Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya mengalami bullying di sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan, seyogyanya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk mendapatkan pembinaan pengetahuan dan mental terbaik selain di rumah.
Fakta yang cukup menggelisahkan bagi kita sebagai orangtua, adalah kenyataan bahwa tidak ada satu sekolah pun yang bisa betul-betul menjamin bebas dari tindak bullying di sekolah.
Berdasarkan data yang tercatat oleh Word Vision Indonesia, pada tahun 2008, terjadi 1.626 kasus, sementara tahun 2009 meningkat hingga 1.891 kasus bullying di sekolah. Dan angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagai orangtua marilah kita membuka mata, untuk mengetahui siapa-siapa saja yang mungkin menjadi pelaku bullying di sekolah.
Siapa pelaku bullying di sekolah?
Pelaku bullying di sekolah bisa terdiri dari :
1. Teman atau kakak kelas
2. Karyawan sekolah
3. Guru
Bullying merupakan tindakan menyakiti baik secara fisik maupun verbal dan sikap yang dilakukan secara terus-menerus. Contohnya, sering diejek, dikucilkan, dijambak dan perilaku kasar lainnya.
Bullying ini amat berbahaya bagi perkembangan anak di masa depan. Berdasarkan riset yang dilakukan tim peneliti dari University of Warwick dan University of Bristol, Inggris, anak-anak yang mendapatkan tindakan bullying di sekolah cenderung mengalami psikotik,yaitu gangguan jiwa berupa ketidakmampuan anak untuk menerima realita, dan gangguan ini terjadi ketika mereka berumur 18 tahun.
Mengingat bahaya jangka panjang pada buah hati kita, ada baiknya kita waspada bila kita menemukan tanda-tanda terjadinya bullying di sekolah pada anak kita.
Tanda-tanda anak mengalami bullying di sekolah :
- Anak kerap mengurung diri di kamar
- Menjadi lebih emosional dan kasar
- Meminta pindah sekolah (school phobia)
- Konsentrasi belajar dan prestasi menurun
- Anak menjadi penakut dan kerap gelisah
- Sering mengalami mimpi buruk
Tentu saja tidak semua anak mengalami bullying di sekolah. Kecenderungan terjadinya bullying di sekolah hanya ditujukan pada korban-korban yang memiliki fisik tertentu. Misalkan obesitas, atau terlalu kurus. Bisa juga terjadi pada anak yang terlihat lemah, pendiam dan tak berdaya.
Sebagai orangtua, bagaimanakah kita bersikap bila pada suatu hari kita menemukan tanda-tanda bullying di sekolah pada anak-anak kita?
Langkah-langkah berikut bisa menjadi alternatif
1. Cross check
Orangtua wajib mencari informasi yang jelas dan benar dengan cara meng-crosscheck keterangan yang diberikan anak kepada pihak sekolah.
2. Mediasi
Orangtua sebaiknya meminta pihak sekolah untuk menjadi mediasi pertemuan antara orangtua, korban dan pelaku serta orangtua pelaku bila pelakunya adalah siswa di sekolah yang sama.
3. Menuntut tegas
Orangtua bisa menuntut tegas pelaku – melalui mediasi sekolah- sehingga diharapkan pelaku tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Tuntutan bisa berupa pernyataan di atas kertas bermaterai, misalnya, pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Dan bila mengulangi perbuatannya akan dikenakan sanksi dikeluarkan dari sekolah, bila pelaku sesama pelajar. Hal ini penting, untuk menumbuhkan rasa aman bagi anak.
4. Pendampingan
Orangtua wajib mendampingi buah hatinya selama masa pemulihan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak dan membantu anak agar kelak terhindar dari tindak bullying yang lainnya.
Hal-hal penting lainnya yang perlu dilakukan orangtua agar anak terhindar dari bullying di sekolah adalah:
- Meyakinkan anak bahwa kita menyayangi dan mencintai mereka.
- Melatih anak untuk berani mengatakan “tidak” terhadap hal yang tidak mereka sukai.
- Melawan atau membela diri dengan sungguh-sungguh, sehingga pelaku menghindarinya.
- Memberitahu anak untuk melapor pada guru dan pengawas sekolah, apabila mereka tidak mampu melawan.
Parents, baca juga artikel menarik lainnya:
5 Alasan Mengapa Anak Benci Sekolah
Membantu Anak Mengatasi Cyberbullying