Bayinya meninggal dalam kandungan, "Saya tidak percaya meletakkan bunga di pemakamannya"

Seorang ibu berbagi tentang pengalaman kehilangan bayinya yang meninggal dalam kandungan. Baca kisah selengkapnya di sini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semua calon ibu yang tengah mengandung tentu memiliki harapan yang sama. Agar janin yang ada di dalam rahimnya bisa tumbuh sehat hingga akhirnya bisa didekap. Faktanya, harapan tersebut bisa pupus karena ada beberapa kondisi yang berisiko sebabkan  komplikasi pada masa kehamilan hingga berujung pada bayi meninggal di dalam kandungan atau bayi lahir mati (Stillbirth).

Kondisi inilah yang dialami oleh seorang ibu asal Singapura.

Artikel terkait: Penyebab meninggalnya bayi kembar Irish Bella, preeklamsia hingga alami mirror syndrome

Kisah ibu kehilangan bayi karena kondisi bayi lahir mati: Stillbirth perlu diwaspadai dan dicegah sejak dini

Seorang ibu asal Singapura membagikan kisah memilukan. Ia kehilangan buah hatinya yang meninggal di dalam kandungan, pada usia kehamilan sekitar 39 minggu.

Perempuan yang tidak  ingin disebutkan namanya ini menceritakan bahwa ‘mimpi buruk’ diawali ketika dirinya baru saja menyelesaikan tugas terakhir di kantor. Ia  mengaku setelah mengajukan cuti hamil, dirinya melalui hari-hari seperti biasanya.

Namun, ada satu hal yang terasa berbeda. Belakangan ia mengaku kalau merasakan kram pada malam hari. Kram tersebut muncul tiba-tiba, tetapi nyeri yang dirasakan juga kadang menghilang.

“Aku tidak terlalu awas akan kondisi itu. Hanya berasumsi kalau itu wajar dirasakan, mengingat usia kandungan saya juga sudah di akhir masa kehamilan. Tapi ketika malam, rasa sakit lebih sering terasa,” ceritanya seperti yang dikutip dari theAsianparent Singapura.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena kondisi tersebut, ia pun akhirnya memutuskan untuk segera menghubungi dokter kandungan. Siapa sangka, tiba-tiba saja ia merasakan ada cairan hangat berupa darah tiba-tiba saja mengalir turun ke kaki. Tak lama kemudian, air ketuban ibu tersebut juga pecah. Ketika itu ia pun sadar bahwa akan segera melahirkan.

Muncul keputihan bewarna hijau

Dengan tenang, dirinya pun pergi ke kamar mandi untuk mengenakan pembalut dan hendak segera pergi ke rumah sakit. Saat memakai pembalut, ia mendapati keputihan yang berwarna kehijauan.

Sekali lagi, saat itu ia hanya berasumsi bahwa kondisi tersebut normal dan tetap pergi ke rumah sakit bersama ibunya.

Ia melanjutkan, “Saya sudah memiliki putra berusia lima belas bulan, dan betapa bahagianya saya ketika berpikir bahwa anak bungsu saya juga akan segera lahir. Namun, ketika masuk ke bangsal persalinan, saya merasa ada yang tidak beres. Saya begitu khawatir karena pergerakan bayi tidak kunjung saya rasakan.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seorang perawat mengambil sampel urin, dan memberitahu bahwa cairan hijau yang keluar merupakan mekonium atau feses pertama bayi. Perawat juga menyebutkan, hal tersebut bukanlah pertanda baik. Justru menunjukan bahwa kondisi bayi sedang kesulitan di dalam kandungan.

Detak jantung janin tidak terdeteksi

Keadaan pun semakin memburuk, perawat dan dokter tidak bisa menemukan detak jantung bayi di dalam kandungan. Selanjutnya, dokter pun melakukan ultrasound untuk mengkonfirmasi keadaan, dan ketika itu detak jantung bayi memang tidak ada lagi.

“Saya menangis. Saya sedih karena menerima kenyataan bahwa harus kehilangan bayi karena lahir mati,” ungkapnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bayi terlilit tali pusar

Dokter pun segera melakukan pemeriksaan dan pada akhirnya menyatakan kalau bayinya memang sudah tidak bernapas. Operasi caesar darurat pun dilakukan. Ketika itu dokter memberikan keterangan bahwa penyebab dari stillbirth ini adalah kondisi bayi terlilit tali pusar.

Ia juga sempat menggendong bayinya dan meletakkannya di dada, berharap bahwa interaksi antar kulit ibu dan anak bisa membuahkan keajaiban. Namun, Tuhan memang memiliki rencana lain.

“Dia tetap tidak bergerak. Akhirnya, saya harus mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya. Saya sama sekali tidak berpikir, bahwa yang harus saya lakukan setelah melahirkan adalah mengantar putri saya ke tempat peristirahatan terakhir di bumi.”

“Saya sudah merencanakan segala bentuk sambutan untuknya, tetapi tentu saya tidak pernah berencana untuk meletakkan bunga terakhir atau pun pesan perpisahan untuk pemakamannya,” tutupnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Artikel terkait: Apakah kondisi bayi terlilit tali pusar berbahaya? Ini penjelasan dokter

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah Stillbirth

Dilansir dari CNN Indonesia, ada lebih 26 ribu perempuan yang harus kehilangan buah hatinya karena stillbirth. Rata-rata, kasus bayi meninggal di dalam kandungan dialami pada masa kehamilan 28 minggu, serta 20 persen stillbirth dialami oleh bayi yang sudah cukup bulan.

Beberapa hal yang menjadi faktor risiko bayi meninggal dalam kandungan di antaranya:

  • Gangguan plasenta
  • Penyakit tertentu yang diderat ibu hamil seperti preeklampsia
  • Adanya infeksi
  • Intrauterine growth restiction (IUGR) yang menyebabkan bayi berisiko kekurangan nutrisi
  • Terlilit tali pusar
  • Cacat lahir
  • Kelainan struktural janin
  • Diabetes
  • Hipoksia atau janin kekurangan oksigen
  • Keadaan obesitas pada ibu

Upaya mencegah stillbirth

Masalah bayi meninggal dalam kandungan tentunya bisa dicegah sejak dini. Beberapa upaya pencegahan yang perlu Bunda ketahui di antaranya adalah:

  • Tetap pantau pergerakan bayi dalam kandungan. Pahami ritme pergerakan bayi. Jika Bunda sudah paham, maka Bunda akan bisa mendeteksi jika pergerakan bayi berbeda seperti biasanya. Jika bayi jarang bergerak, maka jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter.
  • Percaya dengan insting keibuan. Jika memang Bunda merasa ada yang salah dengan kondisi kehamilan, maka tidak ada salahnya memeriksakan diri kepada dokter secara rutin agar bisa mencegah kondisi yang tidak diinginkan.
  • Pastikan Bunda memiliki berat badan yang ideal sebelum merencanakan kehamilan. Pasalnya, ibu dengan kondisi obesitas berisiko mengalami stillbirth. Namun di lain sisi, menguruskan badan di masa kehamilan juga bukanlah hal yang dianjurkan. Jadi, pastikan berat badan ideal sebelum hamil, ya, Bun.
  • Rutin konsultasi mengenai jumlah cairan ketuban kepada dokter. Tingkat cairan ketuban yang menurun juga merupakan faktor risiko stillbirth.
  • Jalani gaya hidup sehat dan hindari asap rokok.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 5 Penyebab bayi meninggal dalam kandungan dan cara mencegahnya, apa saja?

Dari beberapa kisah ibu yang kehilangan bayi karena stillbrith, sebagai orangtua, semoga kita bisa lebih awas mengenai kondisi tersebut.

Memang, takdir setiap orang termasuk si kecil ada di tangan Tuhan dan ada beberapa keadaan yang berada di luar kendali dan ekspektasi. Namun, tidak ada salahnya melakukan upaya pencegahan agar masalah seperti stillbirth tidak terjadi.

Oleh karena itu, jangan ragu untuk selalu memeriksakan tumbuh kembang janin dalam kandungan secara rutin ke dokter, ya, Bunda!

***

Artikel ini disadur dari tulisan Nasreen Majin di theAsianparent Singapura

Baca juga:

Mencegah Stillbirth, Kematian Bayi di Dalam Kandungan