Chanoyu, Budaya Minum Teh di Jepang yang Masih Eksis Hingga Kini

Tidak sekedar minum teh, Upacara Chanoyu di Jepang sangat sarat pesan moral dalam kehidupan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jepang memang dikenal sebagai negara maju yang masih kental akan tradisi dan budaya turun-temurunnya. Termasuk juga salah satunya tradisi menyeruput satu gelas teh hijau yang memiliki tata krama dan aturan tersendiri, terutama pada saat penyajian teh oleh tuan rumah untuk tamu. Budaya minum teh di Jepang ini dikenal dengan sebutan Chanoyu.

Upacara minum teh memang menjadi bagian penting dalam kebudayaan Negara Sakura ini. Ini merupakan upacara tradisi budaya turun temurun yang dilakukan Jepang sejak sebelum zaman Edo dan masih tetap dilestarikan hingga sekarang.

Upacara minum teh di Jepang memiliki makna kehidupan yang sangat dalam dan sebuah ajaran tata krama yang baik disamping banyaknya manfaat upacara ini dalam bidang kesehatan.

Penasaran dengan ulasan lengkapnya mengenai tradisi unik satu ini? Yuk, simak penjelasannya yang kami kumpulkan dari beberapa sumber berikut ini.

Mengenal Chanoyu, Budaya Minum Teh di Jepang

Upacara minum teh (sadō, chadō, jalan teh) adalah cara dan seni bagaimana orang Jepang menjamu tamunya untuk meminum teh. Pada zaman dulu disebut chatō atau cha no yu.

Dalam pelaksanaannya ada aturan untuk tamu maupun pemilik rumah yang menjamunya. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam pelaksanaan upacara teh ini yaitu, tidak dengan gula, diminum dalam keadaan panas, dan tidak boleh ada kotoran sedikitpun alias harus sangat steril.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tradisi menyiapkan dan minum teh hijau ini biasanya dilakukan dalam ruang teh tradisional dengan lantai tatami. Jika dilakukan di luar ruangan, tradisi ini disebut nodate

Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.

Selain melayani dan menerima teh, salah satu tujuan utama upacara ini adalah agar para tamu bisa menikmati keramahtamahan tuan rumah (teishu) dalam suasana yang lebih tenang dan berbeda dari laju kehidupan sehari-hari yang sibuk, membawa nilai kemurnian (sei) dan ketenangan (jaku).

Artikel terkait: Mengenal Konsep Ikigai, Filosofi Hidup Bahagia ala Orang Jepang

Sejarah dan Asal-Usul

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengutip dari situs yuktravel, minuman teh mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9 oleh seorang biksu Budha dari Cina. Dari situlah, teh mulai dikenal oleh warga Jepang dan mulai menjadi kebudayaan Jepang.

Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan. Seiring berjalannya waktu, teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. 

Kehidupan Lu Yu ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di Jepang ini. 

Pada abad ke 12, jenis baru teh yaitu matcha mulai diperkenalkan. Teh yang terbuat dari bubuk teh hijau ini pertama kali digunakan dalam ritual keagamaan di biara Budha.

Kala itu, samurai-samurai mulai meminum teh ini dan dasar-dasar upacara minum teh mulai dibuat. Pada abad ke 16, tradisi minum teh ini telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di Jepang dan telah menjadi tradisi sampai sekarang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cara Melakukan Chanoyu, Budaya Minum Teh di Jepang

Melansir dari blog Cakap, tradisi budaya minum teh ini lebih dipraktikkan sebagai hobi. Ada pula tempat-tempat khusus di Jepang dimana wisatawan dapat mendapat merasakan ritual minum teh juga.

Upacara minum teh sendiri memiliki berbagai tingkat formalitas dan keaslian yang ditawarkan oleh banyak organisasi di Jepang, termasuk di sejumlah taman tradisional, pusat budaya, dan hotel. Kyoto dan Uji termasuk tujuan terbaik di negeri Sakura untuk menikmati budaya tehnya.

Butuh waktu yang lama untuk mempelajari Chanoyu sehingga tidak sembarang orang bisa menjadi seorang Chanoyu. Hanya orang-orang yang sudah mendapatkan pengakuan dari Chado Master atau Tea Master yang bisa mengadakan Chonyu.

Bagi tamu yang diundang pun harus mempelajari tata krama, kebiasaan, etika minum teh, dan menikmati makanan kecil yang disediakan. Berikut poin-poin dasar cara tata pelaksanaan chanoyu yang bisa Anda pelajari:

Artikel terkait: 12 Pakaian Adat Jepang, Tiap Jenis Memiliki Fungsi yang Berbeda

1. Aturan Berbusana

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hindari mengenakan pakaian dan aroma mencolok yang mengalihkan perhatian dari pengalaman minum teh Anda. Pakailah pakaian sederhana, lepaskan perhiasan yang dapat merusak peralatan teh dan hindari menggunakan parfum dengan wangi yang kuat. Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan menandakan bahwa antara tuan rumah dengan tamu sama derajatnya.

2. Taman

Tempat ritual minum deh umumnya dikelilingi oleh taman, walaupun banyak juga tempat modern yang tidak memiliki taman. Taman sengaja dibuat tenang dan sederhana untuk mendapatkan unsur harmoni di alam. Bunga dengan warna atau aroma mencolok juga dihindari.

3. Ruang Teh (Chaishitsu)

Upacara ini secara tradisional bisa dilakukan dalam ruangan tatami. Pintu masuk untuk tamu kadang dibuat rendah yang disebut nijiriguchi sehingga tamu yang ingin masuk harus membungkuk, melambangkan kerendahan hati.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah membungkuk, kepala tamu akan memasuki ruangan dan mengambil kursi yang paling dekat dengan alcove (tokonoma), diikuti oleh tamu lainnya. Para tamu idealnya duduk dalam posisi seiza (duduk tegak dengan kaki berlutut dilipat ke belakang) di lantai tatami.

4. Menyiapkan Teh dalam Budaya Minum Teh di Jepang

Tuan rumah atau seorang ahli chadō biasanya akan menyiapkan teh di depan para tamu. Peralatan utama yang ada termasuk pengocok teh (chasen), wadah untuk teh hijau bubuk (natsume), sendok teh (chashaku), mangkuk teh, wadah atau piring kue manis, dan ketel & anglo.

Biasanya tamu laki-laki akan diberi cangkir yang simpel sementara yang wanita diberi cangkir bunga. Peralatan teh yang digunakan juga selaras satu sama lain dengan tema dan warna yang kurang lebih sama untuk menekankan nilai keharmonisan.

5. Cara Menikmati Hidangan Teh

Kue manis Jepang umumnya disajikan sebelum teh dan seharusnya dimakan sebelum teh diminum. Mangkuk teh akan diletakkan di atas tikar tatami di depan Anda dengan bagian depannya yang memiliki motif menghadap ke Anda.

Pertama, angkat cangkir dengan tangan kanan dan letakkan di telapak tangan kiri. Kemudian dengan tangan kanan, putar searah jarum jam sekitar 90 derajat sehingga bagian depannya tidak lagi menghadap ke arah Anda.

Baru kemudian minum teh dalam beberapa tegukan. Ketika teh hampir habis, buat suara seperti sedang menyeruput sebagai tanda bahwa Anda benar-benar menikmati teh yang disajikan. Setelah habis, letakkan kembali cangkir ke tatami. Jangan lupa untuk membungkuk dan mengucapkan terima kasih setelah menerima hidangan teh.

Menjelang akhir ritual, akan ada waktu untuk menghargai mangkuk teh dengan cara mengangkatnya. Setelah selesai, putar mangkuk hingga bagian depannya menghadap tuan rumah.

Artikel terkait: Tips Cantik ala Jepang, 9 Metode Perawatan Kecantikan yang Bisa Ditiru

Filosofi Budaya Minum Teh di Jepang

Masih berdasarkan situs yuktravel, upacara minum teh di Jepang banyak mengandung makna kehidupan. Setiap prosesi yang ada dalam upacara minum teh di Jepang mengandung setiap makna. Prosesi saling memberi hormat antara tamu dan penerima tamu bermakna saling menghormati dan setiap orang harus menghormati tamu. 

Pemberian kue manis atau okashi yang harus dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan dari tuan rumah untuk menyambut tamu. Tamu yang mendapat kue okashi harus menghabiskannya sebagai rasa syukur sekaligus wujud menghormati tuan rumah.

Pada saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan sangat hati hati dan penuh kesabaran, tidak boleh tergesa-gesa. Hal ini bermakna seseorang harus melakukan sesuatu secara hati hati dan sabar. 

Meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan dengan sangat hati-hati karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh menghadap ke arah tamu.

Karena itu adalah sisi yang paling baik, maka tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Peminum teh harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati.

“Bahwa upacara minum teh itu sakral sifatnya. Sekaligus menggambarkan bahwa “yang penting bukan ketika teh dihirup melainkan bagaimana proses membuatnya”.

Dalam proses pembuatan teh lalu menghidangkannya dengan aturan yang gemulai alami membuat kita teringat “diri”, alam, perjalanan hidup, darimana kita datang, dan ke arah mana kita pergi. Harmoni, keseimbangan adalah “jalan hidup” yang setiap kali harus dirawat, ditata, serta dilatih dalam proses yang lembut, halus, dan tak terburu buru.

Nah, Parents, demikian penjelasan mengenai tradisi budaya minum teh di Jepang yang masih dijaga kelestariannya hingga sekarang. Tertarik untuk mencoba?

Baca juga:

id.theasianparent.com/aturan-bermain-anak-jepang

Mengenal Hikikomori, Budaya Isolasi Diri Ekstrim Generasi Muda Jepang

id.theasianparent.com/mama-tomo