Masyarakat nyaris tidak mengenal cerebral palsy
Anak cerebral palsy dapat tumbuh dan beraktivitas seperti anak normal.
Menurut Detik, cerebral palsy adalah suatu gangguan pada gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak yang terjadi sebelum kelahiran.
Seseorang atau anak yang terindikasi celebral palsy biasanya mengalami kelainan perkembangan otak, cacat intelektual, mempunyai masalah pada penglihatan dan pendengaran dan sering kejang.
Inilah sebabnya orangtua dari anak celebral palsy cenderung merasa malu dan ‘menyembunyikan’ anak dari khalayak.
Padahal, menurut pendiri dan koordinator rumah asuh dan rumah belajar Pediatric and Neurodevelopmental Therapy Centre (PNTC), Nawangsasi Takarini kepada Tempo, anak dengan celebral palsy memiliki kemampuan yang sama dengan anak normal, kecuali kemampuan berpikir.
Pentingnya penanganan sejak dini
Beberapa orang sering mengkaitkan celebral palsy sebagai sebuah ‘kutukan’, sehingga anak yang mengalami sindrom ini cenderung dibiarkan dan tidak mendapat penanganan sejak usia dini.
Tentu hal ini cukup ironis karena kita tidak akan bisa hadir selamanya untuk merawat anak-anak. Kehidupan anak celebral palsy di masa mendatang tentu akan sulit sepeninggal orangtua, karena mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
Oleh karena itu, Dr. Nawangsasi menyarankan agar para orangtua anak cerebral palsy segera mengikutsertakan anak mereka dalam berbagai jenis terapi sejak usia dini. Hal ini karena dengan menjalani terapi anak CP (cerebral palsy) masih memiliki peluang untuk menjalani hidup secara normal.
Beberapa terapi dasar untuk anak CP
Situs cerebralpalsyindonesia.com mencatat tiga jenis terapi dasar untuk anak CP, yang terdiri dari :
1. Terapi fisik
Ini adalah sebuah terapi yang bertujuan mengembangkan kemampuan anak CP mengkoordinasikan anggota tubuhnya, membangun kekuatan dan melatih kelenturan otot.
Terapi fisik meliputi olahraga, pemanasan, dan penggunaan peralatan yang dirancang khusus untuk meningkatkan gerak anak.
Dengan menjalani terapi fisik anak CP juga diharapkan dapat merespon berbagai situasi seperti panas, dingin, atau suara yang kencang.
2. Terapi wicara
Terapi wicara bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak CP untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Jika anak CP benar-benar tidak mampu berbicara, maka terapis akan melatih anak berkomunikasi melalui media lain, misalnya dengan gambar, komputer atau bahasa isyarat.
Berenang adalah bagian terapi hidro untuk mengurangi kekakuan otot anak CP.
3. Terapi okupasi
Pada sesi terapi okupasi, anak CP dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian.
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak CP kepada pengasuh/ orangtuanya dan meningkatkan kemandirian.
4. Terapi hidro/ air
Ini adalah sebuah terapi yang bertujuan untuk mengurangi kekakuan atau spastisitas yang biasa dialami anak dengan cerebral palsy.
Pada saat berada di dalam air, kekakuan otot akan berkurang karena sifat air yang mengalir membantu tubuh untuk bergerak tanpa mengeluarkan tenaga dalam jumlah besar maupun memaksa otot untuk bergerak.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.