Aneka cara bisa dilakukan untuk merangsang terjalinnya bonding dengan anak, salah satunya melalui membaca. Dapat dilakukan sejak usia dini, kebiasaan membacakan cerita untuk anak sebelum tidur membawa segudang manfaat.
Mengutip laman Raising Children Australia, berikut segelintir keuntungan membaca cerita untuk anak:
- Mendorong anak mempelajari suara, kata, dan bahasa. Membaca mampu mengembangkan skill literasi anak sejak dini.
- Belajar mencintai aktivitas membaca
- Mengajarkan anak berimajinasi dan menstimulasi rasa ingin tahu.
- Mendorong kemampuan kognitif anak, keterampilan untuk konsentrasi, kemampuan sosial dan berkomunikasi.
- Membedakan realita dan imajinasi
- Sebagai media anak belajar tentang dunia dan kebudayaan.
Meningkatkan Bonding dengan Anak Melalui Buku
Ragam manfaat tersebut diamini oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Vera Itabiliana Hadiwidjojo. Dalam webinar virtual bertajuk ‘Lewat Membaca Tenangkan Ibu dan Anak Saat Pandemi’ yang dihelat Mama’s Choice Kamis (22/7) kemarin, Mbak Vera menjelaskan bahwa kegiatan membaca erat kaitannya dengan upaya menjalin bonding sejak dini.
“Dari segi aktivitas membacanya, ini bisa menjadi cikal bakal bagi anak belajar pengucapan alias literacy skill-nya. Penelitian juga menunjukkan bahwa membaca buku, apapun itu lebih ampuh menurunkan stres dibandingkan jalan pagi atau main game. Jadi, efektif untuk meredakan stres cukup dengan membacakan cerita,” ujar Vera.
Lebih rinci, Vera tak menampik era pandemi seperti saat ini sebenarnya merupakan kesempatan emas bagi orangtua. Sibuk dengan pekerjaan, banyaknya waktu di rumah bisa ‘dibayar’ sekarang mengingat aktivitas banyak dilakukan di rumah saja.
Artikel terkait: Penelitian: Anak Jadi Rajin Membaca Saat Lockdown, Apa Manfaatnya?
Adapun Vera menjelaskan 2 aspek yang sebaiknya ada ketika orangtua ingin mengikat bonding lebih dekat, antara lain:
- Aktivitas yang dilakukan bersama. Dalam artian, sebuah aktivitas haruslah menyenangkan untuk dilakukan bersama anak. Kegiatan apapun itu rutin dan konsisten sehingga anak merasakan kehadiran orangtua. Dengan rutinitas, anak merasa lebih secure karena telah bisa memperkirakan apa yang terjadi selanjutnya. Usahakan ibu harus rileks dan hatinya tenang saat akan melakukan kegiatan bersama.
- Sentuhan fisik. Setelah mengetahui kegiatan yang akan dilakukan, sentuhan fisik diperlukan untuk menciptakan kedekatan emosional. Hal ini turut merangsang hormon oksitosin dalam diri ibu dan anak.
“Hormon ini erat sekali kaitannya dengan kebahagiaan. Jika hormon ini meningkat, kita akan merasakan kehangatan dan semakin dekat dengan anak,” jelas Vera. Erat dengan membaca, bonding dibangun dari sini sebagai bentuk investasi orangtua.
“Ibarat kata tuh menyicil ya, nyicil kedekatan sampai nanti anak nih dewasa. Sehingga nanti ketika anak sudah punya dunia sendiri, sudah ada teman, karena udah ada cantolan dengan orangtua dia akan kembali lagi. Kalau ini baru dilakukan pas anak udah jelang remaja, agak susah,” sambung Vera.
Dalam sesi diskusi tersebut, Vera menceritakan pengalaman uniknya kala anak-anaknya saat kecil dulu. Berbeda dengan orangtua masa kini, dulu Mbak Vera memilih pameran buku untuk menghabiskan momen dengan buah hatinya.
“Waktu itu usianya masih 7 bulan itu, anakku udah kubawa ke pameran buku. Sampai sana, aku jejerin 2 buku untuk dia pilih dan masih ingat sampai sekarang,” ujarnya.
Karenanya, Vera pun menyarankan bahwa aktivitas ini bisa dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Mulailah dengan kebiasaan ibu dan Ayah membaca. Selanjutnya, kebiasaan ini bisa diteruskan ketika anak sudah lahir. Anak akan merindukan bau tubuh orangtua, juga suara ketika orangtua membacakan cerita.
Artikel terkait: 8 Aktivitas Ayah dan Anak, Bikin Makin Kompak dan Dekat!
Memupuk Bonding = Merajut Kebahagiaan
Tentunya, momen akan dirindukan jika orangtua melakukan segala sesuatunya dalam situasi hati tenang dan bahagia. Dalam kesempatan sama, Vera tak menampik bahwa pandemi seperti sekarang ini menimbulkan kekhawatiran dan sulit membuat setiap orang bahagia setiap saat.
“Jadi, orangtua di masa normal saja sudah penuh rasa khawatir, apalagi ditambah pandemi. Menurutku, di masa sekarang kesehatan mental itu penting ibarat berdiri di pinggir jurang. Kalau ibu gak pandai mengatur emosi yang ada malah stres,” lanjut Vera.
Lanjut Vera, penelitian menunjukkan bahwa peran ibu sangatlah penting dalam melindungi anak melewati masa sulit. Satgas COVID-19 bekerjasama dengan Ikatan Psikologi Klinis meneliti adanya dampak pembelajaran jarak jauh pada November 2020. Hasilnya, pendampingan sosok ibu dan cinta tanpa syarat akan membuat anak bisa tumbuh kuat dan optimal.
Kuncinya jelas: hasil ini akan tercapai ketika ibu bahagia. Ibu yang bahagia akan membesarkan anak yang bahagia pula. Menurut Vera, bahagia adalah ketika orangtua mampu menerima situasi dan kondisi yang ada, serta menikmatinya.
“Penerimaan menjadi kunci bisakah kita bahagia? Kalau kita sebagai ibu sudah menerima dengan ikhlas, fokus dengan apa yang bisa dilakukan pasti kebahagiaan akan terwujud. Termasuk melakukan aktivitas agar anak selalu sehat mentalnya dan bahagia.
Ingat, anak itu masih bergantung kepada orangtua, termasuk dalam hal menjaga kesehatan mental”, tegas Vera.
Untuk menumbuhkan anak bahagia, kerjasama pasangan tentu dibutuhkan dalam prosesnya. Selain ibu, tak ada salahnya Ayah juga mulai membiasakan diri menjalin bonding dengan anak.
“Kalau Ayah nih tricky melibatkan diri, coba sering-sering deh diajak ikut talkshow atau seminar. Apa sih pentingnya mengikat bonding dengan anak itu? Biasanya, Ayah enggan terlibat karena apa? Karena takut anaknya malah gak enjoy dan endingnya mau sama ibunya aja.
Solusinya: baca ceritanya berdua. Misalnya ibu membaca buku, Ayah bagian meniru suara superhero atau binatang. Dijamin anak senang deh”, pungkas Vera.
Parents, sejauh mana Anda menjalin bonding dengan anak? Sudahkah anak menjadi pribadi bahagia?
Baca juga:
9 Manfaat Membaca untuk Anak, Melatih Konsentrasi hingga Menyelesaikan Masalah
11 Kiat Mendongeng yang Asyik dan Menyenangkan, Bisa Parents Coba di Rumah!
Ayah, Ini 7 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Melatih Kedisiplinan Anak Tanpa Kekerasan