Semakin banyak nasabah bank yang memanfaatkan layanan mobile banking karena pembatasan mobilitas untuk memutus mata rantai penularan virus corona baru. Namun, banyak orang yang kurang memperhatikan cara menggunakan mobile banking yang aman.
Dilansir dari Bank Rate, belum lama ini, FBI memperingatkan bahwa menggunakan mobile banking yang tidak aman dapat membahayakan para nasabah. Peretas dapat membobol dan mengeksploitasi data yang dimiliki nasabah, beserta uang yang dimilikinya, termasuk menggunakan aplikasi perbankan palsu.
Artikel terkait: Praktis, 7 Tips Menabung Harian yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Nah, kali ini, kami akan membahas seluk beluk dan cara menggunakan mobile banking yang aman. Dengan demikian, Parents tidak tak perlu khawatir akan dibobol oleh peretas.
Keamanan Transaksi Melalui Mobile Banking
Pada dasarnya, para pakar keamanan siber mengatakan bahwa layanan mobile banking cukup aman dan dapat memberikan kenyamanan pada nasabah. Meski demikian, nasabah perlu melakukan beberapa tindakan pencegahan untuk memberikan keamanan ekstra.
Sebelum memasang aplikasi di gawai, para ahli keamanan siber menekankan untuk para nasabah agar mengunduh aplikasi yang benar-benar aman dan dikeluarkan resmi oleh bank penyedia. Misalnya, jika Parents adalah pengguna bank BCA, pastikan bahwa aplikasi yang terpasang memang dikeluarkan oleh bank BCA.
Jika kesulitan, Parents bisa meminta bantuan customer service bank. Selain itu, Parents juga mengunjungi laman resmi bank dan mencari tahu aplikasi yang disediakan oleh bank. Biasanya, laman untuk mengunduh aplikasi tersebut sudah tersedia di laman resminya.
Artikel terkait: 5 Rekomendasi Tabungan Anak, Bantu Ajarkan si Kecil Menabung Sejak Dini
Jenis Serangan Siber yang Biasanya Dilakukan Peretas
Ada banyak cara peretas untuk melakukan pembobolan pada layanan mobile banking nasabah sebuah bank. Namun, FBI membagi ada dua jenis serangan yang sering kali terjadi, yakni sebagai berikut.
Trojan berbasis perbankan
Trojan berbasis perbankan adalah aplikasi tidak resmi yang biasanya mengelabui nasabah. Iklan aplikasi ini biasanya dipasang pada gim atau aplikasi sejenis. Ketika seseorang bermain gim atau menggunakan aplikasi tertentu, biasanya ia akan ditawari untuk mengeklik suatu laman yang berasal dari sumber tidak resmi.
Setelah nasabah diarahkan ke sebuah laman asing yang tidak resmi, ia akan diminta untuk login menggunakan akun mobile banking asli. Kemudian, para peretas pun tak segan untuk mengeksploitasi dan mengambil alih segala aktivitas perbankan yang dilakukan oleh nasabah.
Selain iklan di laman aplikasi, tawaran ini juga biasanya dikirim melalui pesan singkat, surel, atau WhatsApp. Nasabah biasanya akan mengeklik tautan tersebut dan meminta untuk mengisi akun bank. Setelah itu, datanya pun direkam dan dieksploitasi oleh peretas.
Aplikasi Perbankan Palsu
Aplikasi perbankan palsu adalah ancaman besar lainnya. Mereka terlihat seperti aplikasi nyata dari bank-bank besar dan dirancang untuk mengelabui pengguna agar memasukkan kredensial login. Menurut FBI, teknik peretasan ini mewakili salah satu sektor penipuan berbasis ponsel yang paling cepat berkembang.
Artikel terkait: Simak Tips Memilih KPR Berikut Agar Anda Tak Tertimpa Masalah di Masa Mendatang
Cara Menggunakan Mobile Banking yang Aman
Selain melalui serangan siber demikian, sebenarnya ancaman akan peretas ada di mana-mana, termasuk bisa berasal dari pegawai bank yang mungkin tampak ramah. Bisa jadi, petugas bank secara ilegal meminta data-data akun perbankan Parents, lalu mengeksploitasinya.
Selain itu, ada potensi keamanan siber yang memang tetap membayangi yang meliputi kerentanan dalam hal enkripsi, kode, dan transmisi informasi. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut.
1. Unduh aplikasi perbankan terverifikasi melalui laman resmi bank
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, usahakan untuk memasang aplikasi perbankan remi yang disediakan oleh pihak perbankan. Jika banyak aplikasi palsu dan Parents bingung mengidentifikasikannya, silakan kunjungi laman resmi dan cari tautan yang mengarah pada unduh aplikasi mobile banking resmi mereka.
Jika bingung, silakan meminta bantuan customer service bank. Namun, perlu diingat bahwa Parents tidak boleh memberikan user dan pin mobile banking kepada mereka, ya!
2. Pastikan bank menggunakan otentikasi ganda
Otentikasi ganda mengharuskan pelanggan untuk menggunakan tidak hanya kata sandi atau PIN untuk masuk ke akun mereka, tetapi juga cara kedua untuk mengonfirmasi identitas mereka, seperti menggandakan kode yang telah dikirim melalui pesan teks ke ponsel mereka.
Para ahli keamanan siber mengatakan bahwa otentikasi ganda sangat meningkatkan keamanan, tetapi tidak 100 persen aman. Seseorang dapat memperoleh akses ke ponsel atau seseorang dapat mencegat lalu lintas pesan singkat untuk mendapatkan akses ke kode tersebut.
Artikel terkait: Tawarkan Banyak Keuntungan, Begini 7 Langkah Mudah Menabung di Bank
3. Gunakan kata sandi yang kuat
Salah satu cara terbaik untuk melindungi diri dari para peretas adalah dengan menggunakan kata sandi yang kuat, yakni berisi kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol secara acak. Selain itu, jangan meminta browser untuk mengingat kata sandi tersebut.
Namun, para ahli siber menyarankan untuk menggunakan aplikasi atau software pengelola kata sandi yang memiliki reputasi baik. Parents bisa melakukan riset kecil untuk memilih aplikasi pengelola kata kata sandi yang direkomendasikan.
4. Hindari menggunakan wi-fi publik
Saat menggunakan fasilitas wi-fi publik, Parents sebenarnya tidak berada di jaringan yang aman. Bisa jadi, seseorang yang berada dalam satu jaringan dengan Parents bertindak melakukan peretasan. Oleh karena itu, ketika menggunakan fasilitas wi-fi publik, hindari melakukan transaksi perbankan dalam bentuk apa pun. Selalu gunakan jaringan seluler atau wi-fi di rumah untuk melindungi informasi pribadi Parents.
5. Belajar memahami serangan phishing/smishing
Email phishing adalah tempat para penipu mencoba memanipulasi penerima untuk membocorkan informasi pribadi, sementara scammers smishing menggunakan umpan semacam itu dalam pesan teks.
Oleh karena itu, para ahli keamanan siber meminta pengguna untuk mengenal aplikasi perbankan yang resmi dan menaruh curiga pada tanda-tanda abnormal, seperti pop-up dan fitur abnormal lainnya. Bisa jadi, hal tersebut merupakan serangan phising/smishing.
6. Aktifkan pemberitahuan aktivitas perbankan apa pun
Parents bisa mengaktifkan fitur pemberitahuan aktivitas perbankan apa pun, baik melalui surel, pesan singkat, atau melalui platform lainnya. Pemberitahuan cepat ini membantu konsumen untuk mendeteksi potensi aktivitas penipuan, yang kemudian dapat ditangani secara dini.
Artikel terkait: 6 Tips Mengatur Cicilan Agar Tak Memberatkan dan Malah Terjerat Hutang
7. Log out setelah melakukan transaksi
Dilansir dari Discover, beberapa aplikasi yang dikeluarkan oleh pihak perbankan memang sudah memiliki fitur yang memungkinkan pengguna log out secara otomatis setelah ia keluar dari aplikasi.
Namun, ada beberapa aplikasi yang belum memiliki fitur ini. Jika demikian, lakukan log out secara manual setiap Parents selelai melakukan aktivitas perbankan apa pun.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Melakukan Kesalahan?
Jika Parents melakukan kesalahan dalam menggunakan mobile banking, sebaiknya jangan panik. Parents bisa melakukan beberapa hal berikut.
- Ubah kata sandi baik berupa kata sandi surel, mobile banking, dan akun lainnya
- Hubungi pihak bank untuk melakukan pemblokiran sementara terhadap mobile banking dan meminta petunjuk kepada customer service untuk langkah-langkah selanjutnya.
Demikian beberapa cara menggunakan mobile banking yang aman agar terlindungi dari ancaman peretas. Meski demikian, perlu diingat bahwa tips ini hanya tindakan preventif. Jadi tidak menjamin melindungi akun mobile banking Parents seutuhnya.
***
Baca juga:
Pengalaman dan Tips Edukasi Keuangan untuk Anak ala Ersa Mayori
Ingin Menabung 10 Juta Rupiah dalam Waktu 3 Bulan? Ikuti Cara Praktis Ini