Orang tua Jepang membiasakan anaknya makan sendiri sejak dini. Sangat jarang ditemukan anak kecil usia 2 tahun makan masih disuapi oleh ibu atau neneknya. Selain untuk melatih kemandirian anak sejak kecil, orang tua di Jepang juga sibuk dalam membagi waktunya. Izinkan saya kali berbagi pengetahuan mengenai cara orang Jepang siasati anak susah makan.
Saat MPASI, anak juga diajari sedikit demi sedikit makan sesuai kaidah gizi lengkap dan seimbang, agar kelak tidak pilih-pilih makanan. Mau bagaimana lagi, saat dititipkan ke day care, anak Jepang juga harus mau makan bekal makanannya sendiri.
Saat TK ada juga sekolah yang menyediakan makan siang sehingga mau tidak mau anak-anak harus dibiasakan mau makan apa saja, tanpa pilih-pilih. Kalau susah makan, tentu akan merepotkan gurunya juga. Lantas, bagaimana orang tua Jepang menyiasati anaknya yang susah makan? Ini pengalaman saya saat tinggal di sana dan mengamati cara-cara para orang tua di Negeri Matahari Terbit itu menyiapkan makanan untuk anaknya.
1. Pentingnya makan
Anak memang harus diberi pemahaman bahwa makan itu penting. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi energi yang sangat penting untuk berpikir dan beraktivitas. Juga, untuk bertahan hidup. Tentunya kalau diberitahu seperti ini, anak kecil tidak bakal langsung paham. Jadi, bagaimana dong cara memberitahunya?
Bisa saja dengan media. Yang paling seru, tentu saja dengan buku cerita bergambar. Selain ramah dan aman untuk mata anak, buku cerita juga bagus untuk mendekatkan kita dengan anak. Bisa juga untuk melatih anak untuk lebih berimajinasi.
Selain dengan buku cerita, bisa juga dengan media lain.
Ada orang tua Jepang yang sudah memutarkan televisi dan video Youtube sejak kecil dengan tontonan animasi juga, kok. Anak bisa menirunya sambil bernyanyi dan menari.
Intinya, kita harus memberikan pemahaman kepada anak bahwa makan itu penting. Jadi, sounding seperti ini memang harus dilakukan dengan sabar dan pelan. Bagaimanapun juga, makan adalah aktivitas yang akan dilakukannya seumur hidup, jadi harus terampil melakukannya. Susah makan tentu akan merepotkan.
2. Waktu makan
Waktu makan 30 menit, habis tidak habis, makanan harus diambil. Lama kelamaan, mereka akan paham juga kok konsep lapar sehingga butuh makan.
Kuncinya adalah tega dan disiplin. Tega bukan berarti memaksa, tapi bukan juga membiarkan anak menuruti maunya sendiri. Banyak orang tua gagal menerapkan hal ini karena tidak tega. “Ah sayang makanannya masih”, “ah sebentar saja saya suapin dikit lagi”, dll. Padahal kelemahan hati kita ini justru malah berujung buruk untuk buah hati dan kita sendiri.
Biasanya anak Jepang makan sehari tiga kali dan di antaranya ada cemilan. Orang Jepang umumnya paham soal hitungan kalori ini, jadi tinggal menyesuaikan kebutuhan kalori anak per usianya.
3. Saatnya makan sayur dengan menu bervariasi
Makan sayur memang sangat tricky bagi anak-anak. Banyak anak yang susah makan jenis ini karena alasan tekstur dan rasa. Maka, sebagai orang tua pun kita harus punya trik tersendiri untuk merayu anak agar mau memakannya. Bisa membumbuinya dengan rasa yang disukai anak, bisa memotongnya kecil, atau bisa mencampurnya dengan bahan lain.
Sayur ya harus dalam bentuk sayur. Jangan mengelabuhi anak dengan image lain dong!
Bukan mengelabuhi, kok. Sebagai awal perkenalan mereka dengan sayur, kita harus memberikan kesan yang baik dari sayur itu sendiri. Memotong kecil-kecil sayuran dan mencampurnya dengan bahan lain tentu bukan bermaksud mengelabuhi. Anak juga akan mengenali, kok, saat rasa telurnya sedikit berbeda ya, beda kok masih tetap enak ya.
Misal wortel, kita bisa menghaluskannya dengan kentang, sehingga menjadi perkedel. Anak pasti lebih senang juga, eh ternyata wortel yang kalau dimakan sendiri tidak suka, kalau dicampur kentang jadi enak banget.
Ibu-ibu Jepang tak malu untuk sekadar bertanya menu favorit anaknya ke ibu lain, lho. Mereka juga melihat resep di internet atau membeli buku resep makanan anak. Buat anak yang susah makan, trik menu yang bervariasi tentu menjadi andalan ibu.
4. Karakter lucu dan tekstur yang bervariasi
Kalau urusan menghias makanan menjadi karakter lucu, ibu-ibu Jepang jagonya. Mereka sudah terbiasa dibuatkan bekal cantik ketika masih sekolah. Saat masih single pun, mereka membuat sendiri bekalnya. Tentunya menghias makanan bukanlah hal baru bagi mereka. Selain karakter yang lucu, mereka juga sangat memperhatikan proporsi kecantikan warna, bentuk, dan rasa makanannya.
Nasi putih dibentuk kelinci, wortel oranye yang diiris tipis memanjang yang dicampur wijen, brokoli hijau yang hanya ditumis sebentar, ayam goreng cokelat, sosis goreng warna merah dan buah pir kuning yang diiris. Sebuah kombinasi warna yang menarik. Cara orang Jepang siasati anak susah makan ini tentu efektif. Sebab, cara ini akan menggugah selera anak yang susah makan sekalipun.
Meski tidak secantik buatan ibu-ibu Jepang, melihat kotak bekal anak saya yang kosong saat pulang sekolah itu sudah membahagiakan. Betul kan, Bun?
5. Cara orang Jepang siasati anak susah makan, membuat makanan sekali “hap”
Sekali “hap”, dalam bahasa Jepang disebut hitokuchi. Nasi dalam bekal makanan anak kecil biasanya dibentuk bulat-bulat seukuran sekali “hap”. Potongan ayam, sosis, dan buah juga seukuran itu. Pokoknya dibuat agar memudahkan si kecil makan.
Jumlah makanan yang diberikan ke anak juga disesuaikan dengan usia dan kebutuhan kalorinya. Atau boleh juga tanya ke anak, mau makan banyak atau sedang, jadi jumlahnya bisa disesuaikan. Kalau anak sedang sakit, ya jangan memaksakan anak harus makan menu dalam jumlah normal.
6. Memilih menu dan masak bersama
Untuk momen khusus misalnya, kita bisa bertanya kepada anak tentang makanan yang ingin dimakannya. Semisal saat ultah, ia ingin makan steak sapi, ya dibuatkan. Bisa juga kemudian memasaknya bersama-sama agar anak lebih bersemangat menghabiskannya karena sudah susah payah membuatnya.
Atau saat akhir pekan misalnya, saat semua berkumpul bisa juga membuat menu khusus untuk semua anggota keluarga. Yang penting kebersamaan, ya, Parents!
Untuk menu sehari-hari, ada juga kok orang tua Jepang yang menanyakan ke anak mereka menu yang ingin mereka makan. Kadang mereka juga minta ke ibunya untuk membuatkan menu tertentu yang mereka inginkan. Memang ibu harus kreatif ya dalam membuat menu makanan anak. Semangat belajar, Bun, biar anak tidak susah makan lagi!
7. Memberi contoh dengan makan bersama
Makan bersama memang menjadi momen sehari-hari yang ditunggu dalam sebuah keluarga. Susahnya bertemu saat makan siang, kadang membuat keluarga Jepang berusaha untuk sarapan dan makan malam bersama. Tetapi, kadang hal ini pun sulit terwujud karena kesibukan pagi hari dan lemburnya Ayah pada malam hari. Akhir pekan lah yang kadang ditunggu-tunggu.
Saat makan bersama, beri contoh anak untuk menghabiskan makanannya, apapun jenisnya. Ajari juga untuk mensyukuri setiap makanannya. Bagaimanapun juga di setiap bulir nasi yang dimakan, ada jerih payah para petani menanam dan merawat padinya, di setiap ayam goreng yang dimakan ada usaha peternak membesarkan ayamnya, petani sawit, perusahaan minyak, dll. Tanpa mereka, tentunya tak bisa makan dengan enak. Anak yang susah makan akan malu mendengar cerita seperti ini.
Orang tua Jepang sangat mengajari anaknya untuk menghargai orang lain dan jasanya. Sebelum dan sesudah makan mereka selalu berterima kasih atas nikmat makan yang telah diberikan, lho.
Ketika anak susah makan, bisa dicoba cara-cara di atas ya, Parents! Sabar dan semangat!
Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com.
Artikel UGC lainnya:
Frekuensi Bercinta Menurun bahkan Hilang saat Hamil, Ada Apa?
Atasi Turunnya Semangat Belajar dengan Edu-Project Bareng Anak, Yuk!