Viral Bocah 10 Tahun di Madura Menikah, Sudah Menjadi Tradisi?

Masih berusia 10 tahun, sepasang bocah di Madura menikah layaknya orang dewasa. Bahkan, bocah itu lulus SD pun belum.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Netizen belum lama dihebohkan dengan prosesi pernikahan di Sampang, Madura, Jawa Timur. Bagaimana tidak, pengantin berusia sangat belia alias masih bocah! Cerita bocah di Madura menikah ini menuai banyak reaksi.

Viral Bocah di Madura Menikah

Lewat unggahan Tiktok @karehestohh, terlihat seorang bocah perempuan berhijab berdiri sambil tersipu malu. Di sebelahnya, berdiri seorang bocah lelaki mengenakan sarung hitam. Keduanya sibuk menjamu tamu,

Tidak disebutkan namanya, mereka ada di teras rumah. Keduanya membawa karangan uang yang rupanya adalah mahar pernikahan.

“Daripada melakukan yg anih2 lebih baek nikah,” demikian keterangan video tersebut. Dalam video berdurasi sekitar 20 detik itu, beberapa tamu undangan yang hadir memberikan amplop putih tebal layaknya pernikahan orang dewasa.

Diperkirakan, kedua mempelai bahkan belum lulus Sekolah Dasar. Video ini pun menuai kontroversi, tak seharusnya pernikahan tersebut berlangsung.

Pemilik akun membenarkan anak laki-laki tersebut masih berusia 10 tahun, sedangkan anak perempuan yang dinikahkan dengannya diperkirakan berusia sama.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber juga menyebutkan bahwa kemungkinan pengantin yang masih sangat muda tersebut akan tinggal bersama orangtua mereka.

Setelah menelusuri kolom komentar akun yang sama, ternyata pasangan di video tersebut sedang menggelar acara pertunangan.

Kendati begitu, tetap saja usia bocah menjadi sorotan. Banyak pihak mempertanyakan keputusan orang tua menjodohkan dua anak di usia masih sangat muda.

Artikel Terkait: Pernikahan Dini di Lombok, Remaja SMP Dinikahkan Hanya karena Telat Pulang

Menikah Muda Sudah Jadi Tradisi di Madura

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anda bisa jadi geram dengan adanya berita bocah di Madura menikah sangat muda. Mirisnya, kawin anak nyatanya sudah menjadi hal yang lumrah di Pulau Garam.

Melansir laman The Conversation, Madura adalah wilayah dengan tingkat kawin anak tinggi di Jawa Timur. Di Sampang terdapat 17,47% kasus kawin anak, Pamekasan 19,39%, dan Sumenep 41,72%. Dari 9.000 pernikahan per tahun di Sumenep, lebih dari 60% adalah praktik kawin anak.

Kendati buruk, tradisi ini terpaksa diikuti oleh anak perempuan di sana. Orang tua akan menanggung malu jika anaknya menolak perkawinan yang sudah direncanakan. Tradisi ini sulit diubah dengan pakem orang tua merasa malu kalau anak perempuannya sudah praban (gadis) tapi belum mendapatkan jodoh.

Anak perempuan di Madura terpaksa menerima pernikahan anak dengan berbagai alasan. Namun, salah satu motif utama orang tua menikahkan anak-anak adalah ngala’ tumpangan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Yaitu tradisi mengambil kembali sumbangan (dalam bentuk uang dan kebutuhan pokok seperti beras) yang sudah diberikan kepada saudara dan tetangga yang lebih dulu menggelar pesta pernikahan. Sebagai informasi, uang sumbangan yang didapat dari satu pesta nikah bisa berkisar Rp 100-200 juta. Tamu undangan yang datang bisa menyumbang mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di Madura.

  • Pertama adalah faktor ekonomi. Orang tua menganggap jika anak perempuannya sudah dinikahkan, maka akan mengurangi beban keluarga dan menantu dapat menopang beban hidup keluarga.
  • Kedua, faktor keturunan. Untuk menjaga hubungan persaudaraan dan kekeluargaan, timbullah perjodohan tanpa mempertimbangkan keinginan anak.
  • Ketiga, faktor sosial dan adat istiadat. Mengingat menikah muda ini sudah dilakukan secara turun temurun, tradisi ini berlanjut lintas generasi sehingga ada beban moral jika tidak melakukan hal serupa.
  • Terakhir adalah faktor agama. Dengan menikahkan anak di usia muda, orang tua melihat inilah cara untuk mencegah anak terjerumus dalam hal yang dilarang agama. Sebut saja seks bebas atau bahkan hamil di luar nikah.

Hal lain yang membuat praktik ini masih marak dilakukan oleh masyarakat di Madura adalah faktor pendidikan. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bangkalan, Abdul Wadud mengatakan kebanyakan tradisi nikah muda dilakukan masyarakat pedesaan di Madura. 

“Tradisi ini terus tejadi karena faktor pendidikan yang minim. Tapi kalau orangtuanya pendidikannya minimal SMA itu kebanyakan sadar terhadap pendidikan anak sehingga tidak mudah menikahkan anaknya,” ujar Abdul.

Baca juga: 

Viral Pernikahan Bocah 15 Tahun, Ini Sederet Risiko Pernikahan Dini

6 Pertanyaan Seputar Pernikahan Dini, Ini Jawaban Psikolog Aully Grashinta!

Berhasil Hindari Pernikahan Dini, Sanita Kini Perjuangkan Hak Perempuan Muda di Indonesia

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

 

 

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan