Depresi adalah masalah mental serius, bisa menimpa pria maupun wanita. Bila tidak ditangani dengan baik, bisa membahayakan penderita dan orang terdekatnya. Bahaya depresi bahkan memicu seorang ayah membunuh seluruh anggota keluarganya sebelum menembak dirinya sendiri hingga tewas.
Tragedi akibat depresi ini menewaskan 4 orang, yakni Fransiskus Xaverius Ong (45 tahun), Margereth Yentin (43 tahun), Rafael Fransiskus (18 tahun), dn Kathlyn Fransiskus (11 tahun). Penyebab kematian adalah tembakan di kepala. Fransiskus menembak istri dan anak-anaknya, kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas.
Kronologis pembantaian keluarga Fransiskus
Seperti dilaporkan oleh The Jakarta Post, tragedi ini terjadi pada dini hari, Rabu, 24 Oktober 2018 lalu di Palembang, Sumatra Selatan. Fransiskus Xaverius Ong, pria yang dikenal sayang keluarga ini diduga kuat membunuh istri dan dua orang anaknya, kemudian melakukan bunuh diri.
Malam sebelumnya, gerak gerik Fransiskus memberikan tanda apa yang sedang ia rencanakan. Salah seorang ART yang bekerja di rumah Fransiskus mengatakan, majikannya terlihat minum kopi dan bermain piano sekitar pukul 8 malam.
ART bernama Dewi tersebut mengatakan pada polisi, bahwa Fransiskus memiliki kebiasaan bermain piano saat dia sedang punya masalah.
Selanjutnya, Fransiskus melakukan hal yang tidak biasa. Ia memanggil semua karyawan, baik yang bekerja di rumahnya maupun di perusahaannya untuk berkumpul di kediaman keluarga Fransiskus.
Dalam pertemuan tersebut, Fransiskus memberikan semua karyawannya sejumlah uang. Lalu menyuruh mereka pulang.
Ucapan selamat tinggal di grup Whatsapp
Pada pukul 3 pagi, Fransiskus mengirim pesan ke grup alumni SMA yang meminta maaf pada teman-temannya dan memohon agar mengingat hal baik tentang dirinya. Hal ini tentu saja membuat teman-temannya di grup tersebut merasa bingung.
Namun, tidak ada satu orangpun yang menyangka bahwa itu adalah pesan terakhir yang dikirim Fransiskus sebelum membantai keluarganya dan bunuh diri.
Keesokan harinya, Sarah saudara Dewi yang juga bekerja pada Fransiskus hendak membangunkan Kathlyn untuk bersiap pergi sekolah. Namun, alangkah terkejutnya dia melihat darah di bantal Kathlyn.
“Awalnya Sarah pikir Kathlyn mengalami mimisan, sampai kemudian dia melihat darahnya bersumber dari kepala Kathlyn,” tutur Dewi.
Kedua ART tersebut bergegas ke kamar Fransiskus untuk memberitahu apa yang terjadi pada Kathylin, namun pintu kamar majikannya terkunci dan panggilan mereka tidak dijawab sama sekali. Saat itulah mereka memutuskan meminta bantuan tetangga dan memanggil polisi.
Kemudian terungkap, bahwa seluruh anggota keluarga Fransiskus telah tewas akibat luka tembakan di kepala. Bahkan kedua anjing peliharaan mereka juga tewas.
Kepala Polisi Sumatra Selatan, Inspektur Jendral Zulkarnain Adinegara mengatakan, hasil autopsi dan investigasi ilmiah mengungkap bahwa Fransiskus telah merencakan pembunuhan terhadap keluarganya sendiri.
Sebelum meninggal, Fransiskus menulis surat bunuh diri
Berdasarkan hasil penyidikan pihak kepolisian, Fransiskus awalnya menembak sang istri di kamar mereka. Lalu ia berhenti sejenak untuk merokok di luar kamar.
Polisi menemukan sebatang rokok yang ternoda darah dan noda kopi di luar kamar utama. Polisi menduga, Fransiskus berpikir tentang apa yang ia lakukan sebelum kemudian membunuh kedua anaknya.
Diduga, ia kemudian pergi ke kamar Rafael di lantai dua, lalu menembak putranya di bagian kepala saat sang anak sedang tidur lelap. Setelah itu, ia melakukan hal sama pada putrinya Kathlyn.
Setelah menembak istri dan kedua anaknya, Fransiskus dengan sengaja membunuh kedua anjingnya dengan cara ditenggelamkan di bak mandi. Lalu ia kembali ke kamar, mengunci pintu dan menembak dirinya sendiri.
Polisi menduga kuat bahwa Fransiskus mengalami depresi, dan ia tak ingin meninggal sendirian. Karena itulah, ia membunuh seluruh keluarga beserta anjing peliharaan mereka. Surat yang ia tinggalkan di depan komputer, menjadi bukti kuat aksi bunuh diri yang ia lakukan setelah membantai keluarganya sendiri.
Betapa mengerikan dampak depresi yang dialami seseorang, hingga ia tega menghabisi nyawa seluruh keluarganya hanya karena tak ingin meninggal sendirian.
Artikel terkait: Seorang Ibu Bunuh Diri Bersama Bayinya Karena Depresi Pasca-Melahirkan
Bahaya depresi yang bisa menimpa siapa saja
“Depresi membuat seseorang tidak mampu berfungsi dengan baik dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Ia terganggu dalam berpikir logis, merasa secara sehat, bertindak, dan mengambil keputusan,” terang kepada detikHealth.
Psikolog klinis Veronica Adesla dari Personal Growth mengatakan, depresi akan membuat seseorang tidak bisa menjalankan kehidupannya sehari-hari dengan baik. Dia tidak bisa berpikir logis, selalu merasa sakit, konsentrasinya dalam bertindak dan mengambil keputusan juga akan terganggu.
“Bila dibiarkan tanpa ditangani, kondisi mental penderita depresi akan semakin buruk. Bisa berujung kematian,” tuturnya seperti dikutip dari Detik.
Untuk itulah, Veronica menyarankan bagi siapapun yang melihat orang terdekatnya mengalami gejala depresi, segeralah membawanya berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
“Bahaya depresi tidak bisa dianggap remeh, semakin cepat ditangani, semakin cepat proses pemulihan mental bisa dilakukan,” pungkasnya.
Kontak darurat pencegahan tindak bunuh diri
Angka kematian akibat bunuh diri cukup tinggi di Indonesia, oleh sebab itulah pemerintah memberikan layanan kontak darurat untuk mencegah aksi bunuh diri. Yakni di nomor darurat 119.
“Nomor 119 bisa digunakan sebagai tindak pencegahan, bagi saksi yang melihat ada aksi hendak bunuh diri. Nomor ini juga bisa sebagai kontak darurat untuk kesehatan mental,” papar Menteri Kesehatan Nila F Moeloek seperti dikutip dari CNN
Menyadari bahwa bahaya depresi bisa mengancam nyawa seseorang, maka layanan di nomor 119 bisa digunakan untuk menampung keluh kesah warga Indonesia yang tak bisa membicarakan masalahnya pada orang lain. Layanan ini dibuka untuk menjaga kesehatan mental mereka yang rawan terkena depresi. Layanan gawat darurat 119 dibuka sejak tahun 2016, melayani kondisi darurat medis bebas biaya.
Depresi bukanlah sekadar masalah mental ringan yang bisa sembuh seiring waktu, bila tidak ditangani dengan tepat bisa membahayakan orang-orang di sekitar penderita.
Waspada, peduli pada orang terdekat kita. Bila ia mengalami tanda depresi, ajak dia untuk berkonsultasi. Mari bersama berusaha supaya tragedi seperti ini tidak lagi terjadi.
Sumber:
Baca juga:
Tragis! Ibu ini ajak 3 anaknya bunuh diri, diduga karena persoalan dengan suami