Dalam mengekspresikan cinta pada anak, kita seringkali lupa untuk memberikan cinta dengan logika.
Kita memang sayang sekali pada mereka, karena merekalah harta berharga yang tak ternilai harganya. Namun kita sering terlupa, hingga berlebih-lebihan dalam mengekspresikan cinta pada anak. Tanpa disadari, kita lupa memberikannya cinta yang baik.
2 Contoh sikap kita yang tidak memberikan cinta dengan logika:
- Terlalu mudah memberikan segala sesuatu, misalnya mainan atau gadget yang mahal tanpa mengajar anak untuk menabung ataupun memancing mereka untuk melakukan suatu prestasi terlebih dahulu. Hal ini seringkali terjadi bila kita merasa bersalah sering meninggalkan anak sendiri saat kita sibuk bekerja.
- Langsung menuruti semua keinginan anak begitu saja, tanpa membiasakan mereka untuk tidak selalu merengek meminta sesuatu.
Sebenarnya tak ada yang salah dalam memberikan apa yang mereka inginkan selama anak memang membutuhkannya, namun orangtua harus tetap mengedepankan cinta dengan logika.
Dalam dunia parenting, ada 2 gaya pengasuhan anak yang tidak menyertakan cinta dengan logika. Gaya pengasuhan apakah itu?
1. Helicopter parenting
Dalam hal ini, orangtua selalu mengawasi anak secara berlebihan. Bila anak mengalami kesulitan, orangtua selalu memberikan pertolongan, melindungi, dan mempermudah segalanya tanpa mendidik agar anak dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Helicopter parenting mengakibatkan anak tidak mandiri dan tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi hidup.
Contoh lainnya, saat anak-anak berkemah, orangtua berpola asuh helikopter begitu cemas, hingga berkali-kali menjenguk anak mereka untuk memastikan apakah anak baik-baik saja.
2. Gaya Sersan Pelatih
Dalam hal ini orangtua selalu memberikan instruksi, otoriter, penuh perintah dan teriakan.
Misalnya, “Ayo cepetan, minum susunya!”
Intinya gaya pengasuhan ini tidak membiasakan anak berpikir dan mengambil keputusan sendiri.
Kedua gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua atas nama cinta, namun bukanlah cinta dengan logika. Dampaknya anak sukses di usia dini, tapi bermasalah ketika remaja.
Intinya dalam mengekspresikan cinta pada anak, pikirkan bagaimana masa depan anak kelak.
Tak ada kata terlambat bagi orang tua untuk memberikan yang terbaik.
Parents, semoga tulisan di atas bermanfaat.
Baca juga:
Cara Mengasuh Anak, Disiplin atau Memanjakan?
Anak adalah harga berharga bagi setiap orang tua. Hal ini yang menyebabkan para orang tua terkadang berlebihan dalam memberikan atau mengekspresikan cintanya. Ada banyak sikap orang tua yang memanjakannya, sehingga tidak membuat si kecil belajar mandiri. Sikap seperti inilah yang tanpa disadari dilakukan oleh para orang tua kepada buah hatinya. Terkadang lupa memberikan cinta dengan logika, sehingga perlunya menyimak ulasan ini untuk mengerti cinta yang baik untuk si kecil.
Contoh SIkap Memberikan Cinta yang Tidak Baik
Orang tua sibuk bekerja, sehingga terkadang tidak memiliki banyak waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Tidak hanya itu, kurangnya waktu bersama si kecil membuat para orang tua merasa bersalah tidak menemani tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, terkadang terlalu mudah memberikan segala sesuatu yang diinginkan oleh buah hatinya.
Memberikan segala sesuatu kebutuhan si kecil memang benar adanya. Akan tetapi, lebih baik jika si kecil dipancing untuk mencapai suatu prestasi. Setelah itu, anda sebagai orang tua dapat memberikan hal hal yang diinginkannya. Cara ini dinilai efektif agar si kecil belajar untuk berusaha giat dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Orang tua pun tidak terbiasa memanjakannya.
Berkaitan dengan kesibukannya bekerja, terkadang orang tua langsung menuruti keinginan anak tanpa si kecil merengek kepadanya. Mewujudkan keinginan si kecil memang benar, tetapi langkah ini menjadikannya pribadi yang tidak sabaran dalam memperoleh sesuatu hal. Inilah sikap orang tua yang memberikan atau mengekspresikan cintanya dengan cara yang tidak baik.
Cara Pengasuhan yang Tidak Menyertakan Logika
Pengasuhan pertama yang tidak menyertakan logika adalah helicopter parenting. Cara ini dinilai tidak efektif karena orang tua mengawasi perkembangan si kecil dengan berlebihan. Segala kesulitan yang dihadapi si kecil, orang tua langsung memberikan pertolongan atau perlindungan yang dapat berdampak buruk. Dampak buruk yang dihasilkan adalah buah hati Anda tidak belajar mandiri. Hal ini dikarenakan anak Anda tidak diajari untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Cara pengasuhan kedua yang tidak menyertakan logika adalah gaya sersan pelatih. Cara ini berarti para orang tua terbiasa memberikan instruksi, otoriter, dan penuh perintah. Orang tua yang seperti ini secara tidak langsung menjadikan si kecil pribadi yang tidak berpikir dalam mengambil keputusan. Istilah lainnya terbiasa didikte yang berdampak pada masa depan si kecil.
Membiasakan si kecil hidup dengan mudah bukan salah satu sikap cinta dengan logika. Hal tersebut dapat membuat buah hati Anda mencapai kesuksesan di usia dini, tetapi tidak dapat menyelesaikan masalahnya di kemudian hari. Si kecil tidak pernah belajar untuk berpikir dalam bertindah ataupun mengambil keputusan. Inilah dampak buruk dari sikap kedua orang tuanya.
Memberikan atau mengekspresikan cinta kepada buah hati memang sangat perlu. Akan tetapi, para orang tua harus selektif dalam memilih sikap atau cara pengasuhan. Sikap dan cara tersebut bukanlah pilihan yang bijak, sehingga dapat dihindari oleh para calon orang tua lainnya. Sehingga kelak buah hati Anda dapat hidup mandiri dan menyelesaikan masalahnya sendri.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.