Setelah cukup lama tak terdengar, baru-baru ini kembali dikabarkan kemunculan penyakit Ebola di Afrika. Wabah ini diketahui tengah menyerang warga di daerah Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur, Republik Demokratik Kongo. Tentunya, hal ini harus menjadi perhatian, dan membuat kita waspada akan bahaya Ebola di tengah wabah Corona yang belum usai.
Ebola sendiri merupakan salah satu penyakit yang menular sekaligus mematikan. Kondisi ini bisa diperparah bila Ebola terjadi di lingkungan yang belum terlindungi dengan baik.
Wabah Ebola kembali muncul di Afrika
Tepatnya Senin, 1 Juni 2020, Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo, mengumumkan kejadian Ebola tersebut. Dirinya menuturkan bahwa ada empat orang warga yang dinyatakan meninggal dunia akibat serangan Ebola di kawasan Wangata. Totalnya, sekitar 6 orang terinfeksi sementara 2 orang lain masih dalam penanganan.
Peristiwa yang baru saja terjadi ini rupanya merupakan outbreak ke-11 virus Ebola di negara tersebut.
Ebola memang telah ditetapkan sebagai virus Endemik sejak pertama kali ditemukan sekitar 1976. Mbandaka sendiri merupakan lokasi kejadian outbreak Ebola yang ke-9 saat kejadian Juli 2018.
Kondisi ini tentunya memecah fokus Kongo karena kini negara tersebut juga diketahui tengah menghadapi outbreak campak.
Artikel Terkait : Sering tak terdeteksi, ini gejala Corona hari ke-1 sampai ke-17, wajib tahu!
Fakta bahaya Ebola pada manusia
Tentunya kita tak mengharapkan kondisi ini terjadi di Indonesia. Terlebih penularan virus yang terjadi ini bisa melalui kontak langsung dengan manusia maupun hewan yang menjadi inang dari virus tersebut.
Penularan Ebola ini dari kelelawar buah yang menjadi pembawa Ebola alami. Selain kelelawar buah, virus ini juga bisa ditularkan pada manusia lewat gorila, monyet, antelop, landak porcupine, dan simpanse.
Berikut ini adalah beberapa fakta tentang bahaya Ebola pada tubuh manusia:
1. Menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
Alasan Ebola menjadi penyakit yang mematikan ialah karena virus bisa menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Saat seseorang terinfeksi virus ini, imun tubuh bisa bereaksi destruktif pada tubuh.
Virus bisa menyerang bagian interferon yang bertugas memberikan tanda tubuh bila ada partikel asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh.
Dalam hal ini, Ebola membajak interferon dengan cara menempelkan protein sehingga messenger pembawa sinyal tubuh tidak bisa masuk ke sel. Akhirnya, tubuh pun tidak bisa menyadari adanya ancaman virus Ebola. Virus pun bisa dengan bebas berada di dalam tubuh lalu menyerang bagian-bagian vital dari tubuh.
Hal ini bisa menyebabkan pembuluh darah seseorang menjadi lemah dan rentan bocor. Darah bisa menekan dan keluar melalui pori-pori atau lubang tubuh lainnya.
Khususnya mereka yang pernah mengalami Ebola sebelumnya atau memiliki virus Ebola di tubuh, kondisinya bisa lebih fatal.
2. Penyakit yang sangat menular
Bila virus ini sudah ada dalam tubuh manusia, penularan yang terjadi pun bisa dari sesama manusia. Virus ini bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, darah, dan sebagainya. Misalnya saja dari benda yang ditemukan dalam keseharian mulai dari pakaian, sprei, dan handuk yang dipakai penderita bisa menjadi media penyebaran dan penularannya.
Pada kasus Ebola di Afrika, penularan bisa terjadi pada petugas medis yang menangani pasien Ebola. Bahkan prosesi pemakaman pasien Ebola juga bisa berkontribusi pada penularan virus ini.
Saat mencapai puncak dari penyakitnya ini, virus Ebola di dalam tubuh bisa berjumlah cukup banyak. Khususnya saat pasien terinfeksi selama lima hari, dalam 1/5 sendok teh darah pasien tersebut, bisa membawa sekitar 10 miliar partikel virus Ebola.
Itulah yang menyebabkan Ebola bisa mematikan dan menular dengan mudah dari manusia ke manusia.
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indonesia
3. Bahaya Ebola bisa ditularkan melalui hubungan seks
Di sisi lain, bila virus Ebola masih ada di dalam darah, virus ini pun bisa ditularkan penderita melalui hubungan seks. Oleh karena itu, mereka yang telah dinyatakan sembuh dari Ebola harus senantiasa melakukan cek kesehatan.
Khususnya pada laki-laki, tes cairan sperma pun dilakukan hingga tiga bulan lamanya, guna memastikan keberadaan virus ini. Bila masih ada, ia berpotensi menularkannya pada orang lain. Jadi, sebelum benar-benar dinyatakan negatif, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Di sisi lain, penyintas penyakit ini diwajibkan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat ketika periode transisi menuju sembuh. Salah satu yang wajib diperhatikan ialah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
4. Gejala ebola mirip malaria
Di awal kemunculannya, gejala orang yang mengalami Ebola bisa mirip dengan penyakit malaria. Beberapa gejala yang umum dirasakan mulai dari demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, hingga radang tenggorokan.
Karena mekanismenya yang juga bisa memengaruhi pembuluh darah, pendarahan pun bisa terjadi. Kondisi pendarahan ini dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal.
Artikel Terkait : Jadwal mudik lebaran 2020 akan diganti, ini kebijakan pemerintah untuk masyarakat
5. Kunci pengendalian bahaya Ebola
Berdasarkan data WHO, sebanyak 70% pasien yang terinfeksi virus ini berakhir meninggal dunia. Bagi mereka yang sudah sembuh sekalipun, virus Ebola masih kemungkinan mengendap di beberapa bagian tubuh. Misalnya saja di sistem saraf pusat, di dalam mata, plasenta ibu hamil, testis, hingga di Air Susu Ibu.
Walau demikian, virus satu ini sebenarnya bisa dikendalikan. Salah satu kunci utamanya ialah dengan menekan penyebarannya mulai dari diri sendiri hingga lingkungan yang lebih luas. Masyarakat hendaknya bekerja sama untuk mencegah penularan tersebut semakin meluas.
***
Itulah beberapa fakta bahaya Ebola yang perlu kita waspadai. Semoga seluruh anggota keluarga kita terhindar dari bahaya virus Ebola dan COVID-19.
Baca Juga :
Penyakit Ebola datang lagi, begini gejala dan cara pencegahannya