Kemarin, 14 Februari, di beberapa belahan dunia baru saja merayakan Hari Valentine. Bagaimana dengan Bunda sendiri? Apakah ikut merasakan euforia Hari Kasih Sayang ini? Meskipun bisa dibilang Hari Valentine bukan budaya di Indonesia, ikut bersuka cita dan belajar mencintai diri sendiri tidak salah, kok.
Meskipun saya sendiri tidak merayakannya, saya cukup senang melihat sebagian orang, termasuk teman-teman terdekat saya ada yang ikut merayakannya. Ada yang dibelikan seikat bunga, ada juga yang meluangkan waktu makan malam bersama pasangan. Ada juga teman yang membelikan hadiah untuk dirinya sendiri sebagai reward.
Terlepas dari berbagai pendapat, memperlihatkan kasih sayang dan merayakannya hari kasih sayang memang bisa dilakukan setiap saat. Apalagi jika mengingat pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang butuh dicintai, begitu pula sebaliknya, mencintai orang lain.
Dan yang tak kalah penting, sebagai individu kita pun perlu mencintai diri sendiri, bahkan sebelum mencintai orang lain. Bagaimana kita bisa mencintai orang lain kalau mencintai diri sendiri saja belum mampu?
Sayangnya, ketika sudah memasuki kehidupan rumah tangga, menyandang status istri dan ibu, mencintai diri sendiri kadang jadi terlupakan. Dianggap bukan prioritas karena keluarga paling utama.
Siapa yang pernah merasakan kondisi seperti ini?
Sebagai istri sekaligus ibu, saya pun pernah berada dalam posisi ini. Namun, saya pun mencoba mengingat kembali bahwa seorang ibu tak akan mampu ‘menularkan’ rasa bahagia pada keluarganya jika ia sendiri belum merasa bahagia.
Oleh karena itu, jangan pernah lupa untuk belajar mencintai diri sendiri.
Menikmati momen menjadi ibu, dimulai saat kita mengetahui bahwa ada janin yang tumbuh bersama di dalam rahim, hingga 9 bulan kemudian kita bisa mendekapnya dengan erat. Menyentuh jemarinya yang mungil serta mencium aroma khas bayi, menjadi momen yang tak terlupakan. Jika ada kata yang bisa melebihi perasaan bahagia, seorang ibu tentu akan memilih kata tersebut.
Hari berikutnya, sebagai orangtua, kita pun akan dibuat takjub melihat tumbuh kembang anak yang kian pesat. Saat ia memulai langkah pertama, memasuki hari pertama sekolah, wisuda, kemudian pada akhirnya memasuki fase melihat anak menikah memulai kehidupan barunya, dan suatu saat kita pun bisa melihat kelahiran cucu pertama.
Aah… lagi dan lagi…. berapa banyak rasa sayang dan cinta yang bisa kita curahkan untuk ini semua? Selamanya, dalam beberapa dekade rasa cinta itu tentu saja tidak akan pernah putus diberikan.
Ini memang tentang cinta. Cinta seorang ibu adalah perasaan yang datang dalam bentuk paling murni dan tanpa pamrih.
Sebagai orangtua, tentu kita tidak pernah berhenti mencintai anak-anak bahkan mungkin pada saat kita sedang merasa terluka. Seorang ibu akan terus memberikan cintanya, memperlihatkan bahwa ibu merupakan sosok kuat, berani dan bisa diandalkan.
Lambat laut, masyarakat telah menerima ini sebagai norma, bahwa seorang ibu akan selalu mencintai anak-anaknya di atas orang lain.
Itu benar. Memberikan cinta tanpa pamrih pada anak-anak memang menjadi naluri yang tak terbantahkan lagi. Sayangnya, hal ini terkadang membuat seorang ibu lupa akan dirinya sendiri. Lupa untuk merawat diri sendiri. Atau, bahkan Anda tak lagi punya waktu untuk makan dengan tenang, apalagi pergi ke salon sekadar potong rambut?
Jumlah rasa sayang dan cinta yang diberikan ibu dari hari ke hari memang tidak akan pernah habis. Meskipun begitu, tak perlu dipungkiri bahwa hal ini bisa sangat melelahkan secara fisik dan emosional.
Dan dengan semua kita lakukan untuk anak-anak yang didorong oleh cinta murni, di suatu titik membuat kita lupa untuk mencintai diri sendiri.
Salah? Mungkin saja.
Apakah Anda ingat dengan pengumuman keselamatan di dalam pesawat yang selalu diberikan sebelum pesawat lepas landas? Sebagai orangtua, kita akan diminta untuk memakai masker oksigen terlebih dahulu, kemudian anak-anak Anda? Hal ini tentu saja mengingatkan bahwa penting bagi orangtua atau ibu untuk bisa menjaga diri sendiri lebih dahulu untuk bisa menolong orang lain.
Mencintai diri sendiri tidak salah. Belajar mencintai diri sendiri juga tidak berarti kita adalah orangtua yang egois.
Mungkin saja, karena sibuk mencintai anak-anak dan suami, kita seorang ibu jadi lupa untuk belajar mencintai diri sendiri. Lupa melakukan pemeriksaan kesehatan, sering mengabaikan rasa sakit dan menganggap hal itu sepele.
Kita, sebagai ibu sering begitu sibuk sehingga lingkaran sosial kian menyempit. Mencoba mengingkari bahwa Anda sebenarnya sudah begitu merasa lelah dengan rutinitas yang dijalankan sepanjang waktu.
Kondisi ini tentu saja tidak sehat. Terlepas dari cinta yang Anda miliki untuk anak-anak dan keluarga Anda, kondisi seperti ini tanpa dasar akan memengaruhi Anda sendiri. Dimulai dengan mudahnya kehilangan kesabaran, lambat laun Anda ingin melarikan diri dari itu semua.
Dan suatu hari, mungkin saja Anda akan merasa kehabisan ‘oksigen’ hingga tidak bisa bernapas normal.
Bunda sayang…. jangan lupa untuk belajar mencintai diri sendiri.
Anda tidak perlu merasa bersalah meninggalkan anak-anak bersama pasangan, ibu Anda, atau pengasuh di rumah untuk bisa menghabiskan waktu satu dua jam untuk melakukan apa pun yang ingin dilakukan.
Jadwalkan waktu untuk melakukan pap smear, sekadar potong rambut, atau hanya melakukan pijat di area punggung? Jangan lupa untuk terhubung dengan teman-teman Anda lagi, sesekali pergi keluar bersama mereka tanpa anak-anak. Percayalah, hal ini sangat baik untuk kesehatan mental.
Saat Anda siap melakukannya, lakukanlah. Tak ada salahnya juga mulai menjalankan hobi yang selalu ingin dilakukan. Bergabunglah dengan program kebugaran, atau belajar memasak?
Sebelum Anda dapat sepenuhnya mencintai orang lain dan membuat mereka bahagia, Anda juga harus belajar mencintai diri sendiri karena seorang ibu berhak bahagia.
Saya pun selalu ingat dengan apa yang dikatakan para psikolog, ketika kita belajar mencintai diri sendiri, maka cinta yang anak dan keluarga justru akan bertambah lagi. Setidaknya dengan mencintai diri, saya bisa menghargai diri sendiri, menerima kondisi yang sudah terjadi dan memiliki pikiran yang positif untuk memulai hari.
Karena cukup paham kalau bahagia itu perlu diciptakan dan bersumber dari dalam diri sendiri, saya pun berusaha untuk tidak lupa bagaimana mencintai diri sendiri. Sudahkah kita melakukannya?
Baca juga:
id.theasianparent.com/surat-cinta-suami-kepada-istrinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.