Perang saudara Suriah telah merenggut ratusan ribu nyawa. Namun, dokter di Aleppo mampu menyelamatkan bayi Suriah, satu kehidupan baru di hari yang menewaskan 45 orang.
Britain’s Channel 4 News menayangkan “Anak Aleppo: Bayi lahir dalam serangan bom barel,” sebuah dokumentasi menakjubkan ketika dokter berhasil menghidupkan kembali bayi yang sudah tak bernyawa, setelah melakukan operasi darurat.
Ibu anak ini, yang diidentifikasi sebagai Mayissa, berjalan sendiri ke rumah sakit saat akan melahirkan. Namun di perjalanan ia terkena serangan bom yang menewaskan 45 orang sekaligus, dan puluhan orang terluka lainnya.
Dampak dari ledakan tersebut mengakibatkan lengan dan kaki kanannya patah, dan pecahan peluru bersarang di perutnya.
Video yang direkam oleh Waad al-Kateab ini menunjukkan para dokter yang sedih saat menarik bayi dari rahim ibunya dalam keadaan tak bernyawa.
Meski tidak ada detak jantung, dokter mencoba resusitasi dan membersihkan saluran pernapasannya. Proses ini dilakukan selama 20 menit.
Lalu ajaibnya, tali pusat sang bayi tiba-tiba terlihat berdenyut. Dokter lantas membalikkannya dan menggosok punggungnya dengan keras.
Dan bayi Suriah ini pun mulai menangis.
Baca juga:
Kisah Nyata: 7 Jam Setelah Lahir, Bayiku Meninggal Karena Thalassemia
Perang saudara di Suriah tak henti hentinya menggemparkan dunia. Setelah hampir 9 tahun pecahnya perang saudara di negeri tersebut, belum ada tanda tanda perdamaian dari para oknum oknum di dalamnya. Selain itu, terdapat beberapa pendukung yang melancarkan gencatan senjata dengan menggelontorkan dana dalam jumlah besar agar perang ini semakin besar. Perang ini memakan korban yang tidak sedikit, salah satunya bayi Suriah yang lahir dalam kondisi pengeboman.
Perang Saudara Suriah yang Tak Kunjung Surut
Suriah atau Syria adalah salah satu negara yang terletak di Timur Tengah. Suriah merupakan negara dengan populasi yang bereneka ragam. Hal ini yang menyebabkan berbagai perbedaan pendapat. Pemimpinnya, Bashar al Assad menindas perbedaan pendapat, seperti yang dilakukan pemimpin sebelumnya yang tidak lain adalah ayah kandunya. Hal ini yang memecah negara tersebut, sehingga tumpahlah perang besar besaran pada Maret 2011.
Populasi minoritasnya, Alawi Suriah yang merupakan cabang dari Islam Syiah berdiri mendukung Assad dengan didukung beberapa negara lainnya. Pasukan Amerika Serikat dan Rusia berusaha mendapatkan persetujuan PBB untuk menghancurkan toko senjata kimia yang telah memiliki nama besar di Suriah. Ini merupakan upaya untuk menghentikan perang semakin besar di negara yang telah kehilangan separuh dari populasi penduduknya.
Assad dan pasukan ISIS menggunakan senjata dengan bahan bahan kimia, yang mana mampu melibas pasukan lawan dengan sangat cepat dan efisien. Inilah salah satu alasan Amerika Serikat dan Rusia menghancurkan toko kimia di negara tersebut. Rusia pun mempertahankan akses menuju pangkalan udara bekas milik Uni Soviet di dekat Laktania. Langkah ini diambil untuk mendukung pihak pihak yang memberontak terhadap kepemimpinan Bashar al Assad.
Pembicaraan mengenai persetujuan damai belum membuahkan hasil. Beberapa negara asing yang merupakan pihak luar berusaha agar Suriah menjadi negara independen dan utuh. Akan tetapi, pihak Assad belum menginginkan untuk menurunkan kepemimpinan kepada orang lain yang dianggap dapat menjaga keutuhan negaranya. Pemerintahan Assad tleah dituntut oleh para pemberontak untuk mengadakan pemerintah transisi dan tidak lagi memberi ruang bagi Assad untuk kembali pada posisinya.
Bayi yang Lahir dalam Kondisi Pengeboman
Dalam satu hari merupakan hari kematian bagi 45 orang di Suriah. Akan tetapi, pada hari itu dokter Aleppo mampu menyelamatkan satu kehidupan rakyat Suriah yang dapat dijadikan harapan masa depan. Melalui seorang ibu yang bernama Mayissa, lahirnya seorang bayi yang akan menjadi pribadi kuat dan tahan terhadap segala beban. Hal tersebut dikarenakan selama masa kehamilan dan kelahirannya, ia berada di lingkungan yang penuh perang. Lahir pun ia harus berjuang mati matian.
Pada saat terjadi pengeboman, Mayissa berjalan seorang diri dengan keadaan hamil besar dan siap akan melahirkan. Dalam perjalanannya, ia terlibat serangan bom yang memakan 45 korban jiwa. Ia pun terkena dampat ledakan bom tersebut, tangannya terluka dan kakinya patah. Dokter pun melakukan persalinan dan terkejut ketika mendapati bayinya tidak memiliki detak.
Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan bayi Suriah ini. Dokter melakukan resusitasi dan membersihkan saluran pernapasannya yang memakan waktu 20 menit. Selang beberapa saat, tali pusat bayi ini berdenyut dan dokter pun menggosok punggungnya. Tak lama ia mengeluarkan tangisnya yang menandakan organ organnya berfungsi dengan baik.
Perang Suriah merupakan perang yang melibatkan antar populasi dalam negeri yang tak kunjung menemui titik penyelesaian. Bahkan setelah mendapat berbagai bantuan dari negera luar pun tak ada kata damai dari para pelakunya. Setelah merenggut banyak korban hingga seorang bayi yang tak berdosa, para pemimpinnya tak kunjung menurunkan egonya. Lantas sampai kapan negeri itu akan terpecah belah?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.