah IWD 2022, pandemi COVID-19 “merayakan” hari jadinya yang ke-2 pada tanggal 9 Maret. Dengan demikian, pandemi ini akan memasuki tahun ketiganya.

Perjalanan panjang wabah mendunia ini juga menimbulkan permasalahan terhadap perilaku orang-orang yang mulai bosan hingga enggan menjalankan protokol kesehatan dan menolak vaksinasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Organisasi kesehatan dunia, WHO menyebut hal tersebut sebagai pandemic fatigue atau kelelahan pandemi. Berdasarkan buku “Pandemic Fatigue: Reinvigorating the public to prevent COVID-19” yang dikeluarkan oleh WHO Kantor Regional Eropa, kelelahan pandemic merupakan demotivasi untuk mengikuti anjuran protokol kesehatan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyebaran virus.

Kelelahan ini muncul secara bertahap dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh sejumlah emosi, pengalaman, dan persepsi seseorang.

Kelelahan pandemi dilaporkan dari berbagai negara yang diekspresikan melalui peningkatan jumlah orang enggan mengikuti rekomendasi protokol kesehatan dan pembatasan mobilitas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Demotivasi sebenarnya memang wajar terjadi. Tatkala situasi tidak kunjung membaik untuk jangka waktu yang lama, kejenuhan masyarakat untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan 5M (mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak fisik, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) akan berujung pada pandemic fatigue.

Pelajaran yang Bisa Diambil

Menghadapi pandemic fatigue di Hari Perempuan Sedunia, di sini kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa pandemi telah mengajarkan kesetaraan gender yang tidak hanya menonjolkan peran dari kaum pria, tetapi para perempuan perkasa pun berperan besar di dalam menanggulangi wabah coronavirus ini.

Adanya dominasi kaum perempuan sebagai tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan penanganan pandemi COVID-19. Adapula keberadaan perempuan-perempuan kuat yang berjasa mengatur kesulitan keuangan, menyediakan kebutuhan pangan dengan segala keterbatasan, hingga berupaya menjaga kesehatan diri dan keluarga ketika diberlakukan pembatasan pergerakan penduduk pada masa PSBB maupun PPKM Level 4.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di sisi lain, masyarakat yang mengalami kelelahan pandemi ini dapat berdampak kepada bertumbangannya perempuan-perempuan yang bekerja sebagai tenaga medis dan tenaga kesehatan COVID-19. Mereka merelakan fisik dan mentalnya meninggalkan rumah dan keluarga demi menangani dan mengobati para pasien yang terkonfirmasi positif coronavirus.

Lelah jasmani dan rohani, bahkan bertaruh nyawa untuk menghadang infeksi virus ini. Oleh karena itu, pandemic fatigue juga harus diatasi bersama-sama agar wabah penyakit ini segera berakhir.

Bukan hanya peran tenaga medis dan tenaga kesehatan saja melawan COVID-19, tetapi keberadaan perempuan perkasa lainnya seperti ibu rumah tangga, pedagang, pekerja, pelajar, melawan coronavirus dan menjadi bagian mencegah serta mengendalikan pandemic fatigue ini, baik bagi diri sendiri, keluarga, kolega, dan tetangga.

Pandemic fatigue bisa dikatakan sebagai bagian dari permasalahan kesehatan jiwa. Untuk mengatasi persoalan mental akibat pandemi, perlu kiranya tiap-tiap pribadi dapat melakukan stress management.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cegah Pandemic Fatigue dengan Langkah-langkah Berikut Ini

Melalui “Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi COVID-19” yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2020, ada beberapa hal yang dilakukan untuk membantu mengatasi problematika kesehatan jiwa akibat pandemi, antara lain:

1. Mengurangi stressor dengan mendapatkan informasi yang benar tentang COVID-19.
2. Relaksasi fisik dengan menarik napas dalam, melakukan Progressive Muscle Relaxation (Relaksasi Otot Progresif), dan berolahraga secara rutin.
3. Berpikir positif dengan afirmasi/positive self talk, mengucapkan pernyataan pernyataan positif tentang diri sendiri, keluarga, kehidupan, dll. Menghentikan pikiran negatif, jika ada yang mengganggu pikiran, jangan biarkan berlama-lama dan langsung katakan stop.
4. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan interpersonal dengan berbagi cerita positif serta berbagi perasaan dan pikiran pada orang yang dapat dipercaya dengan memanfaatkan teknologi informasi.
5. Mempertahankan dan meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga dengan kasih sayang, rasa hormat dan saling menghargai dalam keluarga.
6. Membangun jejaring sosial dengan komunitas yang dapat memberikan afirmasi positif

Jika dengan cara di atas tidak dapat teratasi dapat menghubungi hotline Layanan Sejiwa 119 ext 8, maupun tim kesehatan jiwa di antaranya psikiater, psikolog klinis, psikolog, perawat jiwa, ahli kesehatan masyarakat, pekerja sosial dan relawan jiwa.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: 

id.theasianparent.com/hal-perlu-dilakukan-ibu-hamil-di-saat-pandemi

id.theasianparent.com/dampingi-anak-di-masa-pandemi

id.theasianparent.com/cara-ibu-menjaga-kesehatan-keluarga-di-masa-pandemi