Hubungan pernikahan merupakan relasi yang cukup rumit dan kerap dibumbui banyak konflik. Salah satu kunci yang perlu terus dijaga tentu saja terkait dengan komunikasi. Termasuk jujur bicara seks dengan pasangan.
Faktanya, sampai saat ini masih banyak pasangan suami istri yang belum berani blak-blakan membicarakan seks. Mengungkapkan apa yang diinginkan dan diharapkan pada pasangannya.
Bagi sebagian orang, membicarakan mengenai hubungan seksual merupakan hal tabu. Hal ini memang tidak terlepas dari budaya atau minimnya pendidikan seks yang diberikan orangtua pada anaknya. Ujung-ujungnya, banyak yang ragu dan menganggap jika membicarakan hal yang terkait seks sangat sensitif sehingga lebih baik dihindari.
Padahal kondisi ini justru bisa memicu konflik di rumah tangga. Bahkan, bukan tidak mungkin menjadi cikal bakal terjadi perselingkuhan.
Belum lama ini di sesi Instagram Live @theasianparent_id, dr. Santi Yuliani Sp.KJ mengungkapkan pentingnya kejujuran bicara soal seks dengan pasangan.
Bicara Seks dengan Pasangan Bukan Hal yang Tabu
Di awal pembicaraan, dr. Santi membenarkan jika masih banyak pasangan suami istri enggan untuk bicara mengenai kebutuhan seksual. Alasannya karena merasa tidak enak dan sungkan.
“Bukan masalah jujur saja, tapi juga kalau bahasa Jawanya mungkin sungkan, ya. Takut nanti kalau misalnya terbuka banget, kesannya akan jadi gimana gitu… sehingga akhirnya pasangan suami istri malah memilih menahan diri untuk tidak membahas soal seks,” paparnya.
Padahal, rasa tidak nyaman yang dirasakan saat berhubungan seks, atau mengungkapkan apa diinginkan dan diharapkan dari hubungan seks justru penting disampaikan kepada pasangan. Bukankah pada dasarnya hubungan seksual memang tidak dilakukan sendiri melainkan oleh kedua belah pihak? Artinya, kebutuhan dan keinginan dua belah pihak perlu dipenuhi.
“Dengan bicara tentang seks, diharapkan bisa mendapatkan kenyamanan dari kedua belah pihak. Kita bisa diskusikan, misalnya dari awal menikah, atau di tengah-tengah pernikahan tentang bagaimana hubungan seks yang nyaman seperti apa. Nanti akan membuat rasa nyaman untuk kedua belah pihak,” jelas dr. Santi.
dr. Santi melanjutkan, berbicara seks jangan dianggap suatu hal yang tabu atau malah porno. Oleh karena itulah dr. Santi menegaskan kalau bicara tentang seks antar pasangan wajib hukumnya sebelum membicarakannya dengan orang lain.
“Bagaimanapun membahas tentang urusan seksual ini tidak disarankan dengan orang lain, kecuali dengan tenaga profesional,” ungkap dokter yang berpraktik di Magelang itu.
dr Santi juga menjelaskan bahwa kebanyakan pasangan tak mau berdiskusi lantaran tak mau dianggap tidak menerima pasangan apa adanya. “Dari dulu kita didoktrin untuk terima pasangan apa adanya. Tapi sebenarnya berbeda, menerima apa adanya itu jika ada kaitannya dengan misalnya sifat pribadi. Tapi untuk hubungan seks yang dilakukan berdua ini sebaiknya didiskusikan. Perspektif yang berbeda juga sebenarnya bisa dibicarakan.”
Seks Sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi dalam Rumah Tangga
dr. Santi berkata bahwa banyak orang yang salah mengerti bahwa seksualitas selalu dikaitkan dengan penetrasi. Faktanya, seks sendiri memiliki makna yang sangat luas.
“Jangan memandang kalau seks itu sekadar penetrasi, hanya terkait dengan hubungan seksual. Tidak juga, karena ngomongin masalah seks ini bisa juga berarti soal sentuhan, pelukan, bagainana metode berkomunikasi yang nyaman, karena hal ini juga bisa menimbulkan kepuasan secara seksual,” ungkapnya.
Ia memberikan contoh banyak lansia yang secara performansi seksual sudah tidak mampu untuk ereksi bagi pria atau terlubrikasi untuk perempuan, tetapi secara seksual bahagia karena dapat berpelukan, bersentuhan, serta berkomunikasi dengan nyaman.
Dokter yang sering berbagi banyak hal seputar kesehatan di Instagram pribadinya @santi_psychiatrist itu mengatakan memang pada dasarnya ada perbedaan mendasar bagaimana seorang lelaki dan perempuan memandang seks. Meski bergitu, bicara soal seks bukan berarti hanya terbatas pada bagaimana melakukannya, posisi apa yang digunakan, tetapi lebih kepada apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh kedua belah pihak.
“Ada beberapa klien saya yang lebih menikmati proses foreplay dibandingkan intercourse atau penetrasi. Nah, jadi ini didiskusikan, pengennya suami foreplay cepat-cepat, lalu penetrasi. Sedangkan istri lebih menyukai bermain-main terlebih dahulu di area foreplay. Inilah mengapa penting pasangan suami istri mengomunikasikannya agar merasa nyaman,” dr. Santi memberikan contoh.
Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini
Sulitnya untuk bisa terbuka membicarakan hal terkait seks memang bisa dipicu kurangnya pendikan seks. Di mana orangtua sendiri merasa malu untuk menyebutukan organ intim buah hatinya. Padahal, orang intim tak ubahnya dengan dengan organ tubuh lain seper hidung, mulut, tangan, kaki.
Maka, dr. Santi menyarankan agar istilah-istilah seksual, misalnya alat kelamin disampaikan dengan bahasa yang memang seharusnya seperti penis atau vagina.
“Sangat penting anak-anak paham pada jenis kelamin dan alat kelamin. Idealnya tak usah malu, karena alat kelamin juga sama dengan organ tubuh lain, tak perlu diganti sebutannya,” ujarnya.
Jujur Bicara Seks, Pernikahan Lebih Bahagia
Setiap pasangan suami istri memang memiliki indikator kebahagiaan pernikahan yang berbeda-beda. Namun, pasangan suami istri yang yang mampu terbuka membicarakan soal hubungan seks, umumnya mereka lebih berbahagia dan lebih bisa menikmati momen bercinta. Dengan demikian, pernikahan pun akan lebih langgeng dan konflik yang akan dihadapi cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan pasangan yang memiliki hambatan dalam berkomunikasi.
Lebih lanjut, dr. Santi mengingatkan bahwa metode berkomunikasi yang sebaik-baiknya adalah berbicara.
“Jadi jika ingin mengomunikasikan apapun, tak hanya tentang seks saja, sebaiknya dibicarakan secara verbal bukan kode-kode yang menimbulkan salah satu pihak menjadi salah paham,” tutupnya.
Jujur bicara seks ini tentu saja berkaitan dengan banyak hal, tak sekadar soal rasa nyaman posisi seks yang akan dipilih, namun juga termasuk waktu yang diingankan. Tidak bisa dipungkiri, pada saat merasa lelah maka gairah seks akan menurun. Jika hal ini terjadi, tak perlu ragu untuk mengungkapnya pada pasangan.
Jika pasangan lebih senang melakukan hubungan seks di pagi, sementara Anda lebih nyaman melakukannya di malam hari, perbedaan in tentu saja perlu didiskusikan sehingga bisa menemukan jalan tengah.
Itulah pentingnya bicara tentang seks dengan pasangan dalam pernikahan. Bagaimanapun, pasangan yang Parents pilih adalah yang akan menemani sepanjang hidup hingga akhir hayat nanti. Berbagai konflik dan masalah dapat dicegah dengan adanya komunikasi yang baik, termasuk urusan hubungan seksual.
Baca Juga:
Suami Istri Wajib Tahu! Ini Durasi Hubungan Seks yang Normal
5 Topik Seks Ini Perlu Dibicarakan, Bikin Pernikahan (Tambah) Sehat
Viral Murid TK Lakukan Pelecehan, Ini Panduan Memberikan Pengetahuan Seks Sesuai Usia Anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.