Kehilangan orang yang dikasihi untuk selamanya, tentu saja bisa menjadi pukulan berat bagi siapa pun juga. Terlebih jika ‘kepulangan’ sosok yang dicintai, calon suami meninggal begitu tiba-tiba.
Adalah Elsya Sandria, seorang selebgram hijab yang berdomisili di Bogor, baru-baru ini membagikan kenangan manisnya sekaligus pahit yang ia alami di akun Twitter miliknya, @elsyandria.
Sampai saya menuliskan sepenggal sejarah kehidupan perempuan berusia 23 tahun ini, kisahnya sudah dibagikan ulang sebanyak 26.6 ribu dan mendapat likes sebanyak 75.7 ribu.
Tentu bukan hal yang mudah untuk menceritakan kisah ini kembali, namun Elsya ingin semua orang yang membacanya untuk bisa belajar ikhlas. Meski tidak mudah, ia pun sedang berusaha untuk melakukannya.
“Saya pernah mempunyai kisah yang sangat indah, kisah di mana kita tidak ditakdirkan bersama namun dia pergi meninggalkan hal terbaik selamanya.
Teruntuk Alm Reza Arci Pradana Yantoro.
8 november 2018
Saya ingat dan saya membaca kutipan tulisan dari Darwis Tereliye.
Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yang berharga miliknya, amat berharga malah. Ada yang kehilangan sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak, orangtua, benda-benda berharga, kekasih, kesempatan, kepercayaan, nama baik, dan sebagainya.
Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan,” tulis Elsya dalam akun Twitternya.
Artikel terkait: Kisah haru seorang ibu yang mengalami keguguran berulang, “Bayiku telah kembali ke Maha Kuasa”
Kisah calon suami meninggal jelang menikah
Elsya Sandria & Reza Arci. Sumber foto: Twitter @elsyandria
Kejadian ini dialami kekasihnya, Reza Arci pada November 2018 lalu, saat ingin melakukan perjalanan bersama ke Banyuwangi. Hari itu, Elsya dan Reza akan bertemu di Bandara dan melakukan penerbangan pukul 6 pagi. Elsya yang sudah terlebih dahulu sampai di bandara, sudah menunggu kekasihnya sampai.
Elsya menuliskan, saat dalam perjalanan, Reza sempat mengabarkan kalau dia sedang dalam perjalanan dan akan menemuinya di bandara. Namun kabar dari Reza tak lagi muncul, sampai membuat Elsya khawatir.
“8 November 2018, di jam 03.00 wib saya sampai di terminal 2 soeta dan menunggu kedatangannya, pesawat jam 06.00 dan dia masin menelfon dengan gaya khas bercandanya dan selalu bilang, ‘Bentar lagi aku sampai sayang,’ saya menunggu dengan sabar. 4.30 terkahir dia memberi kabar.
Kemudian hilang, saya masih tenang karena ya waktunya shalat subuh, dia pasti mampir ke musolah dan mungkin salah turun terminal, masih tetap tenang-mencoba tenang dan yakin dia akan sampai. Itu yang selalu saya pikirkan,” cerita Elsya.
Meski sudah menghujani diri dengan pikiran positif, perasaan Elsya sungguh tidak bisa berbohong kalau memang ada susuatu yang terjadi pada kekasihnya. Sampai akhirnya ia mendapat kabar yang mengejutkan itu.
“Akhirnya saya sadar bahwa ada hal yang tidak baik-baik saja yang saya rasakan, ke mana dia? Kenapa hp nya tidak aktif? Kenapa dia hilang? Jam 05.30 saya mulai mencari dia ke semua orang yang saya kenal dan sambil berlari-lari di bandara mencarinya.
Tidak memikirkan boarding, tidak memikirkan kata terlambat apapun pada saat itu, hanya fokus mencari, menunggu, berlari, berteriak memanggil, menenangkan diri sendirian sampai saya menyerah setelah 6 jam. Saya pasrah…
Hingga akhirnya saya mendapatkan kabar darinya perihal dia telah mengalami kecelakaan, dengan menguatkan diri sendiri , mencoba mengendalikan hati dan pikiran,istigfar yang tiada henti saya yakin dia dalam keadaan baik-baik saja, saya memejamkan mata dan meminta kuatkan saya dulu.”
Calon suamiku meninggal, “Kamu meninggal dalam keadaan mau menemuiku”
Rasanya sulit untuk menerima kenyataan kalau Reza telah tiada.
Nyatanya, saat dalam perjalanan, supir taksi online yang ditumpangi Reza mengemudi dengan cepat dan menabrak truk tronton yang sedang berhenti di pinggir jalan. Nahas, posisi Reza yang berada di kursi depan, menjadi posisi terbenturnya mobil taksi online itu dengan truk tersebut.
“Semua orang memikirkan bagaimana saya tidak tahu hal yang sebenarnya terjadi, tapi pada akhirnya saya sampai pada rumah sakit yang di mana saya yakin dia ada di IGD tapi ternyata…
Ruang jenazah yang dingin, dibalut kain putih dan terbujur kaku, dia kini ada di sana.
Sesak, hampa, seperti ada lubang besar dan dalam yang tiba-tiba terbuka dalam diri saya. Senyap, di sekitar saya jadi senyap. Hampa sekali sampai saya merasakan sakit. Hampa menyakitkan. Ada ruang kosong yang sedemikian besar mengangga secara tiba-tiba.
Hancur, lebur, seperti tersambar petir di saat cuaca sedang baik-baik saja, seperti bunga yang dipetik ketika sedang mekar, seperti jantung yang diambil secara paksa. Melihat dia pergi selama-lamanya.”
“Aku ngerasa ini semua mimpi. Tapi ternyata kamu udah ngga ada dan udah ninggalin kita semua. Kamu pergi secepat itu, dan yang bikin aku sakit, kamu meninggal dalam keadaan kamu mau menemui aku
Sambil berbisik aku bilang, ‘Ay, pulang yu, aku udah jemput kamu, aku bilang kamu kenapa pergi. Yuk kita pulang, kamu harus bangun.’ Aku pegang tangannya udah dingin, kakinya udah dingin,” kata Elsya sambil terisak.
Merelakan kepergian dengan ikhlas, “titik terendah bukanlah titik terakhir”
Apa yang terjadi tentu sudah menjadi takdir yang tak akan pernah bisa ubah. Meski luka yang dirasakan masih begitu perih dan menganga, Elsya pun harus merelakan calon suaminya itu pergi untuk selama-lamanya.
Rencana untuk membangun pernikahan, menggapai impiaan bersama-sama pun akhirnya harus pupus.
Perlahan, perempuan berhijab ini mencoba untuk tidak tenggelam dalam kesedihan dan berusaha ikhlas melanjutkan keidupan meskipun rasanya tak akan lagi sama.
Ia pun memilih untuk memberikan pesan kepada semua orang agar bisa memahami kehilangan dengan cara yang benar.
“Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan. Kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisimu, maka kau akan mengutuk Tuhan, hanya mengembalikan masa-masa gelap itu.
Cara mengikhlasan terbaik adalah ketika kamu bisa mengerti bahwa semua hal memang tidak bisa kita kendalikan, dan karena pergi tidak selalu di iringi dengan pamit maka hargailah setiap detik.
Dan yang mesti teman-teman pahami, titik terendah bukanlah titik terakhir. Semua orang akan pergi, hanya saja waktunya yang berbeda. Reza sudah bahagia disana, temptnya inshaAllah indah, terimakasih sudah membuat cerita hidup sehebat ini. Al fatihah.”
Kami, segenap tim theAsianparent Indonesia, ikut berduka cita atas kepulangan Alm Reza Arci Pradana Yantoro, calon suami Elsya. Semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
***
Referensi: Twitter Elsya Sandria, YouTube Elsya Sandria
Baca juga
Kisah pilu menikah singkat 12 hari, curhatan perempuan ini viral
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.