Hingga kini, biografi Soekarno ibarat angin segar yang menarik untuk dikulik mengingat jasanya melepaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah.
Berbicara mengenai kemerdekaan Indonesia tentu tak bisa lepas dari sosok paling berpengaruh di Indonesia yaitu Dr. Ir. H. Soekarno atau dikenal dengan Bung Karno.
Belum lama ini, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Indonesia menegaskan bahwa Soekarno telah bebas dari segala bentuk tuduhan atas keterlibatannya dalam Gerakan 30 September atau G30S.
Keputusan MPR Nomor XXXIIII/MPRS/1967 yang mencopot Soekarno dari kekuasaan dan mengaitkannya dengan G30S sudah kedaluwarsa an tidak lagi memiliki kekuatan hukum.
Menjadi salah satu presiden yang paling disegani, berikut kami rangkum perjalanan hidupnya.
Artikel Terkait: 11 Potret Cucu Presiden Indonesia yang Curi Perhatian, Soekarno hingga Jokowi
Biografi Soekarno
Lahir di Surabaya tepat saat matahari terbit, Bung Karno memiliki nama asli Koesno Sosrodihardjo.
Tumbuh dalam keluarga yang amat sederhana, orangtua mengganti namanya menjadi Soekarno karena kerap sakit-sakitan.
Soekarno kecil menghabiskan hidup bersama orangtuanya di Blitar.
Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan seorang guru di Jawa, tepatnya di Surabaya.
Sedangkan Ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Buleleng, Bali.
Sejak SD, beliau tinggal di Surabaya dengan indekos di kediaman Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan sekaligus pendiri Syarikat Islam.
HOS Cokroaminoto sendiri merupakan sahabat dari ayah Soekarno. Dari sinilah Soekarno mengenal sepak terjang politik dan menggembleng jiwa nasionalismenya.
Lulus SD, Bung Karno membuktikan kecerdasannya dengan melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School) yang mana ia menjadi satu-satunya kaum pribumi yang bisa bersekolah di sana.
Tamat pendidikan pada 1920, Soekarno pindah ke Bandung dan kembali mengenyam pendidikan di THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Dia berhasil meraih gelar “Ir” pada usia 25 tahun.
Nasionalisme membara mendorong Soekarno untuk merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927 dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Hal ini sontak membuat kolonial kalang kabut. Soekarno ditangkap dan dijebloskan ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Artikel terkait: 5 Fakta Husein Mutahar, Pencipta Lagu 17 Agustus yang Jarang Diketahui
Bukannya gentar, Soekarno justru mengajukan pembelaan bertajuk Indonesia Menggugat.
Gugatan tersebut berisi pledoi mengenai kondisi politik internasional dan penderitaan masyarakat Indonesia di bawah kekuasaan penjajah.
Bersama tiga rekan seperjuangannya yakni Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.
Pidato ini kemudian menjadi dokumen politik terpenting dalam menentang kolonialisme dan imperialisme.
Pembelaan ini berujung pada pembubaran PNI pada Juli 1930. Setelah bebas pada 1931, Soekarno bergabung sekaligus menjadi pemimpin dalam Partindo dan menyusun risalah Mencapai Indonesia Merdeka.
Dia pun kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores pada 1933. Empat tahun kemudian, beliau dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno akhirnya bebas di masa penjajahan Jepang pada 1942.
Kekalahan telak Jepang oleh sekutu kala itu mengakibatkan kekosongan kekuasaan di Indonesia. Momentum ini dimanfaatkan Bung Karno sebagai peluang emas untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Beliau merumuskan pancasila, Undang-Undang Dasar, dan naskah proklamasi. Bersama Bung Hatta, Soekarno diculik oleh pemuda PETA (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) dan didesak untuk segera mendeklarasikan Indonesia Merdeka.
Baca juga : 9 Fakta Inggit Garnasih, Istri Soekarno yang Tak Mau Dimadu
Pada 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pun memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Tak banyak yang tahu, bahwa dalam proses ini beliau tengah sakit malaria dan terbaring lemah di kediamannya.
Namun, perjuangan ini berbuah manis. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Tak lama setelahnya, Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya.
Pada 22 Februari 1967, Bung Karno resmi turun tahta dan digantikan oleh Soeharto.
Wafat pada 21 Juni 1970
Saat itu, kesehatan Bung Karno terus memburuk akibat penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Pada Minggu, 21 Juni 1970 Bung Karno mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, DKI Jakarta.
Beliau disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta lalu dikebumikan di Blitar tepat di dekat makam ibundanya.
Untuk mengenang jasanya, pemerintah menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Proklamasi.
Di luar sosoknya sebagai Bapak Bangsa, tidak banyak orang yang tahu bahwa Bung Karno pernah menikah sembilan kali.
Kharisma luar biasa dan tutur kata penuh wibawa membuat banyak perempuan terkesima dan bersedia menjadi istri beliau.
Artikel terkait: Bangkitkan Nasionalisme, Ini 9 Fakta Sejarah Bendera Merah Putih yang Perlu Anak Ketahui
Dalam satu kesempatan, Bung Karno pernah mengakui ketertarikannya akan perempuan sopan dan sederhana lebih menarik dan ia sukai.
Menurutnya, kecantikan seorang perempuan terlihat dari penampilan natural, tutur bahasa, sikap, serta kesederhanaan yang terpancar.
Fatmawati, Hartini, dan Ratna Sari Dewi menjadi sosok perempuan yang pernah mengisi hidup Bung Karno.
Dari mereka Bung Karno dikaruniai 8 orang anak yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.
Sosok Bung Karno di Mata Dunia
Semasa hidup, Bung Karno dikenal dengan keahlian berpidato yang mampu membakar jiwa pejuang generasi muda.
Tak hanya oleh rekan seperjuangan, kemampuannya sebagai orator ulung bahkan diakui di ranah global.
Berkat kecerdikannya, Bung Karno sukses berdiplomasi dan menjalin hubungan baik dengan pemimpin dunia.
Tentunya, hal ini disertai dengan keuntungan bagi Indonesia.
Salah satu yang paling disorot ketika beliau berhasil mendapatkan bantuan militer Uni Soviet mencapai 2,5 miliar dolar, jumlah yang cukup fantastis kala itu.
Kecerdasannya turut dibuktikan dengan kepemilikan kapal perang tercepat buatan Uni Soviet yang menjadi unit terbesar pada masa itu.
Kemampuan Bung Karno berbahasa asing juga menjadi bukti kehebatan Bung Karno lainnya di ranah global.
Ya, beliau sangat fasih dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Arab, Cina dan bahasa Latin.
Tak heran, beliau sangat disegani bahkan oleh negara adidaya Amerika Serikat.
Tak hanya itu, Bung Karno mengantongi banyak penghargaan salah satunya gelar Doktor Honoris Causa yang didapatnya dari 26 universitas dalam dan luar negeri.
Beliau juga mendapatkan penghargaan berupa bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions.
Penghargaan ini diberikan Thabo Mbeki, Presiden Afrika Selatan karena mampu mengembangkan solidaritas secara internasional demi bisa melawan penindasan negara maju.
Wafatnya Putra Fajar tak membuatnya lantas dilupakan. Beberapa negara diketahui mengabadikan namanya untuk fasilitas publik.
Sebut saja Mesir, Maroko, Pakistan yang menyematkan nama Bung Karno sebagai nama jalan. Belum lagi Masjid Soekarno di Rusia, serta pohon Soekarno di Arab Saudi. Tak ketinggalan, patung lilin Bung Karno juga dipajang di Museum Madame Tussaud, Thailand.
Artikel Terkait: 7 Tokoh Pahlawan Revolusi Korban G30S Beserta Kisah Perjuangannya
Itu dia Parents, biografi Soekarno sebagai tokoh tersohor di Indonesia yang mana bisa menjadi pembelajaran atas kegigihan, semangat, dan kecerdasannya membangun Indonesia. Tertarik mengenalkan sosok hebat ini pada si kecil?
***
Baca juga:
9 Fakta tentang Inggit Garnasih, Istri Soekarno yang Tak Mau Dimadu
8 Objek Wisata yang Merekam Napak Tilas Soekarno, dari Blitar ke Ende
12 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, Yuk Kenalkan pada Anak!