Suku Baduy adalah suku asli Indonesia yang bermukim di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten. Kehidupan suku Baduy yang sangat dekat dengan alam membuatnya menjadi salah satu ciri khas yang menarik. Pada sidang MPR beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi sempat mengenakan baju adat dari suku Baduy.
Pakaian adat Baduy yang memilik tampilan luar sederhana ini ternyata memiliki filosofi yang teramat dalam dan menarik untuk diketahui. Bagaimana sejarah dan filosofi dari baju adat Baduy yang kaya budaya ini?
Artikel Terkait: 5 Fakta Anak-Anak Suku Baduy Terkait Pendidikan di Lingkungan Adat
Sejarah Pakaian Adat Suku Baduy
Menurut sejarah, suku Baduy adalah suku Sunda yang berasal dari Provinsi Jawa Barat dan Banten. Mereka pindah ke sebuah daerah terpencil di Gunung Kendeng pada abad ke-16 seiring runtuhnya kekuasaan kerajaan Pajajaran.
Suku Baduy hidup dengan aturan adat yang sangat kuat sejak jaman dulu hingga saat ini. Aturan adat tersebut mengatur segala aspek dalam kehidupan termasuk cara berpakaian.
Seperti dilansir dari laman Indonesia Kaya, pakaian milik suku Baduy didominasi oleh dua warna, yaitu hitam dan putih. Baju ini dibuat menggunakan bahan-bahan yang didapat dari alam sekitarnya.
Kain yang digunakan untuk membuat pakaian adat suku Baduy berasal dari biji kapas yang ditanam di pegunungan tempat tinggal suku Baduy. Setelah dipanen, kapas akan diproses menjadi benang untuk kemudian dipintal menjadi kain tenun oleh perempuan suku Baduy.
Selain pakaian, suku Baduy juga memiliki aksesoris lainnya seperti bedog atau golok untuk bekerja dan tas yang terbuat dari kulit kayu pohon terep. Tas kulit kayu ini disebut Koja atau Jarog yang berfungsi untuk menyimpan berbagai perlengkapan.
Artikel Terkait: 5 Fakta Unik Suku Mante yang Misterius di Hutan Aceh, Benarkah Mereka Masih Ada?
Filosofi Baju Adat Baduy
1. Telekung
Telekung adalah nama untuk ikat kepala pakaian adat suku Baduy. Terkadang, telekung juga disebut sebagai Koncer atau Lomar. Kain yang digunakan untuk bahan Telekung adalah hasil dari tenun masyarakat asli Baduy.
Telekung yang dipakai oleh Presiden Jokowi terbuat dari kain tenun berwarna biru dengan corak yang umum digunakan suku Baduy Luar. Warna biru pada kain tersebut dipercaya oleh suku Baduy sebagai warna alam, yaitu warna yang keluar dari dedaunan dan pepohonan.
2. Kutung atau Jamang Sangsang
Mengutip dari Republika, Sejarawan Asep Kambali menjelaskan bahwa ada dua jenis pakaian berbeda yang dipakai oleh suku Baduy Luar dan Baduy Dalam.
Baju berwarna hitam yang dilengkapi kancing dipakai oleh suku Baduy Luar atau Baduy Panamping. Nama baju tersebut adalah ‘Jamang Hideung Kancing Batok’
Sementara masyakarat Baduy Dalam umumnya mengenakan baju putih berlengan panjang tanpa kerah, yang disebut sebagai Kutung. Beberapa ada juga yang menyebutnya sebagai Jamang Sangsang.
Warga Baduy Dalam memakai pakaian berwarna putih karena masih memegang tradisi warna putih melambangkan kehidupan suku Baduy yang suci dan tidak terpengaruh oleh budaya luar.
Namun mereka juga kerap menggunakan kombinasi putih dan hitam yang melambangkan siang dan malam. Filosofi paduan warna ini adalah manusia sejatinya hanya bisa melihat terang dan gelap dan hidup di siang dan malam. Dalam pembuatannya, baju adat ini dibuat menggunakan tangan tidak boleh dibuat dengan mesin jahit.
Artikel Terkait: Kehidupan Masyarakat Suku Asmat, Perempuan yang Jadi Tulang Punggung Keluarga
3. Beubeur
Untuk mengikat bagian sarungnya, digunakan ikat pinggang berupa selendang kecil yang bernama Beubeur. Dalam bahasa Sunda, kata beubeur sendiri memiliki arti sabuk.
4. Samping Aros
Baju adat suku Baduy yang berupa sarung berwarna gelap dengan garis putih disebut dengan Samping Aros. Kain sarung ini panjangnya sebatas dengkul. Sama seperti Telekung, Samping Aros juga adalah kain hasil tenun tangan para perempuan Suku Baduy.
Melansir dari Gerai Nusantara, untuk masyarakat Baduy, tenun memiliki fungsi untuk kebutuhan sandang dan juga fungsi simbolis sebagai identitas dari suku tersebut.
***
Kaum perempuan Suku Baduy juga memiliki pakaian khasnya sendiri yaitu berupa kain atau semacam sarung yang berwarna biru gelap. Kain ini memiliki motif batik yang dipakai dari dada hingga tumit. Jika perempuan yang mengenakannya belum menikah, bagian dadanya tertutup. Sedangkan jika sudah menikah, maka bagian dadanya terbuka.
Itulah sejarah singkat dan filosofi mengenai baju adat Baduy. Semoga informasi ini bisa bermanfaat ya, Parents!
Baca Juga:
Dekat dengan Alam, Mengenal Pakaian Adat Suku Asmat yang Kaya Makna
Ayah Menyusui Bayi? Hanya Ada dalam Budaya Suku Aka di Republik Kongo
7 Adat Pernikahan Termahal di Indonesia, Salah Satunya Suku Bugis