Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki ragam warisan budaya yang unik dan berbeda. Sebut saja di antaranya keanekaragaman suku, kuliner, hingga tradisi yang sulit ditemukan di negara lain. Selain itu, sejumlah tradisi di beberapa wilayah Indonesia juga masih berbau mistis, salah satunya Bambu Gila.
Tradisi ini dapat ditemui di Desa Liang, Kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Seperti apa sejarah dan fakta menarik lainnya tentang tradisi Bambu Gila? Yuk, simak penjelasannya berikut ini, Parent!
Artikel Terkait: Mengenal Dandangan Kudus, Tradisi Kuno Menyambut Ramadan
Asal Usul Bambu Gila
Melansir dari Portal Informasi Indonesia, pertunjukan mistis tersebut dipercaya telah dilakukan oleh masyarakat Maluku sebelum ajaran agama Nasrani dan Islam masuk ke wilayah tersebut. Awal mula traidisi ini berasal dari hutan bambu yang berada di kaki Gunung Berapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara.
Meskipun hingga kini belum ditemukan sumber sejarah tercatat mengenai tradisi mistis tersebut, namun asal muasal mengenai Bambu Gila ini sudah menjadi cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat setempat.
Kini, Bambu Gila biasa dipertunjukkan saat ritual adat dan sejumlah seremonial masyarakat Maluku. Hingga kini, tradisi tersebut masih eksis, bahkan sejumlah warga lainnya yang tinggal di sekitar wilayah Maluku dan Ternate pun turut memainkan dan melestarikannya.
Artikel Terkait: Pentingnya Mengajak Anak Terlibat Dalam Tradisi Keluarga
Cara Memainkan Bambu Gila
Dikutip dari Sahabat Lokal, kesenian Bambu Gila ini dilakukan oleh 8 orang dengan formasi 7 orang sebagai pemain atau pembawa bambu dan 1 orang lainnya sebagai pawang. Nantinya, 7 orang pembawa bambu ini, akan menahan laju atau pergerakkan batang bambu yang sangat kuat sehingga bambu tak terjatuh. Sementara itu, 1 orang lainnya bertindak sebagai pawang dan bertugas membaca mantra, memasukkan roh ke dalam bambu, serta menjinakkan pergerakkan bambu.
Pertama, pertunjukkan Bambu Gila ini akan diawali dengan pembakaran menyan dan pembacaan mantra oleh pawang. Untuk mengundang atau memasukkan roh ke dalam bambu, asap bekas bakaran menyan tersebut nantinya akan ditiupkan ke batang bambu yang sudah dipegang oleh 7 orang lainnya dengan kuat.
Nantinya, bambu akan terasa sangat berat sehingga memengaruhi pergerakkan 7 orang pemegang bambu tersebut. Selanjutnya, ketika roh sudah dimasukkan ke dalam bambu, pawang akan meneriakkan ‘gila, gila, gila’ dan pertunjukkan Bambu Gila pun akan dimulai.
Tradisi ini biasanya diiringi oleh musik perkusi. Musik tersebut membuat pergerakkan bambu semakin kuat, menggila dan sulit dikendalikan.
Umumnya, permainan ini diiringi dengan tabuhan tifa, genderang, hingga gong yang dimainkan dengan bunyi dan ritme yang berbeda-beda pula. Jika suara atau iringan musik tersebut kian cepat maka bambu akan bergerak semakin liar dan berat. Bambu yang dipegang oleh para pemain pun akan bergerak ke sana dan ke mari seakan mengajak semua orang untuk ikut bermain.
Selama proses, pawang tak hentinya meneriakkan ‘Hei Barasamuel’ yang membuat pergerakkan bambu akan terus menggila tanpa arah tujuan. Kunci dari kejinakkan bambu ini ialah asap kemenyang yang dibakar kemudian dipukulkan ke bambu. Tradisi ini umumnya dilakukan di area yang luas dan lapang seperti pesisir pantai dan lapangan.
Artikel Terkait: Metatah, Tradisi Jelang Dewasa Masyarakat Bali dengan Potong Gigi
Perlengkapan yang Dibutuhkan
Selain seorang pawang dan 7 pemain, tradisi ini membutuhkan bambu dengan kriteria khusus. Batang bambu yang digunakan haruslah memiliki diameter 8-10 cm dan panjang 2,5 hingga 3 meter dengan ruas berjumlah ganjil. Di kedua ujung bambu, haruslah diikat dengan kain berwarna cerah. Bambu ini juga harus didapatkan dari dalam hutan dengan ritual khusus bukan membeli atau asal menebangnya.
Sementara itu, kostum yang dipakai oleh pawang dan pemain haruslah didominasi dengan warna merah. Biasanya para pemain ini menggunakan ikat kepala dan celana warna merah, tanpa baju atau hanya mengenakan kaos.
Lebih penting, para pemain yang terlibat dalam tradisi Bambu Gila ini harus dalam keadaan sehat jasmani dan rohani agar kuat menopang bambu yang menggila.
Nah, itulah penjelasan mengenai tradisi Bambu Gila yang ada di Maluku dan Ternate. Apakah Parent penasaran ingin melihat langsung pertunjukkan ini?
Baca Juga:
Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan
Mengenal Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan
12 Tradisi Natal Keluarga Kerajaan Inggris, Acara Amal hingga Bermain Drama